Budaya-Tionghoa.Net |Umumnya kue tahun baru Imlek itu disebut nian-gao, tapi sebelum perayaan Imlek itu sebagian di wilayah Guangdong dan Fujian ada satu kue yang secara umum disebut “kue keranjang” di Indonesia dan disebut kue tahun baru Imlek. Salah tidak salah penyebutannya di Indonesia ini.
Sumber gambar : https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Nian_gao_nin_gou.jpg#globalusage
Tapi kita perlu tahu bahwa yang disebut “kue keranjang” ini disebut tian-gao 甜糕, tianba 甜粑, tianban 甜粄. Bahan utama “kue keranjang” daerah GuangFu ( provinsi Guangdong dan Fujian ) ini adalah tepung beras ketan, gula merah (brown sugar atau 紅糖). Sebenarnya awalnya kue ini adalah untuk dewa dapur (Zaojun 灶君). Dan modelnya mirip-mirip dengan kue keranjang yang ada di Indonesia, ada yang bulat dan ada yang kotak juga dibungkus dengan daun pisang atau bambu untuk mencetaknya. Umumnya etnis Hakka tidak menaburkan wijen di atas kue keranjang itu tapi di Guangdong ada yang menaburkan kacang wijen atau kacang tanah.
Nah, apa itu nian-gao? Nian-gao itu berkaitan dengan kisah monster “nian” dalam “Jingchu sui shi ji” ( 荊楚歲時記 ) , catatan kebisaan tahun baru Jingchu yang dibuat di jaman dinasti selatan (420-589 BE) dan ditulis oleh Zong Lin (501-565 BE). Niangao ini ditujukan untuk monster”nian” agar merasa kenyang dan versi lainnya untuk mengenang jasa Wuzixu 伍子胥 (559- 484 BCE)yang membantu Helv 闔閭 menjadi raja Wu. Dan awal mulanya niangao ini berasal dari Hangzhou.
Beragam bentuk kue tahun baru imlek bahkan penganan wajib yaitu kue lapis yang disebut jicenggao (kue sembilan lapis 九層糕). Makna dari kue ini adalah semakin maju dan jaya. Kue ini di berbagai daratan Tiongkok digunakan dibeberapa festival, seperti Qingming, Chongyang, Zhongyuan, Yuanxiao (Capgome) dan Chuxi (malam tahun baru imlek).
Tradisi untuk memberikan yang manis-manis pada dewa dapur Zaojun seingat saya sudah tercatat pada dinasti Tang, awalnya mengoleskan madu kemudian berkembang dengan berbagai macam cara hingga mengoleskan arak. Kue keranjang konon yang lengket dan manis ini ditujukan agar bibir Zaojun menjadi lengket dan tidak berbicara hal-hal yang buruk ketika menghadap Yuhuang Shangdi.
Tapi kebiasaan ini tidak sesuai dengan isi dan anjuran kitab tentang Zaojun yang menyatakan bahwa Beliau adalah tegas dan tidak bisa disogok dengan cara apapun, bahkan kisah-kisah rakyat yang beredar mencibir perilaku segelentir masyarakat yang ketakutan dan menyogok Zaojun, ternyata Beliau tidak bisa disogok. Sogokan untuk Beliau adalah pertobatan/penyesalan dan janji untuk berbuat lebih baik lagi di awal tahun yang baru, ini termaktub dalam kitab Zaojun.
Menilik bahan pembuatan kue keranjang di GuangFu ini mirip dengan di Indonesia, maka sulit dilepaskan kaitannya antara kuliner khas Imlek di Guangfu dengan yang di Indonesia. Apalagi ada kue lapis sebagai salah satu penganan utama perayaan Imlek di Indonesia.
Oleh : Ardian Zhang
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa