Budaya-Tionghoa.Net | Ini sambungan dari tulisan Jin Yong, pengarang Cersil kenamaan dengan berbagai judul seperti Sia Tiauw Eng Hiong, Sin Tiauw Hiap Lu dll.
Seperti yang tertulis dalam catatan kaki email pertama, Wei Xiaobao ini adalah tokoh novel Lu Dingji yang terjemahan bahasa Indonesianya berjudul: Si Kasim Tjilik (Marga Jaya, 1972) dan Kaki Tiga Menjangan (Sanjaya, 1993).
Terjemahan Inggrisnya:Duke of Mountain Deer (Oxford, 1999). Xiaobao berarti perhiasan kecil. Dalam versi Inggris dipanggil Trinket Wei. Mengingat pembahasannya menyangkut kebudayaan Tionghoa, maka saya postkan di sini. Kalau ada yang berminat saya akan postkan lanjutannya. Kritikan dan saran akan diterima dengan tangan terbuka. Terima kasih.
Salam,
Aris.
3.
Kondisi alamiah Tiongkok tidak terlalu baik. Tanah garapan kurang tapi penduduknya berjubel. Mesir, India, Yunani, Romawi dan berbagai bangsa besar zaman dahulu sudah pada musnah. Orang Tionghoa berjuang dalam kondisi persaingan hidup yang sangat sulit, tetapi sampai sekarang masih mempertahankan vitalitas yang cukup, dan masih merupakan bangsa yang penduduknya paling banyak di dunia. Semua in tentu ada sebabnya. Ditinjau dari teori biologis maupun antropologis, kemungkinan besar karena kami paling bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Orang yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, belum tentu adalah orang yang tingkatan moralnya paling tinggi. Yang menyesalkan adalah, orang bermoral tinggi, baik dalam perilaku kehidupan manusia atau dalam persaingan, biasanya kalah.
Dalam sejarah Tiongkok banyak terdapat catatan mengenai mereka yang bermoral tinggi dibunuh oleh mereka yang bejat, dan baca yang beginian bikin tak enak di hati. Tetapi kenyataan memang begitu, walaupun para penulis sejarah sejak awal sudah berusaha sebisa mungkin untuk tidak melukiskan bahwa pemenangnya tidak begitu dina dan bejat. Sejarah tidak seperti yang diharapkan orang banyak, bahwa orang baik akhirnya akan menang.
Song Gaochong[1] (Sun Kao Cung) dan Qin Kuai (Cin Kui) membunuh Yue Fei[2] (Gak Hui) dan bukan Yue Fei yang membunuh Qin Kuai. Banyak orang besar hebat sekali, tetapi cara mereka memperoleh kemenangan juga tidak begitu terhormat. Misalnya Tang Taichong[3] (Tong Tai Cong) membunuh kakak dan adiknya baru mendapat kedudukan kaisar, walaupun kakak dan adiknya juga belum tentu lebih bermoral.
Sejarah negara-negara lain juga tak begitu berbeda. Inggris, Rusia dan Prancis dll tak perlu diomongkan lagilah. Di Amerika, moral orang Indian tidak tahu seberapa jauh di atas moral orang kulit putih Amerika.
Dari posisi bangsa suatu negara, setiap hal yang berguna bagi bangsa negeri itu, adalah hal yang bermoral tinggi. Syukurlah masih ada juga nilai universal mengenai keadilan dan salah benar yang diakui umat manusia.
Yang masih bisa menghibur juga adalah, berbagai tindakan umat manusia dalam pertempuran politik moderen makin lama makin berbudaya, dan taraf kebejatan secara keseluruhan boleh dikata berkurang. Media komunikasi massa ikut menopang fungsi pengembangan moral ini. Dilihat dari sudut sejarah, umat manusia zaman sekarang jauh lebih bermoral dibandingkan dahulu, tidak terlalu kejam, tidak terlalu menghalalkan cara untuk mencapai tujuan.
4.
Moral adalah produk budaya. Di antara orang-orang biadab tidak ada moral.
Wei Xiaobao dari kecil hidup di rumah bordil, dan rumah bordil adalah tempat yang paling tidak bermoral. Kemudian dia masuk ke istana, tetapi istana juga bukan tempat untuk pembuktian moralitas. Dalam pertumbuhan hidup, dia adalah orang biadad di tengah masyarakat berbudaya. Untuk bisa hidup dan mencapai kemenangan, tidak ada yang tak halal bagi dirinya. Mencuri, menyerobot, menipu, berbohong, membual atau menjilat, semuanya dikerjakan. Setelah mengerjakan sesuatu yang jelek, hati nuraninya sedikitpun tidak bergeming. Dalam kelompok kanibal, tak ada aturan yang mengatakan bahwa memakan daging manusia adalah sesuatu yang tidak patut.
Wei Xiaobao buta huruf, dan sejak semula tidak pernah tahu mengenai ajaran moral Kongzi (Kong Hu Cu) dan Mengzi (Meng Cu). Tetapi ajaran Kong dan Meng mempengaruhi seluruh masyarakat Tiongkok, atau, Kongzi dan Mengzi adalah orang yang menginduksi dan menyarikan bagian terbaik dalam alam pikiran orang Tionghoa yang kemudian dijabarkan secara sistematis. Wei Xiaobao hidup dalam masyarakat Tionghoa. Walaupun merupakan orang biadad di kampung atau istana, dia toh butuh bergaul. Dengan sendirinya dia bisa menerima moral yang diterima dalam masyarakat Tionghoa. Apalagi setelah dia masuk menjadi anggota Tiandi Hui[4] (Tian Te Hui), dia juga menerima pandangan moral dunia kangouw di Tiongkok. Tentu saja ukuran moral ini berbeda dengan yang dianut oleh mereka yang terdidik ataupun pejabat negara.
Golongan terdidik ini mengerti sekali mengenai moralitas tetapi sedikit sekali tindakannya. Orang dunia kangouw menganut moral yang minim sekali, tetapi sejauh penyelewengan moral, biasanya mereka tidak berani. Dalam dunia kangouw, satu-satunya nilai moral yang dijunjung adalah yiqi. Sejak zaman Chunqiu Zhanguo[5], setiap orang yang bekerja di masyarakat tak ada yang berani mengabaikan kedua huruf ‘yi qi’ begitu saja. Satu lagi yang sangat dijunjung tinggi dalam masyarakat Tionghoa adalah qing (情) seperti dalam huruf renqing (人情)atau tenggang rasa manusia.
Aris Tanone
Tulisan ini terdiri dari tiga bagian dan ini adalah bagian terakhir.
[Bagian 1] [Bagian 2] [Bagian 3]
Catatan Kaki :
[1]Song Gaozong (宋高宗) (1127-1162) adalah kaisar dinasti Song yang memindahkan ibukota ke Lin An atau Hangzhou karena serangan suku bangsa Jin.
[2] Yue Fei (岳飞) (1103-1142) adalah seorang patriot dan pemimpin militer nasional di zaman Song. Dia dibunuh setelah difitnah oleh perdana menteri Qin Kuai(秦桧).
[3] Tang Taizong (唐太宗) adalah kaisar kedua dinasti Tang (627-649)
[4] Tiandi Hui (天地会), perkumpulan rahasia di zaman Qing yang ingin membangun kembali dinasti Ming.
[5] Chunqiu (春秋) atau Spring and Autumn period (770-476 SM) dan Zhanguo (战国)atau Warring States period (403-221SM).