Budaya-Tionghoa.Net | Sebelum ini belum ada nada permintaan bantuan yang begitu menggebu- gebu dari para penduduk korban bencana di Banda Aceh yang ditujukan kepada tim relawan di posko pengobatan. Saat berjalan di jalanan kota Banda Aceh, nampak bahwa semua penduduk kota mengenakan masker hidung, untuk meredam bau busuk dari mayat-mayat yang merebak di seantero udara.
|
Saat itulah bertepatan waktunya dengan kedatangan Tim Relawan Internasional asal Tiongkok. Sebanyak 35 orang relawan begitu mendarat di Banda Aceh, langsung dengan sigap memulai kegiatan pertolongan dan pengobatan.
Seorang perempuan Aceh bernama Roswati yang sedang hamil 9 bulan, tubuhnya membengkak. Keluarganya mengetahui dari koran lokal tentang kedatangan tim dokter asal Tiongkok, segera memacu kendaraannya dan mengantarnya untuk mendapat pengobatan. Abangnya berkata: “Kami mempercayai dokter Tiongkok, karena mereka bersikap sangat ramah kepada kami.” Setelah dokter memeriksa pasien tersebut, diketahui bahwa kondisi jabang bayi maupun ibunya dalam kondisi normal-normal saja, juga tidak nampak tanda-tanda akan melahirkan. Abang Roswati setelah mendengar itu lantas tertawa karena senangnya.
Menyusuri sepanjang jalan-jalan di kecamatan nampak di kedua sisi jalan tumpukan lumpur hitam dan sisa-sisa bangunan rumah yang luluh lantak diterjang gelombang Tsunami. Seorang pengemudi becak berusia 35 tahun bernama Hasan Andi sejak pagi-pagi sekali sudah mendatangi rumah sakit kecamatan, sambil menunggu kedatangan tim relawan. Anak istrinya meninggal dunia di tengah bencana, sedangkan ia sendiri mengalami luka parah di paha akibat terbentur papan kayu. Dokter tim relawan yang bernama dr. Cai Xiaojun setelah memeriksanya mendapati bahwa luka itu telah terinfeksi dan bernanah, dengan segera luka itu dibersihkan dan dibalut. Dalam proses pengobatan itu , untuk meredakan rasa nyeri, dilakukan anestesi, sekaligus diberi pula antibiotik yang terbaik.
Akhirnya rasa sakit yang diderita Hasan Andi berkurang banyak. “Setelah mendapat pengobatan dari ahlinya saya sungguh merasaberuntung. Terima kasih kepada Tiongkok yang telah mengutus dokter yang begini ahli.” “Tiongkok, Negara Besar !” demikian puji para penduduk sekitar yang terkena bencana sembari mengacungkan ibu jari mereka ke arah paradokter Tiongkok.
Tim Relawan Tiongkok yang diketuai oleh Hou Shike memimpin 6 orang tenaga medis mengendarai mobil menuju sebuah rumah sakit lainnya yang berjarak lebih dari 40 km dari Posko. Rumah sakit ini terletak di pinggiran kota Banda Aceh, saat gelombang Tsunami menerjang, semua tenaga dokter dan perawat di rumah sakit ini tewas atau hilang, cuma tersisa seorang tenaga administrasi yang masih hidup Rumah sakit ini secara keseluruhan lumpuh total. Di sekitar rumah sakit ini sekarang ditempati oleh puluhan ribu korban
bencana, kira-kira ada 10 ribu orang korban bencana yang membutuhkan pengobatan.
Banyak dari mereka yang memperoleh kabar terlebih dahulu, pagi-pagi sudah menunggu di gerbang rumah sakit. Tim Relawan Medis asal Tiongkok begitu turun dari kendaraan, segera memulai pekerjaannya, dengan sigap dan cekatan mereka mendirikan ruang operasi darurat, ruang pengobatan dan ruang infus. Seorang pasien yang saat gelombang Tsunami menerjang dan saat itu siku kanannya terbentur permukaan
batu, lantas luka yang mengenai tulang sendinya itu sekarang telah infeksi dan bernanah, mengeluarkan bau busuk. Segera dr. Wu Xuejie membersihkan luka itu, kemudian memberinya suntikan antibiotik yang
terbaik.
Dalam kurun waktu sehari penuh, Tim Relawan Medis Tiongkok telah mengobati lebih dari 200 orang pasien. Ketua Tim Hou Shike mengatakan, selain mengutamakan pengobatan luka luar, Tim Relawan Medis juga telah memberikan suntikan maupun obat-obatan antibiotik yang diminum untuk para pasien.
Sedangkan sopir warga Aceh yang mengemudikan kendaraan para relawan itupun berseru: “Tiongkok, Besar, saya suka orang Tiongkok !”
Sebuah kecamatan yang tadinya dihuni lebih dari 6000 jiwa, setelah terkena bencana hanya tersisa 1500 orang. Saat gelombang Tsunami menerjang, seluruh bangunan rumah di desa itu rata dengan tanah, Seorang gadis remaja berusia 15 tahun, paman dan bibinya tewas terkena bencana. Dia berkata kepada wartawan Xinhua, sekolahnya sudah musnah diterjang gelombang Tsunami, tak bisa bersekolah lagi. Sambil menyaksikan kesibukan luar biasa dari Tim Relawan Medis Tiongkok ini gadis remaja ini dengan riang berkata : “Kalian bukan hanya memberi kami obat-obatan, namun juga kue-kue biskuit, terima kasih untuk kalian semua!” Setelah antrean pasien yang berobat telah selesai, gadis remaja ini beserta teman-temannya mendekati anggota-anggota wanita Tim Relawan Medis Tiongkok sambil bertanya bagaimana cara mengucapkan kalimat dalam bahasa Mandarin “Aku Cinta Padamu, Tiongkok”.
Saat anggota wanita Tim Relawan Medis Tiongkok yang bernama Wu Min mengambil notes dan menulis untuk para gadis itu beberapa huruf Mandarin “Wo Ai Ni, Zhongguo” sambil memberi contoh mengejanya dengan suara agak pelan, gadis-gadis Aceh itu begitu gembiranya dan lantas ikut mengejanya dengan suara keras-keras. Suara jernih itu menggema di angkasa kecamatan kecil itu, memberi kebahagiaan di tengah suasana mendung di kecamatan kecil itu. (Wartawan Kantor Berita Xinhua)
***
Sebuah laporan tentang Tim Relawan Internasional asal Tiongkok yang mendirikan Posko Pertolongan & Pengobatan di Aceh.(Berita dari Wartawan Kantor Berita Xinhua di Banda Aceh) Dokter cepat ! Obatnya cepat !
Dikutip dan diterjemahkan oleh Xialongni dari Harian QIANDAO RIBAO edisi 6 Januari
2005.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa 9897