Ketika di Eropah Perang Tiga Puluh Tahun sedang berkecamuk, Tiongkok sedang mengalami semacam Rokoko dengan kisah cinta romantis. Sekitar tahun 1630 kurang lebih 70 tahun setelah “Jinpingmei” (金瓶梅), terbitlah dari Maestro Li Yu (李漁) sebuah novel tatakrama “Rouputuan” (肉 蒲團).
Pemeran Protagonis novel ini berjuluk Weiyang sheng “Sarjana sebelum tengah malam” (未央生). Suatu hari ia mengunjungi kuil Budha di sebuah puncak gunung, dan bertemu dengan seorang Pertapa dengan nama biara “Pertapa Puncak Sepi atau Biarawan Karung Kulit” (布袋和尚), yang ingin mengangkatnya menjadi murid. Tetapi karena ia mempunyai niat, sebelum mengikuti jalan Budha, terlebih dulu ingin menikahi gadis tercantik. Maka ia menolak “Tikar doa keras dari rumput”, dan lebih memilih “Bantal doa lembut dari daging” (肉 蒲團).
Kemudian ia menikahi Harum (玉香), gadis desa cantik. Ayah mertuanya, Taois Pintu Besi (鐵扉 道人), berusaha membimbingnya untuk menjadi lebih baik, tapi ia mengabaikannya. Dan dengan alasan ingin mempersiapkan ujian negara S2 di ibu kota, ia meninggalkan istrinya dan pergi mengembara.
Di Ibu kota ia bertemu dengan Bandit Kunlun (賽崑崙), seorang maling budiman, yang membagikan hasil curiannya kepada rakyat miskin, lalu keduanya mengangkat saudara. Dengan bantuan Bandit Kunlun ini, Weiyang sheng terlibat perselingkuhan dengan banyak wanita, termasuk: Aroma (艷芳), istri Quan Laoshi (權老實); Xiangyun (香 雲), istri Xuanyuanzi (軒軒 子); Ruizhu (瑞珠), istri Woyunsheng (臥 雲 生); Ruiyu (瑞玉), istri Yiyunsheng (倚 雲 生).
Ketika Quan Laoshi mendengar hubungan gelap istrinya dengan Weiyang sheng, ia menjadi marah dan bertekad untuk membalas dendam. Ia menyamar dan menyusup di rumah mertua Weiyang sheng, menghamili Harum dan mengajaknya kabur. Ditengah perjalanan ia menjual Harum kesebuah rumah bordil untuk menjadi pelacur. Kemudian, setelah menyadari bahwa ia telah melakukan dosa besar, ia memutuskan untuk menunjukkan penyesalan dengan menjadi seorang biarawan.
Sementara itu, di rumah bordil, Harum dilatih dalam berbagai teknik khusus dan menjadi terkenal. Kemudian ia bertemu Xuanyuanzi, Woyunsheng dan Yiyunsheng, dan menjadi langganan tetapnya. Ketika Weiyangsheng suatu hari mengunjungi rumah bordil, Harum melihat suaminya dan melakukan bunuh diri karena malu.
Inti cerita bertumpu pada Zen dan Karma: Dimana Weiyang sheng yang berselingkuh dengan istri Quan Laoshi dan lainnya, kemudian menerima ‘pembalasan’ ketika orang-orang ini berselingkuh dengan istrinya; petualangan seksualnya berakhir ketika ia akhirnya ‘terbangun’ (yaitu kembali ke akal sehatnya) dan memutuskan untuk mengejar Zen dengan melepaskan semua keterikatannya dengan duniawi dan menjadi murid Pertapa Puncak Sepi.
Disusun dan diterjemahkan oleh: Aldi Surjana
Dari buku Jou Pu Tuan, karya Liyu (Edisi bhs Jerman, terbitan tahun 1959.)
Blog: http://www.aldisurjana.com/