– -Rangkuman diskusi pada Grup FB Budaya Tionghoa-
Foto Ilustrasi : Aktor Chow Yun-fat memerankan Confucius
Oleh Pengelana Mimpi, Ardian Cangianto, 伯通周, dan Djoni Chingik; disaring dan ditutur ulang oleh Amalia P.
Shengren adalah sebutan yang kini umum didengar. Ada yang menerjemahkan sebagai ‘nabi’ dan ada yang menerjemahkan sebagai ‘seorang suci’. Sesungguhnya untuk mengetahui apakah shengren, kita perlu belajar mengenai etimologi kata tersebut. ‘Shengren’ hanzinya adalah ‘聖人’. Jika kita bedah huruf ‘sheng 聖’ maka akan ditemukan bahwa kata itu terdiri dari 王耳口.
Pada huruf ‘wang 王’ dapat diuraikan menjadi tiga garis 三 melambangkan Tian (langit), Di (bumi), Ren (manusia). Tiga garis tersebut dihubungkan dengan satu 丨garis vertikal yang melambangkan orang yang mengharmonikan Tian, Di, Ren, maka disebut sebagai Wang (raja). Huruf ‘er 耳’ alias radikal telinga, sebagai lambang bagi mereka yang bisa mendengarkan, memahami serta mempelajari alam semesta. Kemudian radikal ‘kou口’ radikal mulut, adalah lambang bahwa mereka bisa mengajari kepada orang lain tentang apa yang telah mereka pelajari. Jadi, ‘sheng 聖’ dari pengupasan tersebut dapat diambil kesimpulan adalah mereka yang bisa mendengarkan, memahami, mempelajari alam semesta (tian-di-ren) dan kemudian mengajarkannya kepada manusia lain.
Pada kitab klasik, seperti Dao De Jing atau nama lamanya adalah Kitab 5000 Huruf Laozi, di bab 2 tertulis mengenai shengren sebagai berikut “是以聖人處無為之事,行不言之教.” Di sini, saudara Ardian menyebut artinya adalah “seorang suci bertindak itu dengan wuwei. menjalankan ajaran tanpa kata,” Lalu, apakah yang dimaksud dengan ‘wuwei’? Mengutip dari Profesor Xin Hongjuan 辛紅娟 maupun Chen Yaoting 陳耀庭, keduanya fasih dalam bahasa inggris dan bidang studinya memang sastra klasik. Mereka mengatakan bahwa ‘wuwei’ bukan ‘non action’. Pengartian ‘wuwei’ sebagai ‘non action’ adalah kesalahan penerjemahan yang meluas di kalangan barat. ‘Wuwei di sini artinya ‘tidak memaksa’. Jadi shengren tidak memaksa tidak mengharap tidak merebut. Beliau tidak berkepentingan dan shengren memberikan pelajaran bukan hanya melalui kata-kata melainkan juga dengan tindakannya.
‘Shengren 聖人’ berbeda dengan ‘xian 仙’ maupun ‘shen 神’ dan pemahaman mengenai ketiganya tidak dapat dicampuradukan. Mengzi pernah menulis, “聖而不可知之之謂神.” Tulisan tersebut dapat diterjemahkan sebagai “sheng tidak dapat dinyatakan sebagai dewa.” Untuk pemahaman mengenai ‘xian 仙’, ada baiknya kita pinjam pernyataan dalam Songji, “臣光曰:’老、庄之书,大指欲同死生,轻去就。而为神仙者,服饵修炼以求轻举,炼草石为金银,其为术正相戾矣’.” Tertera di pernyataan tersebut bahwa shenxian atau dapat dikatakan xian adalah seseorang yang melatih diri hingga dapat merubah rumput dan batu menjadi emas dan perak atau dalam kata lain melakukan keajaiban/sihir. Maka, pernyataan seorang member lain pada thread tersebut yang menyebut bahwa ‘sheng 聖’ dapat disamakan dengan ‘xian 仙’ maupun untuk yang telah mencapai kebuddhaan atau kekosongan, tidak dapat dibenarkan dengan dasar perkataan yang disebut di atas.
Kemudian, mengambil dari ajaran Buddhisme, disebut bahwa ‘shengren 聖人’ adalah seseorang yang telah mampu melenyapkan 5 belenggu noda batin dan 5 belenggu pandangan sehingga ada total 10 belenggu. 5 belenggu noda batin tersebut adalah keserakahan, kebencian, ketidaktahuan, tinggi hati/kesombongan, dan keraguan. Kemudian 5 belengu pandangan disebutkan isinya tentang pandangan diri sebagai entitas yg kekal dan nyata, Pandangan ekstrim (nihilisme dan eternalisme), pandangan salah bahwa tiada hukum sebab akibat, pandangan kemelekatan pada 3 pandangan di atas dan merasa dapat membawa pada pencapaian kesucian, lalu terakhir pandangan kemelekatan pada ritual dan kebiasaan yang dipercayainya dapat membawa pada kesucian.
Pandangan dari sudut ajaran Buddhisme tersebut sejalan atau dapat dikatakan serupa dengan makna shengren pada kitab Dao De Jing yang telah dikemukakan di atas. Akhirnya di sini bisa disimpulkan, ‘shengren 聖人’ memiliki tiga kriteria, yaitu: ‘shengren 聖人’ bisa diartikan manusia suci dan manusia suci itu adalah manusia yang melaksanakan kebajikan dan moralitasnya secara sungguh-sungguh. Kedua, orang suci itu bukanlah yg memiliki keinginan-keinginan pribadi tp demi kepentingan dunia. Ketiga, ‘shengren 聖人’ berpengetahuan luas dan melampaui manusia. Tiga kriteria ini ada dalam pribadi Kongzi maupun ‘shengren 聖人’ yang lain.
-Kongzi Sebagai Shengren 聖人-
Ada banyak tokoh dalam sejarah Tionghoa yang dinobatkan oleh masyarakat sekitar dan setelahnya atau para pengikutnya sendiri sebagai shengren. Penobatan atau penyebutan seseorang sebagai ‘shengren 聖人’ banyak yang baru dilakukan ratusan tahun setelah tokoh tersebut meninggal. Tokoh-tokoh yang dinobatkan itu antara lain Fuxi, Laozi, Mengzi, Xunzi, Mozi, Zhuangzi dan masih banyak lagi lainnya.
Pada bahasan ini, seperti juga pada thread-nya, yang menjadi fokus adalah Kongzi. Maka itu, kita akan coba bedah pernyataan Kongzi yang termuat dalam Lunyu 論語 bab Shu’er 述而. 子曰:”若聖與仁,則吾豈敢. 抑為之不厭,誨人不倦,則可謂云爾已矣. Pernyataan tersebut diterjemahkan menjadi “Kongzi berkata ‘Jika disamakan dengan shengren dan renren (manusia suci dan manusia berbudi bajik sebelum kongzi), saya tidak berani’.” Sebab dari pernyataan ini adalah di masa itu murid-muridnya banyak yg menganggap kongzi sudah setara dengan shengren lain. Dalam hidup Kongzi, walau ditolak di mana-mana beliau tidak memaksa atau menggerakan pemberontakan. Kongzi tetap berjalan dengan teguh seperti pengertian 道 (sebagai karta kerja yg artinya jalan dengan tegak dan mantap). Beliau juga melaksanakan apa yang dikatakannya itu sebagai contoh. Jadi, dirinya konsisten antara ucapan dengan tindakan.
Semua pengulasan baik dari jaman Han maupun Song-Ming menyatakan bahwa kalimat 若聖與仁, 則吾豈敢 menunjukkan moralitas Kongzi dengan merendah diri. Dengan merendahkan diri, maka Kongzi dinyatakan sebagai shengren sebab apa yang dilakukannya tersebut sejalan dengan yang dinyatakan dalam Dao De Jing bab 2 yang telah dikemukakan sebelumnya, Kongzi melakukannya dengan ‘wuwei’. Berbeda hal dengan jika ada seseorang yang berteriak dan menyatakan dirinya adalah sebagai ‘shengren聖人’, kita justru boleh menyebutnya sebagai megalomania. Jelas, Kongzi maupun mereka yang kita dan leluhur pandang sebagai sebagai ‘shengren 聖人’ bukanlah seorang megalomania dan tidak teridentifikasi suatu hal yang dapat membuat kita berkesimpulan mereka mengidap megalomania.
Gongxi Hua pernah berkata demikian, “inilah yang murid-muridnya tidak dapat pelajari.” Versi tulisan asli dari ucapan tersebut adalah “公西華曰:’正唯弟子不能學也’.” Atas tindakan Kongzi yang telah disebut pada paragraf sebelumnya dan berdasarkan pernyataan Gongxi Hua ini, dapat diambil kesimpulan bahwa ia amat menghargai pemikiran Kongzi yang selalu memperbaiki diri tiada henti (自強不息), tidak merasa sudah mencapai satu pencapaian dan tetap rendah hati. Maka, dikatakan oleh Gongxi Hua, tentang ini murid-murid Kongzi belum tentu bisa melakukannya.
Kemudian, terdapat pula sebuah pernyataan dari Kongzi sendiri, “子曰:’吾十有五而志於學,三十而立,四十而不惑,五十而知天命,六十而耳順,七十而從心所欲,不踰矩。中庸之道的:“天命之谓性,率性之谓道,修道之谓教’.” Berikut adalah versi yang telah diterjemahkan, “Ketika umur 15, Aku bertekad dan semangat untuk belajar, umur 30 sudah berpijak, umur 40 tidak bimbang, umur 50 mengetahui rahasia Langit atau takdir, umur 60 dengan mendengar bisa mengetahui isi perkataan orang lain benar atau
salah, umur 70 hati tidak terbelenggu lagi dan bergerak bebas tanpa melanggar norma kebajikan’.” Berdasarkan pernyataan itu, ditarik kesimpulan bahwa Kongzi menjadi ‘shengren 聖人’ saat usia 70. Perhatikan pada kalimat ‘七十而從心所欲不逾矩 umur 70 hati tidak terbelenggu lagi dan bergerak bebas tanpa melanggar norma kebajikan’ untuk hal tersebut. Kondisi seperti itu yang sesuai dengan pengertian ‘shengren 聖人’. (AP)-end