Budaya-Tionghoa.Net | Inggris pasca perang Napoleonic menjadi negara adidaya didunia. Dalam konteks itu juga Singapura didirikan oleh Inggris setelah “tukar tambah” wilayah dengan Belanda. Dibawah pemerintah kolonial Inggris , Singapura berkembang pesat menjadi menjadi kota kosmopolitan dunia. Singapura menjadi kota multi-kultur dan multi-etnis dengan kehadiran Huakiao , disamping Melayu sendiri sebagai bumiputera , orang-orang India dan etnisitas lainnya.
|
Di tahun 1881 , populasi Tionghua sudah mencapai 63 % populasi total disusul Melayu (24%) , India (9%) dengan total populasi sebesar 137 ribu jiwa. Populasi Tionghua terus bertambah secara perlahan dari 63% dari 137 ribu penduduk di tahun 1981 , 67% (1891) dari 181 ribu penduduk , 72% (1901 – 1911) dari 226 ribu penduduk dan 75% (1921) dari 418 ribu penduduk.
Sementara Melayu berkurang dari 24% (1881) menjadi 13 % (1921) . Orang-orang India relatif tetap selama 4 dekade dari tahun 1881 – 1921. Dan etnisitas lainnya terus bertambah dari 4% (1881) menjadi 17.2% (1921).
Table Populasi Singapura Berdasarkan Etnisitas [Kenley , p26]
{supertable table [options]} [optional commands]
{active 3}
Tionghua | Melayu | India | Lain2 | ||||||
Tahun | Jumlah | Persen | Jumlah | Persen | Jumlah | Persen | Jumlah | Persen | Total |
1881 | 86766 | 63 | 33012 | 24 | 12086 | 9 | 5858 | 5858 | 137722 |
1891 | 121908 | 67 | 35956 | 20 | 16009 | 9 | 7727 | 7727 | 181602 |
1901 | 164041 | 72 | 35988 | 16 | 17047 | 8 | 9768 | 9768 | 226842 |
1911 | 219577 | 72 | 41806 | 14 | 27755 | 9 | 14183 | 14183 | 303321 |
1921 | 315151 | 75 | 53595 | 13 | 32314 | 8 | 17298 | 17298 | 418358 |
{/supertable}
TIONGHUA SINGAPURA AWAL ABAD 20
Perkembangan pesat Singapura membutuhkan bukan saja kebutuhan sumber daya alam , tetapi juga sumber daya manusia. Atas kebutuhan itu pula Tionghua dari kawasan pelabuhan di Tiongkok Selatan yang dikuasai asing berdatangan ke Singapura. Kelompok pekerja Tionghua ini tidak memiliki uang untuk biaya perjalanan sehingga “terikat” oleh kontrak kerja dari kedatangan pertama sampai bisa melunasi biaya perjalanan itu. Di akhir abad 19 , setengah dari pekerja Tionghua yang datang membiayai sendiri perjalanan mereka ke Singapura. Pengusaha Tionghua juga berdatangan ke Singapura untuk memperluas jaringan usaha mereka . Kehadiran mereka juga dibutuhkan oleh pemerintah kolonial Inggris untuk ikut mengembangkan koloni mereka. Gelombang berikutnya kedatangan Tionghua di Singapura adalah kerabat dekat dari pekerja yang sudah bebas dari ikatan kerja dan pengusaha yang membutuhkan tambahan orang yang bisa dipercayai. [Kenley , p28] . Jadi pada masa itu , dikalangan sesama Tionghua sendiri ada perbedaan kelas , antara pedagang kaya , petambang dan pemilik tanah (dalam konteks Malaya & Singapura) dengan pekerja di bidang tambang , penarik rickshaw , prostitusi dan pengemis. Jadi stratifikasi sosial ini ditentukan bukan oleh kekuasaan melainkan kemakmuran. [Yen,p140]
REFERENSI :
- David Kenley , “The May Fourth Movement And The Chinese Diaspora , 1919-1932”, Routledge , 2003
- Yen Chinghwang , “The Chinese In Southeast Asia And Beyond : Socioeconomic And Political Dimensions” , 2008
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua