Pan Yue (247–300), atau dikenal juga dengan nama Pan An, adalah seorang sastrawan terkenal pada masa Dinasti Jin Barat. Tidak hanya terkenal karena bakat sastranya, ia juga terkenal dengan wajahnya yang paling elok rupawan di seantero Tiongkok kuno.
Reputasinya menyebar begitu luas sehingga orang-orang di masa itu menyebut “setampan Pan An” (Mào ruò pan an) sebagai sanjungan untuknya, dan sekarang dikenal sebagai idiom untuk menggambarkan ketampanan seorang laki-laki. Kisah tentang keelokan rupanya juga meluas dari sebuah cerita dari mulut ke mulut tentang Pan An sendiri, yaitu “melempari kereta dengan buah-buahan hingga penuh” (zhì guo yíng che).
Keluarga Pan berasal dari Zhongmou (Zhongmu sekarang, Henan). Kakeknya Pan Jin, adalah seorang gubernur Anping (Jizhou sekarang, Hebei) di masa dinasti Han Timur, dan ayahnya Pan Pi, bertugas sebagai gubernur Langye (Linyi sekarang, Shandong). Pan An juga dikenal sebagai anak jenius berbakat saat kecilnya sehingga amat terkenal di desanya di desa Gong, Henan.
Pada tahun 266, saat ia berusia 19 tahun, Pan pindah ke ibukota kerajaan Luoyang dan bekerja sebagai asisten di Kementerian Pekerjaan. Walaupun ia berbakat dan berwajah tampan, ia tidak bisa mengembangkan karirnya untuk dekade berikutnya.
Pada awal tahun 270-an, ia bekerja sebagai pembantu Jia Chong, seorang pejabat tinggi Kaisar Wu dari Dinasti Jin. Di tahun 278, ia kehilangan minat pada pekerjaan sipil dan pensiun, sebelum pulang ke rumah keluarganya di desa Gong.
Namun ia melepas pensiunnya pada tahun 282 untuk bertugas sebagai hakim di desa Meng, utara Sungai Kuning dari Luoyang. Ia kembali ke Luoyang pada 287 untuk bertugas sebagai pejabat di sana sebelum diturunkan dari jabatannya tanpa alasan jelas.
Sekitar tahun 295, ia kembali ke Luoyang untuk bertugas di bawah pejabat bernama Jia Mi. Namun Jia dibunuh dalam suatu peristiwa kudeta pada tahun 300, dan Pan An dituduh terlibat dalam pemberontakan untuk perebutan kekuasaan.
Akhirnya sebelum kebenaran dari kasus itu terungkap, Pan dan seluruh keluarganya ditangkap dan dihukum mati.
Pan An tidak hanya terkenal oleh parasnya yang elok, tapi juga kemampuan sastranya. Ia memiliki popularitas sama dengan sastrawan lain, Lu Ji, sehingga ada pepatah bahwa, “bakat sastra Lu sangat mirip sebuah laut; bakat sastra Pan sangatlah mirip sungai.”(Lùcáirú hai, pancáirú jiang).
Dikisahkan bahwa setiap kali Pan An keluar dari rumahnya untuk bepergian, orang-orang akan mengejar keretanya untuk mengintipnya dengan penasaran. Ia memiliki sangat banyak penggemar berat, dan sebagian besar adalah wanita sehingga tidak semua orang bisa mendekati keretanya.
Akhirnya para penggemarnya melempari buah-buahan ke keretanya sebagai ungkapan rasa kagum mereka. Tidak pernah disebutkan apakah Pan An pernah tertimpuk oleh buah-buahan dari penggemarnya, namun yang pasti setiap kunjungan adalah rezeki luar biasa untuknya.
Kronik Jin menulis tentang paras tampan Pan An :
“(Pan) Yue sangatlah tampan dalam penampilan dan pembawaannya… Saat ia masih muda, ia sering berkeliaran di sekitar luar Luoyang, membawa ketapel di bawah tangannya. Para wanita yang bertemu dengannya mengelilinginya dan melemparinya dengan buah dalam keretanya. Sehingga pada saat ia pulang, keretanya penuh dengan buah-buahan.”
Karya-karyanya yang paling terkenal adalah tiga puisi untuk istrinya yang sudah meninggal dunia. Salah satunya berbunyi seperti ini :
“Kita adalah sepasang burung yang bersarang di pohon. Salah satunya terbangun di pagi hari, hanya untuk mendapati dirinya sendirian.” ~
Golden Lotushttps://www.facebook.com/groups/goldenlotus24/