Kisah Dibalik Peribahasa Tiongkok Populer (1)
Berikut adalah kelanjutan dari
9. MENCURIGAI TETANGGA MENCURI KAPAK
Pinyin : Yi lin dao fu 疑邻盗斧
Makna : Manusia acap kali subjektif dalam menilai sesuatu.
Seorang petani baru saja kehilangn kapaknya. Ketika anak tetangganya lewat, ia membatin, “Coba lihat, gaya berjalannya saja persis maling, tatapan matanya mirip penjahat, raut mukanya penuh dosa, dan kata-katanya seperti menyembunyikan sesuatu. Ah aku yakin pasti dia pencuri kapakku!”
Esoknya Si Petani menemukan kapaknya. Rupanya ia sendiri yang lupa meletakannya. Saat melihat anak tetangganya, ia bergumam, “Ah alangkah anggunnya cara anggun berjalan anak itu, tatapan matanya welas asih seperti Sang Buddha, raut mukanya memancarkan kesucian, dan kata-katanya penuh kebijaksanaan.”
Demikianlah cara berpikir manusia yang kerap lebih dilandasi subjektifitas daripada objektifitas.
10. MENYATUKAN KEMBALI CERMIN YANG TERBELAH
Pinyin : Po jing chong yuan 破镜重圆
Makna: Berkumpulnya kembali kekasih yang terpisah.
Menjelang runtuhnya Kerajaan Chen, Fuma (menantu raja) Xu Deyan menggenggam erat-erat tangan istrinya, Putri Lechang, “Istriku, saat ini keadaan benar-benar gawat. Kau masih muda dan cantik. Jadi bila aku binasa dalam huru-hara ini, kau cepatlah menikah lagi. Jangan sia-siakan masa mudamu.”
Air mata Putri Lechang meleleh mendengar ucapan suaminya. Ia terisak lirih, “Suamiku, teganya kau berkata begitu, bila kau mati, maka akupun tak ingin hidup lagi,” Ia mengambil sebuah cermin, memecahkannya menjadi dua, & memberikan yang sepotong pada Deyan, “Bila nanti kita memang terpisah, maka juallah potongan cermin ini tiap Cap Go Meh. Semoga ini akan mempersatukan kita kembali.”
Ternyata perkataan Sang Putri benar-benar menjadi kenyataan. Xu Deyan & Lechang akhirnya terpisah dalam kekacauan itu. Putri Lechang dipaksa menjadi istri Menteri Yang Su dari Kerajaan Sui, sementara Xu Deyan entah di mana.
Yang Su amat mengagumi keanggunan sang putri. Tiap hari ia menggunakan bermacam cara untuk menyenangkannya. Tapi jangankan tersenyum, bicarapun sepertinya wanita itu enggan.
Suatu pagi Yang Su menemui Lechang di taman. Ia menatapnya lekat-lekat, kemudian berujar, “Aku cuma ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu setulus hati. Bagiku tak penting mendapatkan badanmu, bila aku tak mendapatkan hatimu.” Suasana tiba-tiba hening. Mentri Yang seperti ingin mengutarakan sesuatu tapi berat sekali. Setelah saling mematung selama beberapa saat, akhirnya ia mendesah & melanjutkan ucapannya, “Kebetulan hari ini Cap Go Meh, jadi cobalah kau jual potongan cerminmu itu. Bila langit merestui, maka baiklah kalian suami istri berkumpul kembali.”
Bukan main girangya Lechang, ia langsung menjura berterimakasih tak henti-hentinya. Setelah itu, ia segera menyuruh seorang pelayan untuk menjual potongan cerminnya.
Bagi Si Pelayan, menjual cermin pecah di tengah pasar begini jelas seperti dipelonco. Bagaimana tidak, hal ini benar-benar membuatnya mirip orang gila! Di tengah kerumunan orang yg mentertawakannya, tiba-tiba menyeruak seorang pemuda. Dengan tegang ia berkata, “Pak, apakah pemilik cermin itu seorang wanita muda?”
“Benar namanya adalah Putri Lechang,” sahut si pelayan tua.
Raut muda pemuda itu berubah sumringah. Buru-buru ia mengeluarkan potongan cermin yang satunya lagi & mengangsurkannya pada si pelayan, “Pak tolong sampaikan ini pada majikanmu. Katakan Deyan tak pernah melupakan hari-hari indah bersama putri di Istana Chen.”
Singkat cerita si pelayan tua menyampaikan pesan sang pemuda pada majikannya. Ketika hal itu didengar oleh Yang Su, ia benar-benar menepati janjinya untuk melepaskan Lechang. Akhirnya Xu Deyan & Putri Lechang pun kembali bersatu, tepat di hari Valentine China(*). Tubuh mereka mungkin pernah terpisah sekian lama. Namun hati mereka akan tetap menyatu, sampai rambut memutih & ajal menjemput ….
Catatan: Pada jaman dulu, Cap Go Meh atau Yuanxiao-jie juga dikenal sebagai hari Valentine China, selain festival Qixi yang jatuh pada hari ketujuh bulan ketujuh penanggalan China.
11. ORANG ZHENG MEMBELI SEPATU
Pinyin : Zhengren mai lu 郑人买履
Makna : Orang yang lebih percaya teori, daripada sesuatu yang riil.
Seorang dari Zheng ingin membeli sepatu baru. Karena catatan ukuran kakinya tertinggal di rumah, sehingga ia terpaksa pulang dulu untuk mengambilnya. Dasar apes, begitu ia kembali ke toko, ternyata sepatu yang diinginkannya sudah dibeli orang lain.
“Tadi kenapa Tuan tidak coba saja sepatunya, kan habis perkara,” tegur seorang pelayan di toko itu.
“Ah kau ini bagaimana sih? Biarpun aku mencoba sepatunya & pas. Tapi aku tetap belum yakin kalau tidak mencocokkannya dengan catatanku!” gerutu Si Orang Zheng bersungut-sungut.
12. MERANGKAK DI ANTARA KAKI
Pinyin : Kua xia zhi ru 胯下之辱
Makna: Tak gentar dihina & dicela demi mengejar cita-cita.
Han Xin adalah salah satu panglima perang paling termahsyur dalam sejarah Tiongkok. Ia memiliki gelar Guoshi Wushuang 国士无双, yang berarti “tiada lawan di seluruh negeri”. Lepas dari segala keagungannya di kemudian hari, Han menapaki kariernya dari jenjang yang paling bawah. Ketika hendak mendaftar di kemiliteran, ia bahkan sempat dipelonco oleh sekumpulan begundal.
“Hei marga Han, tubuhmu tinggi dan kau membawa pedang yang besar, tapi aku yakin nyalimu kecil! Kalau memang berani, coba tebas aku dengan pedangmu itu!” usik seorang diantara mereka.
“Yaa, tapi jika memang tidak berani, ayo merangkak saja dibawah kakinya!” timpal yang lainnya.
Han Xin membisu; hatinya berkecamuk. Ingin rasanya dia melayangkan kepalannya ke moncong busuk mereka. Toh ia yakin pasti menang. Tapi Han sadar berkelahi di jalanan pasti akan menghambat kariernya. Ia akhirnya memilih membungkuk & merangkak di antara kaki begundal itu. Semua orang yang ada di jalanan mentertawakannya, namun Han hanya diam & berlalu pergi.
Andai hari itu Han Xin memilih berkelahi & ditangkap aparat, manalah mungkin ia berkesampatan menjadi jendral besar di kemudian hari. Inilah contoh kecerdasan emosional (EQ) yang perlu diteladani.
Catatan: Selain Han Xin yg bergelar Guoshi-Wushuang, ada juga Xiang Yu (Hang I- Hokkian) yang memiliki julukan “Gaishi-Wushuang” 盖世无双 (tiada tanding tiada banding). Sebagai padanan kedua idiom itu adalah Tianxia Diyi (No 1 di dunia).
13. DELAPAN DEWA MENYEBERANGI LAUTAN
Pinyin : Baxian guo hai 八仙过海
Makna: Tiap orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikan masalah (Banyak jalan menuju ke Roma).
8 dewa baru saja menghadiri Pesta Buah Persik yang diselenggarakan Wangmu Niangniang (Ibusuri Langit). Dalam perjalanan pulang, mereka menggunakan azimatnya masing-masing untuk menyeberangi Laut Timur. Lihatlah, Lu Dongbin melesat diatas pedangnya, Zhang Guolao mengendarai keledainya, Lan Caihe berselancar dengan papan batu gioknya, dst. Mereka menggunakan metode yang berbeda-beda namun toh semuanya sampai ke tujuan dengan selamat!
14. KUCING & TIKUS TIDUR BERSAMA
Pinyin: Mao shu tong mian 貓鼠同眠
Makna: Kongkalikong antara pejabat & penjahat.
New Book of Tang (Xin Tangshu) mencatat: Selama periode Longshu (661-663), pejabat & penjahat di Perfektur Luo bekerja sama menyengsarakan rayat. Mereka benar-benar ibarat kucing & tikus yang tidur bersama. (Perfektur Luo: daerahnya sekarang meliputi Anhui, Shanxi & Henan).
Oleh: Henry Soetandya
https://www.facebook.com/groups/cersildejia/permalink/744452668956461/
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa