Budaya-Tionghoa.Net| Bicara dewa-dewi Tiongkok atau juga kepercayaan masyarakat, kebanyakan di antara kita pernah mendengar tapi belum tentu mengenal. Seringkali kita melihat prosesi gotong Toapekong, orang yang sujud berdoa, bertanya dengan ciamsie dan lain-lain. Pemandangan ini dapat kita lihat di kelenteng-kelenteng.
Pada kenyataannya, semua yang kita lihat itu hanya permukaan dari kepercayaan orang Tiongkok. Permukaan itu mengandung pemahaman yang luas dan berisi makna filosofis yang mendalam.
Makna dan pemahaman tersebut tidak dapat kita lihat atau pahami seperti kita hanya melihat patung-patung atau prosesinya.Ketika kita melihat seorang nenek tua yang dengan sujud bersembayang, pasti ada banyak orang yang beranggapan bahwa nenek tua itu percaya tahayul, menyembah iblis, tidak berpendidikan, kuno dan sebagainya.
Tapi seandainya kita merenungkan lebih mendalam, nenek tua yang bersujud dengan khidmat tentu karena keyakinan yang timbul dari hatinya sendiri dan ada pengharapan serta keyakinan yang teguh dan kuat. Tidak perduli keyakinan dan pengharapan itu bersifat psikologis atau tidak, bagi saya nenek tua itu sedang mencari ketenangan dan rasa aman dari dewa-dewi Tiongkok yang ia yakini.
Saya tidak memiliki hak untuk menghakimi bahwa yang disembahnya iblis. Nenek itu penyembah berhala, penganut tahayulisme, orang bodoh maupun pandangan negatif lainnya.
Perlu kita sadari bahwa manusia dalam hidupnya selalu mencari pengharapan, perlindungan, ketenangan. Masing-masing manusia mendapatkan hal-hal di atas dengan cara berbeda satu dengan yang lainnya.
Perlu kita ketahui bahwa dewa-dewi Tiongkok itu berasal dari rakyat Tiongkok dan melewati batasan-batasan agama atau kepercayaan yang ada.
Telah menjadi suatu bentuk kebudayaan serta dasar filosofi yang mendalam. Dalam sejarah perkembangannya, pemikiran-pemikiran filosofis dari Konfusiusme dan Taoisme itu terbagi menjadi dua.
Satu bersifat pragmatis. Ini dapat kita lihat dalam kehidupan rakyat kebanyakan. Sedangkan satunya bersifat scholar yang hanya di kalangan kelas atas dan berpendidikan tinggi serta memiliki wawasan luas. Yang bersifat pragmatis itulah menyerap dewa-dewi rakyat.
Dalam memandang masalah dewa-dewi ini diperlukan suatu bentuk toleransi besar sehingga cara memandang kita akan menjadi berbeda. Selain itu, kita bisa hayati betapa dalam makna filosofis yang terkandung di dalamnya serta betapa berharga kepercayaan masyarakat itu.
Satu keunikan dewa dewi Tiongkok itu adalah tidak memiliki batasan yang jelas dan menyerap semua komponen Tridharma. Jadi, tidaklah heran jika kita melihat ada orang yang bersembayang kepada Buddha Gautama dan setelah itu sembahyang kepada Tudigong.
Ada yang sembahyang kepada Taishang Laojun kemudian diikuti dengan sembayang kepada Guanyin Pusa. Dengan santainya menghormati Konfusius kemudian dilanjutkan dengan penghormatan kepada “dewa-dewa” lokal seperti Eyang Suryakencana, Prabu Siliwangi, Mbah Banten dan lain-lain.
Secara garis besar dewa-dewa Tiongkok dapat dipilah menjadi empat bagian:
- Dewa mitos atau legenda seperti misalnya Sun Wukong, Yvhuang Dadi
- Tokoh-tokoh masyarakat yang pernah hidup dan berjasa bagi bangsa dan negara. Baik berskala lokal maupun berskala luas. Dalam hal ini misal Yue Fei dan Guan Yunzhang yang berskala luas. Sanshan Guowang yang berskala kedaerahan. Adalagi yang bersifat marga seperti Xie An.
- Dewa-dewi kosmologi misalnya Sanqing (Yuanshi, Lingbao, Daode); Jiutian Yingyuan Leisheng Puhua Tianzun; dewa-dewi perbintangan, etc.
- Dewa-dewi adopsi: Zhongtan Yuanshuai, Doumu / Molizitian, dll., cs.
Walaupun ada tiga agama yang turut mewarnai perkembangan budaya Tionghoa, pengaruhnya ke dalam dewa-dewa rakyat Tiongkok malah menjadi melebur. Seperti Buddhisme, Konfusiusme dan Taoisme sehingga memberikan warna yang lebih menarik lagi terhadap dewa-dewa Tiongkok. Sekalipun Taoisme lebih dalam pengaruhnya tapi tidak dapat dikatakan secara jelas bahwa Taoisme yang memberi nuansa sendiri.
Dapat dikatakan bahwa dewa-dewa Tiongkok merupakan suatu bentuk kepercayaan rakyat yang diterima secara umum dan telah melebur ke dalam tradisi serta adat rakyat Tiongkok itu sendiri. Tradisi serta adat istiadat merupakan nyawa dari suatu bangsa atau etnis dan dalam perkembangannya bahkan melewati agama itu sendiri. Di sini saya mencoba untuk bersikap netral dan tidak menghakimi atau membela dan berusaha menghormati dewa-dewi Tiongkok. Sebab, dewa-dewi merupakan bagian dari budaya Tionghoa dan pada perkembangannya telah melewati batasan-batasan Tridharma.
Di atas kita telah mengenal dua pemilahan awal dewa-dewa Tiongkok. Sekarang kita mencoba memperinci lagi mulai dari pembagian dewa-dewa menurut agama. Walau dalam prakteknya, kebanyakan orang-orang Tiongkok tidak perduli dengan pembagian-pembagian itu.
I. Dewa-dewa Taoism.
Dewa-dewa Taoism sendiri memiliki pembagian-pembagian lagi.
Seperti Lv Dongbin; dan Sha Zhen Ren termasuk kategori Xian Ren dan Zhen Ren.
- Tian Shen merupakan bagian dari satu kesatuan lain. Kitab Daoisme Shuo Yan Xiu Bian mengatakan bahwa Tian Di atau langit dan bumi merupakan sumber dari segalanya. Langit disebut Shen dan Bumi disebut Qi . Yang termasuk kategori Tian Shen adalah Taishang Laojun, Puhua Tianzun dan lain lain.
- Kategori Di Qi adalah Wu Yue Da Di ,Shi Ji
- Ren Gui Zi Shen . Zaman dahulu, orang Tiongkok memiliki peribahasa , “Pintar dan jujur adalah Shen” Banyak tokoh-tokoh jaman purba menjadi Shen karena jujur, berjasa, pintar. Contohnya Lu Ban ahli pertukangan, Kong Zi atau Confucius, Meng Zi dan lain lain. Dewa-dewi dalam kategori ini amat banyak. Bahkan dapat dikatakan bahwa Taoisme menyerap banyak dewa-dewa rakyat, walau tidak semua. Konfusiusme bahkan sampai sempat membuat pendaftaran dewa-dewa rakyat yang pantas dan tidak pantas dihormati karena jumlah yang sangat banyak. Pendataan terakhir yang dilakukan oleh mereka pada masa dinasti Qing.
- Ren Ti Zhi Shen Taoism beranggapan bahwa alam ini adalah macro cosmos dan tubuh manusia ini adalah micro cosmos. Dalam tubuh manusia juga terdapat banyak shen, seperti misalnya Ni Wan Shen dan Dan Yuan. Pemahaman dewa-dewa dalam tubuh ini merupakan salah satu pilar teknik pelatihan diri Taoisme.
- Di Fu shen Ling Orang Tiongkok beranggapan manusia mati menjadi gui atau shen. Yang menjadi gui akan ke dalam bumi. Perbedaannya dengan pemikiran barat, gui tidak selalu jahat dan mencelakakan. Dalam pemikiran rakyat Tiongkok kuno, ada 2 tempat dasar bumi bagi mereka yang meninggal. Tai Shan dan Feng Du merupakan 2 tempat tersebut. Dewa-dewa dalam kategori ini antara lain Qin Guang Wang dan lain lain.
II. Dewa Dewa Buddhisme
Di sini saya akan menuliskan pembagian jenis-jenis dewa Buddhisme dalam khazanah rakyat Tiongkok. Saya menyadari nanti akan ada yang protes jika Sakyamuni Buddha disamakan dengan dewa. Jadi sebelumnya maaf jika ada yang merasa tersinggung. Sejak masuknya Buddhisme ke Tiongkok, terjadi transformasi pada Buddhisme yang memiliki ciri khas tersendiri.
- Buddha, contoh Sakyamuni Buddha, Bhaisajyaguru Buddha, Amitabha Buddha, dan Dipankara Buddha. Dari segala Buddha, yang terkenal dan amat dipuja adalah Amitabha Buddha. Bahkan sampai ada istilah “Setiap rumah ada Guan Yin, setiap mulut menyebut Amitabha.” Ada pula Bunda Buddha atau Fo Mu misalnya Da Bai Gai shan Fo Mu
- Bodhisattva merupakan dewa yang amat sangat banyak dipuja oleh orang Tionghua terutama Avalokitesvara Bodhisattva yang dipercaya menolong manusia dan welas asih. Selain itu, masih ada bodhisattva lainnya seperti Ksitigarbha bodhisattva, Manjusri Bodhisattva, Maha Cundi Bodhisattva dan lain-lain. Rata-rata bodhisatva memiliki metta karuna untuk menyelamatkan segala mahluk.
- Pelindung Dharma. Dewa pelindung dharma kadang rancu menjadi bodhisatva. Contohnya Qie Lan Pu Sa yang sering disebut orang. Padahal beliau merupakan kumpulan dari 18 shan shen. Lebih tepat menyebutnya Qie Lan Shen. Figur Qie Lan dalam Buddhisme Tiongkok adalah tokoh pahlawan terkenal Guan Yunzhang. Qie Lan Shen ini adalah pelindung umat Buddhism. Pelindung dharma lain adalah Wei Tuo Shen atau kadang sering disebut Wei Tuo Pusa/Wei Tuo Tian. Beliau dipercaya merupakan pelindung vihara. Selain di atas masih ada lagi yang disebut Tian Long Ba Bu. Tapi ingat yang dimaksud Tian Long Ba Bu bukan cerita silat karangan Jin Yong. Yang tercakup di dalamnya adalah: (a) Tian Zhong, dewa-dewa yang di langit seperti Da Fan Tian, Di Shi Tian dan lain-lain. (b) Long Zhong, misalnya Nan Tuo Long Wang. (c) Ye Cha. (d) Gan Tha Po. (e) A Xiu Luo. (f) Jia Lou Luo. (g) Jin Na Luo. Dan (h) Mo Hou Luo Jia
- Raja Langit. Dari banyak raja langit dalam Buddhism, ada 4 yang terkenal yaitu 4 raja langit yang berkuasa di 4 arah.
- Murid Sidharta Gautama yang terkenal. Ada beberapa murid Gautama Buddha yang kemudian juga diangkat menjadi dewa Tiongkok, misalnya Mu Lian Zun Zhe .
- Arahat Disamping murid-murid Buddha yang menjadi arahat yang kadang disebut Zun Zhe masih ada 18 arahat yang menjadi ciri khas Buddhisme Tiongkok. Menariknya di sini adalah ada kaisar Liang Wu Di yang menjadi arahat, selain itu adalah BodhiDharma, Ji Gong, Fu Hu, Xiang Long dan lain-lain.
- Para sesepuh Buddhisme di Tiongkok .misalnya Qing Shui Zu Shi, Xuan Zang, Pu An, Dao Ji 道濟
- Ming Wang . Banyak Ming Wang yang tercakup dan menurut saya Ming Wang tidak dapat dimasukkan kedalam kategori Bodhisatva. Bu Dong Ming Wang atau Acalanatha, Kong Que Ming Wang atau Maha Maruya Vidya Rajni, Da Wei De Ming Wang atau Yamantaka dan lain-lain.
Pada prinsipnya, fungsi dan makna dewa-dewi Taoisme tidak berbeda jauh dengan dewa-dewi Buddhisme. Perlu kita ketahui bahwa perkembangan cerita dewa-dewi Tiongkok agak berbeda dengan dewa-dewi Yunani. Sepanjang pengetahuan saya, cerita dewa-dewi Yunani kebanyakan adalah dewa yang sering mempermainkan manusia, menikahi manusia, serta bersenang-senang. Sedangkan di sudut perkembangan dewa-dewi Tiongkok, kita bisa membaca kisah dewa yang membantu manusia misalnya Nv Wa dan lain lain. Ada pula tokoh yang berkorban untuk membantu orang lain, misalnya Huang Da Xian atau Huang Chuping dan ada yang mengajarkan kebenaran bagi masyarakat, misalnya Zhao Jun .
Saya juga tidak akan membahas masalah tingkatan 36 surga, tingkatan dewa-dewi, perbedaan shen dan xian. Karena jika hal tersebut diuraikan bisa jadi 1 buku tebal. Sekarang, setelah membagi dan menjelaskan tingkatan dewa-dewi, kita memasuki khazanah dewa-dewi rakyat. Di sini akan terlihat beberapa dewa-dewi rakyat yang terserap oleh Tridharma. Sama dengan sebelumnya, dewa-dewi rakyat juga memiliki pembagian-pembagian.
- Fungsinya sebagai sarana untuk mengajarkan kebajikan. Mengajarkan kebajikan adalah salah satu pilar dari semua agama. Tiada agama yang tidak mengajarkan kebajikan. Dalam perjalanan sejarah di Tiongkok, Tridharma (saya menyingkat ke3 agama menjadi Tridharma agar lebih mudah) menyerap dewa-dewi sebagai salah satu sarana untuk mengajarkan kebajikan. Kebanyakan kisah-kisah dewa memiliki makna kebajikan yang mendalam. Misalnya Zhang Fude atau Fu De Zheng Shen dan Mu Jian Lian.
- Fungsi sosial masyarakat dan moralitas. Masyarakat yang mengenal makna-makna di balik dewa-dewi akan mengetahui tentang hukum karma, serta tidak berbuat jahat, percaya dengan berbuat kebajikan akan menuai buah yang baik, memiliki sifat welas asih, menghargai tokoh-tokoh yang berjasa, dan menghargai para leluhur yang dengan kebajikannya menjadi dewa. Mereka juga tidak perlu takut menghadapi kematian karena dewa-dewanya akan menolong mereka memberi ketenangan dan rasa yakin dari misteri di balik pintu kematian. Secara umum, orang Tionghua tidak begitu peduli akan dunia kematian, karena mungkin telah tertanam dalam pikiran mereka bahwa dengan berbuat baik maka surga berada di tangan.
- Dewa-dewi sebagai penolong. Selain sebagai pengajar kebajikan, banyak dewa-dewi adalah penolong manusia dan segala mahluk. Baik dari segi mitos maupun fakta sejarah. Cara menolong mereka pun berbeda-beda.
- Menolong yang sakit dan meninggal. Tokoh pengobatan Sun Semao dikenal sebagai orang yang memiliki ilmu pengobatan yang tinggi sekali. Bahkan ia pernah menolong seorang bayi dari dalam kandungan ibunya yang telah meninggal 1 minggu. Beliau digelari sebagai Yao Wang. Wu Ben yang juga sebagai tokoh pengobatan digelari Bao Sheng Da Di . Buddhism juga mengenal Bhaisajyaguru Buddha . Tiga kaisar purba yaitu Fu Xi, Shen Nong dan Huang Di masuk di banyak kategori, salah satunya adalah sebagai penolong bagi yang sakit dan meninggal.
- Pembasmi kejahatan dan memakmurkan masyarakat. Banyak dewa-dewi merupakan pembasmi siluman atau setan yang mengganggu rakyat. Misalnya Zhang Dao Ling atau Zhang Tian Shi.
- Menyebarkan kebajikan, menolong orang yang menderita, dan menolong yang kekurangan. Dewa-dewanya seperti Ji Gong, Dan Yang Zhen Ren, Bao Qing Tian .
- Menolong mereka yang telah meninggal, roh-roh gentayangan, roh- roh penasaran, menyadarkan roh-roh yang tersesat. Bagi keluarga yang ditinggalkan dan mereka yang mengasihi tentu memerlukan suatu bentuk keyakinan soal ‘kemanakah perginya?’, ‘Siapa yang membantu mereka?’, ‘Bagaimana seandainya orang jahat yang meninggal?’, ‘Siapa yang membantu mereka yang berada di neraka?’ dan lain-lain. Berbeda dengan pemahaman agama lain, dewa-dewi Tiongkok atau Tridharma percaya bahwa roh-roh jahat juga bisa disadarkan, mereka yang terjebak dalam neraka bisa ditolong dan diangkat ke surga dengan bantuan para dewa. Jadi, dalam pemikiran rakyat Tiongkok, neraka bukanlah bentuk yang abadi dan tidak ada penyelamat. Istilah populer dalam Buddhism adalah “Kalau bukan Aku yang ke neraka menyelamatkan mereka yang menderita, siapa lagi”, “Aku tidak akan memasuki nirvana selama neraka masih penuh.” Taoism juga mengenal tokoh-tokoh seperti Buddhism itu. Dalam golongan ini misalnya Taiyi Jiuku Tianzun, Dongyue Dadi, Ksitigarbha Bodhisattva
Terakhir dan perlu diketahui, banyak dewa-dewa yang tidak ada spesifikasi tertentu bahkan merangkum semuanya. Misalnya Guanyin Pusa, Taiyi Jiuku Tianzun serta Pencipta manusia Nv Wa yang menolong manusia, memberi pasangan, mengajarkan kebajikan dan lain-lain.
Edited by Lia Zhang