Budaya-Tionghoa.Net| Berikut adalah kelanjutan dari Kisah Dibalik Peribahasa Tiongkok Populer (3)
22. MENGASAH BESI MENJADI JARUM
Pinyin : Mo chu cheng zhen 磨杵成针
Makna: Bertekad baja tuk menggapai cita-cita.
Waktu muda Li Bai amat malas. Ia lebih suka bertamasya menikmati pemandangan, daripada duduk di belakang meja belajarnya. Suatu pagi ketika membolos sekolah, Li Bai melihat seorang wanita tua sedang bekerja di pinggiran kali. Karena penasaran ia pun menyapanya, “Sedang mengerjakan apa Nek, Nampaknya sibuk sekali?”
“Nenek sedang mengasah besi ini menjadi jarum,” sahut wanita tua itu sambil terus bekerja.
“Aduh Nenek sudah pikun ya? Mau sampai berapa tahun besi itu baru menjadi jarum?”
“Eeeh dasar anak muda jaman sekarang gampang menyerah,” sentak si nenek, “Tak peduli bagaiamana sukarnya atau berapa lama, selama kita mau berusaha maka tak ada hel yang mustahal, eh hal yang mustahil.”
Li Bai termangu mendengarnya. Ia jadi malu sendiri mengingat kemalasannya selama ini. Sejak hari itu, Li Bai merubah total pola hidupnya. Ia tak pernah lagi membolos sekolah & selalu belajar sampai larut malam. Tak heranlah kelak namanya tercatat sebagai salah satu pujangga besar dari Dinasti Tang.
Catatan :
1. Ada banyak kisah alternatif untuk peribahasa ini. Menurut novel Perjanan ke Utara (Beiyouji), adalah Dewi Gunung Butong (Wudang Shengmu) yang menyamar sebagai nenek pengasah besi. Beliau melakukan itu untuk memotivasi Pangeran Xuanwu yang sedang putus asa dalam bertapa. Berkat dorongan dari sang dewi, Pangeran Xuanwu akhirnya berhasil mencapai kesempurnaan sebagai Dewa Xuantian Shangdi (Hian-Thian Siang-Tee)
2. Peribahasa lain yang konotasinya mirip adalah “mengikat rambut membacok paha “Xuan liang ci gu 悬梁刺股” Peribahasa ini berasal dari kisah dua pelajar sukses, Sun Jin & Su Qin. Sun Jin selalu mengikat rambutnya di langit-langit rumah saat belajar. Alhasil rambutnya akan terjambak tiap kali ia mengantuk. Adapun Su Qin akan membacok pahanya sendiri manakala kantuk manghampiri di tengah belajarnya.
23. BANGSAWAN YE SI PECINTA NAGA
Pinyin : Ye-gong hao long 叶公好龙
Makna : Banyak orang mengaku penggemar, padahal dia tidak benar-benar paham apa yang disukainya.
Bangsawan Ye sangat tergila-gila pada naga. Pokoknya dia mengkoleksi segala sesuatu yang berbau naga. Mulai dari pakaian, ukiran, patung, lukisan, sampai pispotnya pun ada gambar naganya.
Ketika kabar ini sampai ke telinga Raja Naga, ia merasa begitu tersanjung. Ular besar itu segera terbang ke kediaman Ye untuk menjalin persahabatan dengannya. Namun apa yang terjadi? Demi melihat sang naga melongok dari baik jendelanya, Tuan Ye malah berteriak histeris, “Sil-sil-silumaaan!” “Gedebuk!” Seketika iapun pingsan saking takutnya.
24. MENUTUP TELINGA SAAT MENCURI LONCENG
Pinyin : Yan er dao ling 掩耳盗铃
Makna: Kenyataan tak akan bisa disembunyikan.
Seorang maling digerebek saat hendak mencuri lonceng di kediaman Fan. Dengan gelagapan ia berkata, “B-b-bagaimana kalian bisa tahu aku sedang mencuri disini?”
“Justru aneh bila kami tak tahu. Apa tidak sadar lonceng yang hendak kau curi itu berdentang ‘neng neng nong neng’ berisik sekali?!”
“Haaah? Masa sih masih kedengaran!” Sentak maling itu tak percaya, “Padahal tadi sudah kuakali supaya tidak berisik, lho…!”
“Memangnya bagaimana cara kau mengakalinya?” celetuk seorang penggerebeknya penasaran.
“Tadi kusumpal telingaku dengan kain, jadi aku sudah tak mendengar apa-apa lagi. Tapi anehnya kok kalian masih dengar ya …?” keluh si maling tertunduk lesu. Semua warga yang ada disitu tertawa terbahak-bahak mendegar kepolosannya. Mereka lalu menggiring pencuri itu kepada yang berwajib.
25. SEPERTI KATAK DALAM SUMUR
Pinyin : Jing di zhi wa 井底之蛙
Makna: Orang yang pandangannya dangkal.
Si katak sumur melihat kura-kura laut melintas di dekat sumurnya. Dengan pongah ia sesumbar, “Paman Kura-Kura, sumurku ini sangat indah. Airnya jernih & tempatnya nyaman. Cobalah paman main sebentar ke sini. Dijamin pasti kerasan sampai lupa pulang!”
Kura-kura laut terkekeh mendengarnya, “Haiyaa aku kan tinggal di laut yang amat luas, sampai ujung cakrawalapun tak nampak. Disana ikan, udang & kerang tak terhitung banyaknya. Jadi untuk apa aku pindah ke sumurmu yang dangkal & pengap itu?”
Katak sumur terbeliak, sekarang ia baru sadar betapa sempit dunianya ….
26. BELAJAR BERJALAN DARI ORANG HANDAN
Pinyin : Handan xue bu 邯郸学步
Makna: Be confident! Bila anda selalu ingin meniru orang lain, pada akhirnya anda justru akan kehilangan jati diri.
Ada pria dari Negara Yan yang amat minder dengan cara berjalannya. Suatu hari seorang temannya berkata, bahwa orang-orang di Negara Zhao adalah yang paling anggun cara berjalannya. Tanpa pikir panjang, si orang Yan itu pun segera pergi ke Handan (Ibukota Zhao) untuk belajar. Seminggu, sebulan, setahun, sampai uang bekalnya sudah habis ludes, ia belum dapat juga menirukan gaya berjalan orang Zhao.
Namun sekarang ada masalah baru. Ia sudah terlalu lama melupakan cara berjalannya yang asli & belum juga dapat meniru gaya berjalan orang Zhao. Akibatnya sekarang ia sama sekali tak dapat berjalan! Pria itupun terpaksa merangkak untuk pulang ke kampung halamannya.
27. TOMBAK WASIAT VS PERISAI SAKTI
Pinyin : Zi xiang mao dun 自相矛盾
Makna : Kata-kata yang saling berkontradiksi satu sama lain.
Seorang pedagang senjata sedang mempromosikan dagangannya di jalanan Kerajaan Chu, “Tombak wasiatku ini adalah senjata paling tajam di dunia. Dijamin benda sekeras apapun pasti dapat ditembusnya!” Tak lama kemudian ia kembali berkoar-koar, “Nah, kalau perisaiku ini adalah pelindung terkuat di dunia. Kupastikan tak ada senjata yang dapat menembusnya!”
Seorang pelintas tiba-tiba berseloroh, “Lalu apa jadinya bila tombak wasiatmu itu diadu dengan perisaimu?” Si pedagang pucat pasi tak dapat menjawab. Semua orang yang ada disitupun terbahak-bahak mentertawakan bualannya.
28. MELUKIS KAKI ULAR
Pinyin : Hua she tian zu 画蛇添足
Makna : Merusak pekerjaan bagus gara-gara tambahan yang tak berguna.
Sekelompok pemuda mengadakan lomba mengambar ular. Yang tercepat menyelsaikan gambarnya akan mendapat seguci arak kualitas terbaik. Pemuda A berhasil menyelesaikan gambarnya paling cepat. Tapi tiba-tiba timbullah sifat sombongya, “Ah biar kutambahkan 4 kaki di ularku. Nanti teman-temanku pasti makin kagum padaku. Sudah paling cepat, eh paling keren pula gambarnya, huehehehe,” gumamnya cekikikan dalam hati.
Ketika sang pemuda sedang menggambar kaki kanan untuk ularnya, tahu-tahu seorang temannya menyambar guci arak di atas meja. Ia berteriak-teriak penuh kemenangan, “Horeee aku yang pertamax!” Pemuda A jelas tidak terima & protes. Tapi temannya balik mengejek, “Yaah kau mungkin yang pertama, tapi apa yang kau gambar itu? Mana ada ular yang mempunyai kaki?!”
29. HARIMAU BERJALAN DI BELAKANG RUBAH
Pinyin : Hu jia hu wei 狐假虎威
Makna: Bersandar pada koneksi untuk menindas orang lain.
Rubah sedang berjalan-jalan santai ketika harimau tiba-tiba menerkamnya. Tanpa sebersitpun ketakutan diwajahnya, hewan licik itu menggertak, “Hei beraninya kau mengganggu Si Raja Rimba!”
“Eladhalah enak saja kau! Yang Raja Rimba itu kan aku!” protes harimau.
“Oh ya? Berani taruhan? Kalau begitu ayo jalan di belakangku. Nanti akan kau saksikan betapa hewan-hewan di hutan ini takluk padaku.”
Harimau setuju, ia kemudian berjalan belakang rubah. Benar saja, disepanjang jalan yang mereka lalui, hewan-hewan pasti langsung terbirit-birit begitu melihat mereka.
Dengan puas sang rubah melirik hewan buas di belakangya, “Nah benar kan aku ini Si Raja Rimba yang paling disegani.” Harimau hanya manggut-manggut mendegarnya. Ia tak sadar bila hewan-hewan tadi lari ketakutan karena melihatnya, bukan si rubah.
30. TIGA ORANG MAKA TERCIPTALAH HARIMAU
Pinyin : Sanren cheng hu 三人成虎
Makna: Gosip yang dihembuskan berkali-kali akan dianggap sebagai kebenaran.
Raja Ngerei Wei mengutus menterinya yang bernama Pang Cong ke Negara Zhao. Di hari keberangkatannya, Pang Cong bertanya pada sang raja, “Bila ada seorang berkata, ada harimau di jalan akankah Yang Mulia percaya?”
“Tentu tidak,” sanggah Raja Wei.
“Bila ada dua orang yang bilang?”
“Hmmm … kalau itu mungkin Guaren (aku) akan pikir-pikir.” (*Guaren/koajin=cara penguasa menyebut dirinya pada dinasti-dinasti yg kuno)
“Dan kalau tiga orang yang mengatakan?” desak Pang Cong.
“Oh, bila ada tiga orang yang mengatakan, tentu Guaren akan langsung mempercayainya.”
“Nah, Paduka,” ujar Pang Cong dengan mimik serius, “Sekarang Chen (hamba) akan diutus ke negri yang jauh. Jadi Chen harap Paduka jangan percaya, bila nanti ada yang memfitnah Chen.”
Raja Wei mengangguk, Ia berjanji tak akan pernah curiga pada menterinya itu
Ternyata yang ditakutkan Pang Cong benar2 terjadi. Tak lama setelah kepegiannya, mulai berhembus kabar miring yang menuduhnya bersekongkol dengan Kerajaan Zhao. Sekali dua kali Raja Wei masih mengacuhkannya. Tapi lama kelamaan junjungan negara itupun mulai bersyakwasangka pada Pang Cong. Ia bahkan tak menyambut sang menteri ketika kembali dari tugasnya.
Dalam hati Pang Cong hanya bisa meratap, “Sakitnya tuh disini”, seraya menunjuk dadanya ….
-End-
Catatan :
* Guaren 寡人 ini adalah kata ganti menyebut diri sendiri bagi raja-raja sebelum/sampai dengan jaman dinasti Qin (221 SM – 206 SM).
Pada dinasti-dinasti Qin yg biasa dipakai sebagai kata ganti bagi raja/kaisar adalah “zheng“.
Penulis pertama kali membaca tentang istilah “guaren” ini di novel Dongzhou Lieguo (Tong ciu liat kok – Hokkian), dimana para rajanya menyebut diri sbg “koa jin – Hokkian” (dalam pinyin adalah guaren).
Konfirmasi lebih lanjut tentang istilah guaren ini kemudian didapatkan dalam buku Origins of Chinese Name-nya Fu Chunjiang (hal 153).
Oleh : Henry Soetandya
https://www.facebook.com/groups/cersildejia/permalink/750072588394469/
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa