Budaya-Tionghoa.Net | Semenjak bebasnya buah-buahan segar memasuki pasaran impor indonesia, kita telah dikenalin banyak nama buah-buahan yang beraneka ragam. Salah satu adalah: Aprikot. (lihat gambar). Tanaman pohon aprikot cocok ditanam didaerah empat musim, berbunga disekitar February and panen kira2 bulan Juli dan Agustus. Pohon aprikot sudah ada sejak jaman kuno China. Konon tempat Kongzi mengajar disebut “Altar Aprikot” krn dikelilingi oleh pohon2 tersebut. Sejak dari itu orang selalu mengasosiasikan aprikot dengan budaya Tionghua. Ratusan ribu karya yang memakai topik aprikot telah tercatat didalam sejarah dan hampir semua pujangga dan penyair Tiongkok sedikit banyak telah pernah menulis tentang aprikot, disebabkan rupa dan warna Aprikot yang sangat ayu dan memikat hati. Sampai “Yang quifei”, istri Kaisar Tang yang terkenal cantik itu, dijuluki sebagai ”Dewi kembang aprikot.”
|
puisi Ye dipakai untuk mengatakan kasus selingkuh seorang wanita |
Akan tetapi, puisi tentang kembang apricot yang paling tersohor bukanlah dari Li Bai, cs. melainkan dari seorang penyair “Hokkian” dijaman Song Selatan, namanya Ye Sao Weng (叶绍翁 1194 -unk). Pada suatu hari Mr. Ye pergi berpelesir dan sampai disebuah taman. Sayang waktu itu sedang gerimis di sore hari. Pintu kayu yang menuju kedalam taman itu terkunci rapat. Lama Ye mengetuk pintu tapi tidak ada yg buka. Untuk menutupi rasa kekecewaan, Ye terpaksa mengelilingi tembok disekitar taman dan berusaha menikmati pemandangan apa adanya. Kesimpulan dia bahwa tanaman didalam sangat subur dan penuh dengan pepohonan indah yg sedang berkembang. Setelah sampai ditempat penginapan dia langsung menulis perasaannya di siang tadi.
应怜屐齿印苍苔, 小扣柴扉久不开, 春色满园关不住,一枝红杏出墙来。
Terjemahan: Gara2 penjaga tidak mau menginjak lumut hijau meniggalkan jejak sandal, makanya ia tidak mau membuka gerbang kayu walaupun telah lama diketuk. Terkurung didalam adalah tanaman yg penuh bergairah musim semi, sebatang apricot merah kelihatan menjulur keluar tembok.
Puisi tersebut mengandung makna yang agak mendalam. Seolah2 dia sedang protest mengatakan bahwa sifat manusia itu berdasarkan aksi reaksi. Semakin dikekang kegairahannya semakin berkelakuan memberontak. Lihat saja batang apricot yang ayu itu. Semakin dikurung semakin menonjol dahannya.
Karena jaman dulu tidak bebas berdiskusi tentang soal seks, apa lagi tentang soal menyeleweng. Untuk menerangkan topik tabu ini juga harus hati2 dengan cara yang halus pula. Puisi Ye lalu dipakai untuk mengatakan kasus penyelewengan seorang wanita, dimana female tersebut di ibaratkan kembang dan kebetulan warna kembang aprikot itu mirip2 janda-kembang. (no offense.)
By Henry Theny; May 12th, 2011
Facebook Group Budaya Tionghoa , 21 November 2011
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa