Kisah sedih tentang puisi Li Mochou „Aku bertanya pada dunia, apakah cinta itu?“
Li mochou adalah karakter dalam novel cerita silat terkenal “The Return of the Condor Heroes”.
Dalam ceritanya, Li mochou adalah seorang wanita cantik yang luar biasa, tapi dengan hati yang kejam. Dia jatuh cinta pada seorang pria. Keduanya sangat mencintai satu sama lain.
Tapi Li mochou berasal dari perguruan silat, yang hanya menerima anggota perempuan, dan melarang anggotanya mencintai, bahkan melarang anggotanya meninggalkan tempat perguruan. Demi cinta, Li mochou mengkhianati perguruannyanya.
Meskipun demikian, Li mochou mencintai pria itu, sedangkan pria itu mencintai gadis lain. Li mochou menjadi sangat terluka, dan kemudian cintanya berubah menjadi kebencian. Dia membunuh banyak orang, termasuk semua kerabat pria itu dan kekasih barunya. Dia bahkan membunuh banyak orang, hanya karena nama mereka mengandung kata yang sama dengan pasangan kekasih itu. Dia menjadi pembunuh yang mematikan, dan mendapat banyak musuh.
Akhirnya, Li mochou diracuni oleh salah satu musuhnya. Ini adalah racun khusus yang disebut bunga cinta. Begitu seseorang diracuni oleh bunga yang penuh kasih, dia akan kesakitan. Semakin tergerak cinta, semakin menyakitkan. Li mochou tidak bisa mengendalikan emosi cintanya. dia melompat ke dalam api yang mengamuk. Di dalam api, dia menyanyikan puisi “Apa itu cinta? Cinta sampai maut memisahkan kita”. Dalam suara puisi ini, dia meninggal. ~ aldithe
Puisi “Li mochou” : Ode Sepasang Belibis
Yuan Haowen (1190-1257; Yuan)
Dialihbahasakan oleh: Fuyuan Zhou
Semesta ku bertanya,
apakah gerangan cinta
yang terus menyuruh berjanji sehidup semati?
Sejoli kelana melintasi langit selatan bumi utara,
panas dingin berulang menerpa sayap yang renta.
Suka dalam cengkerama,
duka dalam perpisahan,
ternyata ada putra putri yang begitu kerasukan!
Lantas engkau pun mengadu,
ribuan kilo mega tiada bertepi,
ribuan bukit salju di petang hari,
kepada siapakah bayang tunggal menuju?
Jalanan Fen melintang,
tambur seruling tahun itu berubah hampa,
Bumi Chu senantiasa diratai kabut belantara.
Apa gunanya arwah Chu berusaha diundang,
hantu gunung pun ikut meratapi badai hujan.
Langit pun cemburu,
belum juga percaya,
bukankah kenari dan seriti telah menjadi tanah!
Seribu tahun sepanjang masa,
menanti para penyair yang resah,
yang mereguk tuntas bernyanyi lepas,
datang berkunjung ke tempat belibis dikubur..
Dalem bgtt puisinya 😭