Budaya-Tionghoa.Net | Di masa sekarang layang-layang menjadi pemandangan umum. Ketika masa liburan sekolah tiba , anak-anak memainkan layang-layang untuk mengisi waktu luang di hari libur yang panjang.
Layang-layang menjadi semacam permainan yang menjurus pertandingan dimana tali dikombinasi antara “kenur” yang panjang dan “gelasan” yang pendek sebagai tali awal yang terhubung dengan layang-layang. “Gelasan” itu dapat memutuskan tali layang-layang lawan yang menjadi target. Dipercaya bahwa yang menarik layang-layang lebih cepat , lebih berpotensi untuk mengalahkan lawan.
|
Oleh karena itu selain dengan metode menarik dengan tangan atau mengulurkan dengan tangan membiarkan layang-layang mengikuti angin yang lagi kencang, ada metode lain dimana anak-anak atau bahkan orang dewasa menggunakan tarikan “mesin portable” tenaga manusia yang dapat meningkatkan kecepatan tarikan layang-layang.
Layang-layang yang kalah dan putus akan diuber oleh anak-anak yang sedang menunggu dimana jatuhnya layang-layang , atau ada penerbang layang-layang lain yang siap menunggu untuk “ngebandang” layang-layang putus dengan metode “gombel-gombel” .
Metode ini didukung dengan stelan “timbaan” yang langsung terkontak dengan layang-layang dengan tinggi segitiga yang pendek sehingga membuat layang bisa bermanuver meliuk-liuk dan berputar-putar mengejar layang-layang putus. Diantara timbaan dipasang kenur yang dibentuk seperti kawat berduri , atau bisa saja kawat tipis dan ringan. Bukan itu saja , layang-layang pembajak ini bisa merampas juga layang-layang yang sedang mengudara.
Bahaya serupa datang dari pasukan “pembandring” yang menunggu didaratan. “Bandring” berarti seorang bersiap-siap dengan tali gelasan atau kenur yang diujungnya diberi beban entah batu kecil dan sejenisnya. Kemudian bandringan ini di lempar keatas menuju sasaran tali layang-layang yang sedang , bisa dengan memutuskan tali target atau menariknya.
Ini pengalaman masa kecil dimana mainan dan kecanggihan teknologi seperti console game canggih seperti sekarang belum banyak tersedia. Hiburan dan tontonan via televisi atau cakram untuk anak-anak juga belum banyak tersedia. Layang-layang terlihat begitu umum dan sederhana dan bisa dibuat siapapun . Selain untuk hiburan anak-anak , layang-layang juga bisa menjadi objek kreativitas dalam bentuk layang-layang hias dengan bentuk beragam yang kadang diwadahi oleh satu festival layang-layang.
[Foto Ilustrasi : Kowloonese ,This picture shows a Chinese dragon kite more than one hundred feet long which flew in the annual Berkeley, California, kite festival in 2000.This file is licensed under the Creative Commons Attribution ShareAlike 3.0 License]
ASAL USUL LAYANG
Tetapi darimana layang-layang itu berasal ? Di masa lampau , ide yang kita lihat sekarang sederhana itu membutuhkan usaha dan inovasi untuk menciptakannya. Jadi harus memahami konteks sejarah untuk memahaminya. Bahkan layang-layang tidak dikenal di Eropa sampai abad 16 Masehi. Informasi pertama dari Barat mengenai layang-layang datang dari Giambattista della Porta dalam karya bukunya “Natural Magic”.
Padahal layang-layang sudah dikenal di sekitar abad 4-5 SM . Catatan awal dari buku Mozi dari abad 4 SM menyebutkan mengenai penciptaan layang-layang .Seorang bernama Lu Ban atau Gongshu Ban membuat layang-layang dengan wujud seekor burung yang terbuat dari bambu dan kayu, yang dapat bertahan tiga hari melayang tanpa jatuh.
Figur lain yang juga membuat layang-layang adalah Mo Di , pendiri Mohisme. Setting era kedua figur ini adalah sejaman. Menurut tradisi Tionghua , Gongshu Ban membuat layang-layang dengan bentuk seperti burung yang dapat terbang selama tiga hari. Han Feizi dalam “The Book Of Master Han Fei) yang ditulis sekitar tahun 225 SM , berkata bahwa Mozi telah membuat layang-layang kayu yang dibuatnya selama tiga tahun. Layang-layang itu bisa terbang , tetapi setelah satu hari di ujicoba , layang-layang itu rusak
Filsafat aliran Mo yang intinya kasih adalah sejajar, tiada batasan kelas. Mozi terkenal dengan slogan kasih yang tiada batasan SARA. Kemanapun selalu mencegah perang. ,tetapi disisi lain mereka adalah penguasa teknologi di masa Tiongkok kuno , terutama teknologi kemiliteran . Kelompok Mohist bahkan sanggup membuat senjata bio-kimia seperti bom tinja. Salah satu kisah yang terkenal adalah Mozi menolong kerajaan Song. Lu Ban /”dewa” tukang kayu menemukan yunti atau tangga awan atau tangga lipat yang bisa menjadi semacam benteng penyerbu dan kerajaan Chu siap menggunakan tangga tersebut untuk menyerang kerajaan Song. Artinya penggunaan layang-layang pun digunakan untuk tujuan militer.
Sarjana di masa Dinasti Song , Gao Cheng dan Zhou Daguan mencatat satu cerita bahwa Jendral Han Xin di masa Dinasti Han , menerbangkan sebuah layang-layang untuk mengukur jarak yang dibutuhkan untuk menggali sebuah tunnel .
Di tahun 43 M, Wang Chong meragukan catatan tradisional mengenai Mo Di dan Gongshu Ban. Zhang Heng [78-139 M] yang juga pernah membuat seismograf juga pernah berusaha membuat penelitian mengenai layang-layang. Dalam “Ying Xiang” atau “Essay On The Use Of Leisure In Retirement” di tahun 126 M , Zhang Heng membuat pengamatan tentang sebuah objek kayu yang mungkin dapat dibuat terbang dan mengamati sebuah bulu dengan ide mekanisme.
Di abad 7-8 Masehi , lukisan mengenai layang-layang terdapat dalam salah satu fresco di Dunhuang. Di masa yang sama , satu buku “Things Uniquely Strange” memberikan catatan penggunaan layang-layang dalam dunia militer. Di masa Xiao Yan berkuasa sebagai Liang Wudi [502-549 M , Dinasti Liang] , di salah satu masa pemerintahan-nya yang dinamakan periode Taiqing [547-549 M] , terjadi satu pemberontakan yang mengepung Nanking dan berhasil mengisolasi kota itu. Xiao Gang yang kelak menjadi kaisar Jianwen dan bersama pangeran mahkota Xiao Tong , memutuskan untuk membuat sebanyak mungkin layang-layang untuk memberikan tanda darurat bagi pemimpin pasukan yang berada ditempat yang jauh. Perwira pemberontak memberitahu pada atasannya mengenai hal itu dan memerintahkan pemanah untuk menembak jatuh layang-layang. Pada awalnya layang-layang itu berhasil di rontokkan , tetapi tetap terbawa angin dan menghilang. Penggunaan lain dimiliter terjadi pada tahun 1232 , pasukan Mongol mengepung kota Kaifeng yang saat itu sedang dikuasai Dinasti Jin [1115-1234 M].
Selain penggunaan militer , layang-layang juga digunakan untuk memancing ikan dengan menyertakan umpan dan kait lebih jauh dari jangkauan dimana perahu berada. Bentuk layang-layang di Tiongkok sangat beragam terlepas dari bentuk tradisional , dari yang berbentuk lipan , katak , kupu-kupu , naga dan beratus jenis mahluk hidup baik real maupun mahluk mitologi. Penerapan lain adalah layang-layang musikal di abad 7-8 Masehi untuk menimbulkan berbagai jenis suara.
Menerbangkan layang-layang di masa lampau juga bisa berfungsi religius yang berhubungan dengan dewa dan pahlawan mitologi, dan seringkali ditabukan bagi wanita. Layang-layang juga menjadi sarana meditasi kaum Taoist awal . Seorang Taoist awal bermeditasi pada “jalan semesta” dengan menerbangkan layang-layang.
Kite flying seems to have been a kind of meditative excercise for the early Taoist , and had a similar significance to that which archery had to the later zen buddhist. One may imagine an early Taoist meditating upon the WAY of universe as he flew his kite. His reveries are combined with an intimate contact with the actual aerial phenomenon of the wind, and the ned to keep altering the tension of the string and compensating for wind changes. The sage might regard this as an analogy for “following the grain of universe” , with the grain of wood as the analogy”.The subtle variations in air current with witch the sage would have developed familiary would have been associated with his reveries and “imaginary flights” of his mind. We can thus understand how Lieh Tzu is described as depending upon the wind when he “rides upon it” in his fancy . But there is the further possibility that the Taoist are referring at this early date to man-lifting kites. [Robert Temple , 2007]
Banyak contoh lain yang terlalu panjang untuk ditampilkan satu persatu penggunaan layang-layang dalam sejarah. Layang-layang seperti juga teknologi awal Tiongkok , tersebar keseluruh dunia. Ada jarak waktu hampir dua milenium antara layang-layang di Tiongkok dan Eropa kemudian atau bahkan Amerika Serikat , ketika Benjamin Franklin menggunakan layang-layang untuk membuktikan tentang elektriksitas petir, dengan menerbangkannya dalam badai. Experimen serupa juga dilakukan Thomas-Francois Dalibard .
Mengenai kenapa akhirnya orang Barat yang kemudian berhasil mengembangkan pesawat terbang awal beberapa abad kemudian tetap menjadi salah satu “Pertanyaan Besar Needham” .
Huang Dada
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghua
REFERENSI:
1. Robert Temple , “The Genius of China : 3000 Years Of Science Discovery & Inventions” , 2007
2.Joseph Needham , “The Shorter Science And Civilization In China : an abridgement of Joseph Needham’s original text“ , Volume 4 , 1994 , Cambridge University Press