3. Intermarriage/ Percampuran Orang Hakka dengan Pribumi Tiongkok
Komposisi utama orang Hakka adalah orang Han utara yang datang ke Tiongkok selatan. Sedang bagian utama budaya Hakka adalah warisan dari budaya Zhongyuan (Tionggoan – Hokkian). Meskipun bagian utama baik dari segi genetik dan budaya adalah turunan dari orang Han Zhongyuan, namun orang Hakka dalam migrasi ke selatan menetap. Dan menyerap budaya serta melakukan percampuran/ intermariagge dengan suku bangsa Yue yakni suku bangsa pribumi Tiongkok selatan, juga dengan suku She 畲族 dan suku Yao 瑶. Yang paling penting adalah telah menyerap dan bercampur baur baik dengan budaya suku She.
Pada jaman Qin, daerah Guangdong, Fujian, Jiangxi merupakan daerah tempat tinggalnya suku bangsa kuno Baiyue 百越. Sedangkan pada jaman dinasti Wei dan Jin, serta dinasti Utara Selatan 魏晋南北朝 sampai dinasti Sui dan Tang, disebutkan daerah perbatasan Jiangxi, Guangdong, Fujian merupakan tempat atau daerahnya orang Suku Man 蛮, Man Liao 蛮僚, Tong Man 峒蛮, dan Tong Liao 峒僚 yang merupakan suku pribumi daerah tersebut.
Menurut kajian hasil penelitian, suku-suku tersebut merupakan keturunan atau salah satu cabang dari suku bangsa kuno Bai Yue (bai artinya banyak, Yue nama suku bangsa, jadi Bai Yue adalah suku bangsa yang menjadi induk suku-suku Yue di Tiongkok selatan). Suku Man, Liao tersebut merupakan nenek moyang orang suku She sekarang. Sebutan atau istilah She dalam sejarah Tiongkok baru muncul di pertengahan abad ke-13 pada buku berbahasa Han atau kitab catatan lainnya pada jaman Song Selatan akhir. Yakni sebutannya adalah orang She 畲民 atau ditulis dengan huruf 輋 (bunyi She).
Leluhur orang Hakka saat pindah ke daerah orang She terjadilah percampuran baik budaya dan bahasa. Bahkan saling mempengaruhi dari segi bahasa dan budaya, yang berakhir terciptalah kelompok sub etnis Han-Hakka serta budaya dan bahasa Hakka.
Pada akhir dinasti Tang, terjadi pemberontakan Huang Chao yang berlangsung selama 9 tahun di 10 propinsi serta daerah selatan Tiongkok. Tapi daerah perbatasan antara Jiangxi, Guangdong dan Fujian, karena daerahnya terpencil dan pergunungan, terbebas dari bencana kekacauan akibat perang tersebut. Karenanya, leluhur Hakka yang migrasi pada jaman Jin barat di Jiangxi utara, berbondong-bondong mengungsi ke daerah selatan Jiangxi, barat Fujian. Ada pula sebagian yang pindah ke daerah timur dan utara Guangdong.
Seiring dengan banyaknya orang Han yang datang ke daerah tersebut, menyebabkan didirikan kota-kota yang baru. Kekuasaan penguasa feodal semakin kuat dan mengakar sampai jauh, sehingga penduduk pribumi yakni sebagian orang She harus angkat kaki ke tempat lain. Dan sebagian orang hidup membaur dengan orang Hakka. Dalam jangka waktu yang lama orang She dengan Hakka hidup membaur menyebabkan terjadinya kawin campur. Orang She dan Hakka tidak hanya secara darah keturunan bercampur baur, bahkan terjadi interaksi pada semua bidang kehidupan. Saling berinteraksi dalam kebudayaan, saling menyerap, yang ujungnya terjadilah asimilasi kedua kelompok ini. Di antara orang Hakka terdapat unsur suku She, di dalam suku She adanya ciri-ciri orang Hakka. Akhirnya terciptalah kebudayaan Hakka yang unik.
Bahasa merupakan manifestasi dari kebudayaan, merupakan alat untuk berkomunikasi diantara manusia. Orang Hakka berbicara dalam bahasa Hakka, dan orang She yang tinggal di daerah Fujian, Jiangxi, Zhejiang, Anhui berbicara dalam bahasa yang dekat ke bahasa Hakka. Kecuali orang She yang berasal dari kota Haifeng, Huiyang, Boluo, Zengcheng di Guangdong mengunakan bahasa yang disebut Bunu 布努 yang dekat dengan bahasa Yao 瑶 yang merupakan cabang dari bahasa Hmong (Miao). Namun 99 % orang She mengunakan bahasa She yang dekat dan mirip dengan bahasa Hakka. Bahkan ada orang beranggapan bahasa She merupakan bahasa Hakka.
Ternyata orang Hakka dan orang She dalam sehari-hari berinteraksi pada daerah yang terpencil dan tertutup dari dunia luar. Sehingga tercipta sebuah bahasa yang harus dimengerti kedua belah pihak, saling menyerap dan mempengaruhi, yang berujung terjadinya perubahan pada bahasa ibu mereka. Ya kedua belah pihak saling merapat dan bercampur menjadi satu. Orang Hakka yang awalnya berbicara dalam bahasa Han utara, bahasa ibunya mengalami perubahan (karena interaksi dengan suku She), menyerap banyak kosakata dari bahasa She. Contoh, kata ibu dalam bahasa Hakka adalah ame (Hakka Meixian/Moiyan) ternyata di Hakka Changding, Fujian, kata ibu adalah me-me. Dan dalam bahasa She, Miao (Hmong) dan Yao ( Kam), kata “me” merupakan kata untuk menyebut ibu.
Jadi kita bisa melihat adanya hubungan antara “persinggungan” bahasa Hakka dengan bahasa She. Namun dalam interaksinya dengan orang Hakka, bahasa ibu orang She juga mengalami perubahan, kadang-kadang bahasa yang lebih maju akan menjadi bahasa utama. Karena itu bahasa she juga berpaling ke bahasa Han. Yang berakhir bahasa She kuno terjadi Han-isasi 汉化.Menurut penelitian, percampuran bahasa ini terjadi pada akhir jaman Tang, dan sampai Song selatan. Banyak moyang orang Hakka pindah ke Jiangxi, Fujian, dan Guangdong. Sehingga mulai tercipta bahasa ini. Singkat kata, bahasa Hakka terbentuk pada jaman Song Selatan.
Sebenarnya masih banyak lagi yang bisa dilihat akibat hubungan interaksi orang She dengan Hakka. Yaitu dari segi bangunan, fengshui, penghormatan leluhur, bahkan tradisi mengubur orang Hakka juga diadopsi oleh orang She. Dari segi pakaian juga terjadi interaksi yang cukup signifikan antara orang Hakka dan She.
Oleh Liu Weilin
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa