Ke tiga surat itu diberikan oleh keluarga calon mempelai pria untuk keluarga calon mempelai wanita untuk memberikan kepastian dan menjamin pernikahan itu akan dilaksanakan, bukan sekedar main-main. Untuk menjamin kepastian itu selain surat adalah enam ritual/tata cara menuju proses pernikahan. Walau disebut enam tata cara atau ritual, pada kenyataanya lebih dari enam itu.
Enam ritual/tatacara pernikahan :
- nacai納彩 istilah umumnya adalah “拿彩礼” yaitu keluarga pria melamar melalui meiren 媒人 ( mak comblang ). Jika keluarga gadis menyetujui maka proses berlanjut. Meiren umumnya membawa hadiah perkenalan dari keluarga pria yang melamar. Bisa arak beras dan arak gandum, bisa belibis, sutra lima warna dan lain-lain.
- wen ming 問名, yaitu prosesi dimana keluarga pria meminta meiren 媒人 atau mak comblang untuk menanyakan nama dan tanggal lahir gadis yang dinikahi pada keluarganya. Tujuannya adalah untuk mencek apakah masih memiliki hubungan darah dan kedua adalah untuk meminta tanggal lahir untuk diramal apakah keduanya cocok atau tidak. Kadang nama dan tanggal lahir dari calon pasangan itu ditaruh di altar leluhur, untuk memberitahu kepada para leluhur bahwa akan ada pernikahan.
- naji ” 纳吉“ adalah prosesi peramalan. Cara peramalannya bisa menggunakan metode bugua 卜卦 ( melemparkan batang-batang bambu untuk dilihat hasilnya ), bisa menggunakan bazi 八字 ( hasta aksara ) yang menggunakan metode berdasarkan tanggal lahir dan metode bazi ini yang umum digunakan. Dimana setelah dihitung dan dinyatakan memiliki kecocokan menurut perhitungan bazi atau hasil bugua itu baik maka proses lanjutan berjalan. Kedua belah pihak memberikan buku silsilah keluarga jiapu 家譜. Prosesi ini disebut huangeng pu 換庚譜 dan menyatakan bahwa pasangan itu bertunangan. Umumnya pihak calon mempelai pria mengantarkan barang-barang sebagai hadiah pertunangan dan untuk mempersiapkan pernikahan dan bila pihak calon mempelai wanita setuju maka akan memberikan gengtie庚帖 ( kartu yang berisikan nama dan tanggal lahir calon mempelai )pada pihak calon mempelai pria. Setelah itu nama dan tanggal lahir calon pasangan ditaruh di altar leluhur untuk memberitahu para leluhur tentang pertunangan ini dan akan ada pernikahan. Dahulu disebut guo wending 過文定, konon raja Zhou Wenwang saat ingin menikah, beliau meramal apakah cocok dan baik pernikahannya. Setelah hasil peramalannnya baik, maka beliau memberikan hadiah untuk pertunangan. Karena itu kadang naji disebut juga guowending atau bertunangan.
- Nazheng 納征 atau napin拿聘 dan kadang disebut guodali 過大禮 dapat dikatakan adalah pertunangan yang resmi dan barang-barang yang diberikan itu juga sebagian bisa dipergunakan saat pernikahan. Umumnya ritual naji dan nazheng dijalankan bersamaan. Sebelum ritual nazheng, biasanya ada perundingan antara keluarga pria dan wanita untuk membahas masalah hadiah ini untuk disesuaikan dengan kemampuan calon mempelai pria. Utusan dari keluarga calon mempelai pria yang membawa hadiah ( seserahan ) bisa dua atau empat perempuan yang sudah berkeluarga ( tidak boleh yang cerai dan tidak punya keturunan ) dan memiliki kekerabatan erat dengan keluarga pria.Jika tidak ada, bisa sahabat dekat dari keluarga calon mempelai pria. Isi hadiah( seserahan ) tergantung pada kebiasan masing-masing sub etnis Tionghoa, tapi secara garis besar memiliki kesamaan. Isi hadiah ( seserahan )dari keluarga calon mempelai pria antara lain :
– Pinjin 聘金, emas dan uang. Pemberian ini adalah sebagai ucapan terimakasih dari pihak calon keluarga mempelai pria pada orangtua calon mempelai wanita atas jasanya membesarkan dan merawat calon mempelai wanita. Jumlah uang dan perhiasan biasanya disesuaikan dengan kemampuan calon mempelai pria. Umumnya jumlah uang itu berangka delapan atau Sembilan. Misalnya : Rp.8.888.800 ( US$ 8.888 ) atau Rp. 9.999.900 ( S$ 9.999 ). Emas perhiasan berbentuk gelang, kalung, cincin bahkan emas batangan. Emas perhiasan pada umumnya diberikan pada calon mempelai wanita. Tujuannya selain sebagai perhiasan adalah sebagai simpanan jika pernikahannya mengalami masalah ekonomi atau sang suami tidak bertanggungjawab atas kehidupan sang istri.
– Pinbing 聘餅, kue. Biasanya dibagikan untuk kerabat yang membantu persiapan pertunangan maupun pernikahan. Jaman dahulu kue itu satu pikulan, bisa isi kue mangkok 發糕.
– Makanan laut ( umumnya adalah makanan mewah ). Umumnya 4 macam, 6 macam atau 8 macam. Untuk makanan ini biasanya jumlah dan jenis itu dirundingkan sebelum diserahkan mengingat makanan yang diberikan adalah makanan mewah. Sekurang-kurangnya untuk jumlah adalah dua atau bilangan genap, tidak boleh bilangan ganjil. Makanan itu antara lain adalah : sayur facai 發菜, abalon 鮑魚, jamur shitake 冬菇, teripang 海參, juhi 魷魚, perut ikan/hipio 魚肚/魚鰾, udang, sirip ikan hiu 魚翅, tiram dan lain-lain.
– Sansheng ( samseng )三牲. Dua pasang ayam hidup ( jika ayah atau ibu sudah meninggal, cukup 1 pasang ayam ), ikan dua ekor, kaki babi sepasang ( boleh diganti dengan daging babi ). Makna pemberian itu adalah semoga ketulusan dalam melaksanakan pertunangan maupun pernikahan dari keluarga calon mempelai pria dan wanita itu akan menghasilkan buah yang baik. Dan mengingatkan bahwa manusia bisa hidup karena tiga alam itu.
– Kelapa 4 butir yang diikat atau ditaruh di nampan sepasang- sepasang. Maknanya adalah ada kakek ada anak. Melambangkan keluarga yang ideal karena ada kakek, anak dan cucu. Jika orangtua tidak lengkap, cukup 2 butir saja.
– Arak empat botol, melambangkan cinta yang menggebu-gebu, menggelora.
– Buah segar, melambangkan pengharapan dalam menempuh hidup baru itu bergairah dan berbuah hasil yang baik bagi calon keluarga baru. Bisa tiga jenis buah atau lima jenis buah yang ditaruh di nampan dan berjumlah 18 atau 36. Tiga ini melambangkan tiga anasir alam dan lima adalah melambangkan lima unsur. 18 adalah tingkatan langit tengah dan 36 adalah tingkatan langit tertinggi, melambangkan pernikahan mereka itu juga memiliki keterkaitan dengan alam dan diharapkan pernikahan itu seperti lapisan langit yang indah juga semoga pernikahan itu tidak akan melanggar aturan alam. Jumlah itu tidak mengikat tapi yang diutamakan adalah kelipatan 9, karena orang Tionghoa percaya selain angka 9 adalah angka tertinggi juga melambangkan 9 lapisan langit utama 九重天/ 九霄.
– Empat macam buah kering : almond, lengkeng kering, kacang kulit, leci kering. Mendoakan agar pernikahannya bahagia, anak cucu berbakti dan berhasil menjadi orang.
– Empat macam manisan. Bisa gula batu, manisan tangkwe 冬瓜糖, manisan jeruk, manisan angco 紅棗糖 dan lain-lain. Melambangkan pengharapan agar kehidupan mereka manis dan bisa langgeng hingga akhir hayat.
– Daun teh dan wijen. Dalam masyarakat Tionghoa, pemberian teh adalah satu penghormatan besar. Pemberian ini juga mengisyaratkan bahwa keluarga calon mempelai pria menghormati keluarga calon mempelai wanita. Tapi selain itu juga pemberian daun teh dan wijen mengandung pesan tersembunyi. Pesan itu diberikan kepada calon mempelai wanita bahwa ia sudah mengikat janji untuk menikah dengan calon pasangannya, harus menepati janji dan tidak menyesal.
– Lijinhe 禮金盒 ( kotak hadiah ). Isinya antara lain : biji teratai (melambangkan memiliki keturunan ), bunga lily 百合 melambangkan rukun hingga akhir hayat, benang biru qinglu 青縷 ( melambangkan hati sejernih langit ), pinus ( umumnya daun pinus, yang melambangkan panjang umur ), buah pinang sepasang ( 4 butir ), almond, kacang hijau, kacang merah, uang keberuntungan lishi利市 ( dalam amplop merah 紅包 ) , pita merah, sajak berpasangan ( kuplet ), kertas yang tertuliskan pasangan yang bahagia 雙喜.
– Dupa, lilin naga dan phoenix, petasan. Dupa dan sepasang lilin naga phoenix ini biasanya dinyalakan saat malam pengantin. Maknanya agar kehidupan mereka itu harum dan selalu terang. Petasan dinyalakan saat menjemput pengantin wanita, tujuannya adalah mengusir semua kesialan yang akan menimpa sang pengantin.
– Bahan pembuat onde diberikan oleh keluarga calon mempelai pria untuk keluarga calon mempelai perempuan akan membuat onde. Maknanya adalah semoga bisa meraih kebahagiaan dan hidup yang indah.
Keluarga calon mempelai wanita setelah menerima semua hadiah ini akan mengembalikan sebagian hadiah atau beberapa.Buah pinang yang diambil hanya satu butir, 3 butir lagi dikembalikan pada pihak pria, maknanya adalah hanya satu suami hingga akhir hayat (一郎到尾 ). Juga memberikan hadiah bagi calon mempelai pria. Hadiah itu adalah : talas sepasang, buah delima sepasang, sepasang akar teratai ( maknanya adalah rukun dan bahagia hingga akhir hayat, semua berkecukupan, memiliki keturunan yang berbakti dan berguna ); celana panjang ( makmur berkecukupan dan panjang umur ); sepatu ( hidup bahagia sampai tua 同皆到老 ); pinus ( daun pinus ); dompet yang diisi uang keberuntungan; handuk; songgao松糕 ( sponge cake ) ; jahe.
Pada jaman sekarang dimana perayaan pernikahan menggunakan E.O ( event organizer ) dan menyewa gedung, kadang pada saat pengembalian hadiah itu bisa menjadi satu isyarat siapa yang membiayai pernikahan itu. Ada yang beranggapan bahwa dengan mengambil semua uang seserahan itu artinya pihak wanita yang membiayai, jika dikembalikan semua artinya pihak pria yang membiayai. Jika diambil setengah artinya biaya itu dibagi dua. Dan uang atau hadiah yang diperoleh itu diambil oleh yang membiayai atau dibagi dua jika memang biaya dibagi dua. Tapi ini bukan suatu hal yang mutlak. Biasanya dirundingkan masalah pembiayaan itu. Ritual atau prosesi nazheng ini juga sebenarnya memperkenalkan kerabat atau sahabat wanita dari keluarga calon mempelai pria.
5. Qingqi 請期 yaitu ritual/prosesi dimana pihak keluarga mempelai pria memberitahukan kepada pihak keluarga mempelai wanita kapan menyambut pulang mempelai wanita kerumah mempelai pria. Biasanya hari itu dipilih berdasarkan hari baik.
6. Qingyin 親迎 atau kadang disebut yingqin 迎親 artinya mempelai pria menuju rumah mempelai wanita untuk menyambutnya pulang kerumah mempelai pria. Sebelum menjemput calon mempelai pria sembahyang di rumah abu keluarga calon mempelai wanita baru menjemput calon pengantin wanita dengan joli pengantin. Tapi jika tidak ada, maka biasanya setelah menemui calon mempelai wanita, pasangan tersebut melakukan sembahyang dialtar rumah keluarga calon mempelai wanita.
Enam ritual 六禮 yang ditulis diatas berdasarkan kitab Liji tapi pada prakteknya banyak prosesi ritual pernikahan yang tidak terdapat dalam kitab Liji. Salah satunya adalah ritual shangtou 上頭 atau yang dikenal dengan sebutan “ciotao” di Indonesia. Selain itu adalah upacara kujia 哭嫁 ( lihat http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/3686-ritual-dan-adat-pernikahan-orang-hakka-serta-kujia-pada-pengantin-wanita-hakka ), upacara baitang 拜堂 ( sembahyang )dan prosesi anchuang 安床 ( menaruh ranjang ). Selain hal itu adalah ritual tolak bala seperti melempar beras kuning, memakai payung, melewati tampah. Ritual tolak bala ini berasal dari kisah Zhougong mengadu ilmu melawan Taohua nv 周公遇桃花女鬥法.
Anchuang 安床 adalah menempatkan ranjang untuk calon pengantin beberapa hari sebelum pernikahan. Yang menaruh dan memasang ranjang itu adalah pria yang sudah beristri ( tidak cerai ) dan memiliki anak. Penempatan ranjang itu tidak boleh terkena sudut-sudut tajam dari lemari maupun meja atau apapun untuk menghindari shaqi 煞氣 ( energy buruk ) dan tidak boleh menghadap cermin. Setelah itu, kain seprai, bantal dan lain-lain dipasang oleh wanita yang sudah mempunyai cucu. Kadang selimut itu diikat dan dibentuk menjadi sepasang belibis melambangkan cinta sejati dan abadi, kadang ditaruh manisan kering di atas ranjang. Setelah semua selesai, ranjang itu tidak boleh diduduki atau dipakai tidur oleh calon pengantin, orang yang belum menikah, duda, janda. Tapi anak kecil boleh bermain di atas ranjang itu ( maknanya semoga memiliki keturunan dan hidup berkecukupan ), selain itu ada juga yang meminta sepasang suami istri yang sudah memiliki cucu untuk duduk sebentar di atas ranjang ( maknanya semoga hidup bahagia sampai akhir hayat ). BERSAMBUNG