Budaya-Tionghoa.Net | Catatan mengenai hubungan antara bangsa Korea dan Tiongkok telah mulai ada sejak 3000 tahun yang lalu. Sebenarnya, bila membuka sejarah Korea, maka akan terlihat sebagian sejarah Tiongkok (orang Han) di sana dan sejarah Tiongkok juga memuat sejarah bangsa Korea di dalamnya. Jadi interaksi di antaranya termasuk interaksi saling mempengaruhi, walaupun pada dasarnya, kebudayaan Tiongkok lebih banyak mempengaruhi kebudayaan Korea daripada kebudayaan Korea mempengaruhi kebudayaan Tiongkok.
|
Dulu, Korea disebut Chao1-xian1 oleh Tiongkok, sampai sekarangpun Semenanjung Korea masih disebut Chao-xian Ban-dao dalam bahasa Han. Sejak berdirinya Dinasti Zhou pada abad 12 SM, Raja Zhou Wu-wang menghadiahkan daerah Chaoxian (bukan di semenanjung Korea sekarang) kepada Ji Zi, anggota keluarga bangsawan dinasti Shang terdahulu. Sampai kemudian pada Dinasti Han, Kaisar Han Wu-di meluaskan wilayah kekuasaan ke wilayah Korea, barulah pengaruh kebudayaan Tiongkok mulai terasa di Korea.
Sampai pada Dinasti Jin, karena kekacauan di Tiongkok menyebabkan pengaruh orang Han di Korea mulai kendur. Pemberontakan oleh orang Gao Li kemudian berkobar sampai pada Dinasti Sui dan Tang. Di zaman ini, Dinasti Tang menaklukkan Korea dengan bantuan negara Xinluo di semenanjung Korea. Negara Xinluo yang menyatukan semenanjung Korea kemudian mengadopsi kebudayaan Tiongkok dari Dinasti Tang ke dalam kebudayaan mereka.
Jadi, lumrah saja bila bahasa Korea ada kemiripan dengan bahasa Han kuno di zaman Dinasti Tang yang notabene adalah dialek Min, Hakka dan Kanton. Hal yang sama juga ada pada bahasa Jepang dan Vietnam seperti yang telah diterangkan dalam tulisan Sdr. KH dan lain2 sebelumnya.
Mengenai nama negara, orang Korea menyebut negara mereka dengan nama Han Guk yang berasal dari bahasa Tionghoa, Han2 Guo2 (Negara Han). Namun perlu diketahui, Han2 di sini tidak sama dengan kata Han4 yang digunakan untuk menyebut Dinasti Han atau orang Han. Han untuk Korea adalah Han = pagar.
Masalah pengaruh filsafat dan agama saya tidak menerangkan lebih lanjut karena tidak ada datanya. Karena saya menganggap bahwa agama dan filsafat adalah bagian dari budaya, maka pengaruh budaya jelas membawa pengaruh agama dan filsafat pula di dalamnya. Sejarah pengaruh dan penyebarannya adalah lebih kurang sama dengan penyebaran agama dan filsafat tadi ke Jepang.
Masalah bendera, bukan suatu kebetulan, memang bendera mereka menggunakan simbol Yin Yang, namun diganti warnanya menjadi Yang merah di atas dan Yin biru di bawah (bukan Yang putih dan Yin hitam seperti biasanya), beserta 4 set trigram yang berbeda dari buku Yi-jing (I-ching) di setiap sudutnya.
Korea, seperti juga Jepang, sudah sejak lama berada di bawah pengaruh Tionghoa. Secara politik mungkin pertama kali ditaklukkan pada zaman dinasti Tong/Tang (618-907) (Pls CMIIW). Ingat kisah Sih Djin Koeij Tjeng Tang/Xue Rengui Zheng Dong (Sih Djin Koeij menaklukkan Wilayah Timur)? Kisah rakyat ini menggambarkan penaklukan Korea oleh Tiongkok semasa kaisar Tong Thaij Tjong/Tang Taizong (618-626).
Di bidang pemikiran, yang menarik adalah, ajaran Konfusianisme (Khong Kauw/Kong Jiao/Ru Jiao) sampai sekarang masih dijunjung tinggi di Korea, selain di Jepang.
Seiring dengan masuknya budaya Tionghoa, maka hari-hari raya Tionghoa juga ternyata turut dirayakan di Korea, salah satunya Toan-ngo Ciat/Duanwu Jie tadi itu. Pakaian yang dipakai orang-orang yang mempelajari Konfusianisme berasal dari masa dinasti Beng/Ming (1368-1644) di Tiongkok. Walaupun pada masa dinasti Tjheng/Qing (1644-1911), Korea masuk wilayah jajahan Mancu, namun tidak seperti Tiongkok, orang Korea tidak dipaksa untuk memakai kostum yang dipakai orang Mancu dan memakai kuncir (thaucang). Mereka diperkenankan mempertahankan pakaian dari zaman dinasti Beng/Ming. Itulah sebabnya sampai sekarang orang Korea masih memakai pakaian seperti kostum dinasti Ming, utamanya dalam upacara-upacara peninggalan kerajaan terakhir di Korea.
Dari India Utara agama Buddha Mahayana berkembang di Tiongkok, kemudian tersebar ke Korea dan Jepang. Aksara Tionghoa pun dipakai secara resmi di Korea, sebelum mereka akhirnya menemukan aksara Hangul,yang sekarang ini lebih banyak dipakai ketimbang aksara
Tionghoa. Dengan aksara Tionghoa ini, orang Tionghoa, Korea, dan Jepang lebih mudah berkomunikasi secara tertulis, sebab aksara Tionghoa di mana pun sama, yang berbeda hanya cara pelafalannya (pronunciation). Lafalnyapun kadang-kadang mirip Hokkian, atau mirip Tiociu. Padahal secara geografis letak Korea dekat dengan Tiongkok utara (Shoatang/Shandong)
Misalnya:Hak-saeng, mirip Hokkian Hak-seng, sama sekali tidak mirip Mandarin Xuesheng. Begitu pula Tae Han Ming Kuk, mirip dengan Hokkian Taij Han Bin Kok, tidak mirip Da Han Minguo. Han adalah nama sebuah negri di Tiongkok pada masa akhir dinasti Tjioe/Zhou Timur. Aksaranya berbeda dengan Han yang dipakai untuk menyebut orang Tionghoa (Utara). Orang Tionghoa Selatan menyebut diri mereka orang Tong/Tang (Tung- lang/Tangren), bukan Han.
Rinto Jiang