Budaya-Tionghoa.Net | “以和为贵 (”yi he wei gui) , mementingkan keharmonisan, merupakan karakteristik dasar Budaya Tionghoa dan juga merupakan orientasi nilai dasar ( basic value orientation). ” 君子和而不同“[ junzi he er bu tong] artinya junzi harmonis dalam perbedaan, yang pada dasarnya menjelaskan konsep tentang ” keharmonisan atau 和 he” itu secara konkret.” 和而不同“ [he er bu tong] ( harmonis dalam perbedaan) menekankan pada perpaduan keseimbangan /keharmonisan dalam diri ( inner), bukannya menunjuk pada kebersamaan dari aspek luar saja. masa sekarang, ” harmonis dalam perbedaan” merupakan patokan dan syarat dasar umat manusia untuk hidup berdampingan secara bersama-sama. Penulis beranggapan, dalam konsep pemikiran Kongzi, ada dua point yang paling dominan dan memiliki nilai realistis: yakni yang pertama,” 己所不欲,勿施于人”[ ji suo bu yu, wu shi yu ren] artinya: apa yang diri kita sendiri tidak sukai, jangan berikan kepada orang lain, dan yang kedua: ”君子和而不同“ [junzi he er bu tong] junzi harmonis dalam perbedaan.
|
Dalam hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, Budaya dan Tradisi Tionghoa selalu menekankan adanya keharmonisan /keseimbangan , ” yi he wei gui” mengutamakan keharmonisan, merupakan karakteristik dasar budaya tionghoa dan juga merupakan orientasi nilai (value orientation) dasar .” Junzi harmonis dalam perbedaan” pada dasarnya menjelaskan konsep ” keharmonisan 和” itu secara konkret.”
Kata ini muncul didalam Lunyu , bab 13 tentang Zilu,子曰: “君子和而不同,小人同而不和。” seperti yang dikatakan oleh He Yan dalam bukunya Kumpulan Ulasan Lunyu, mengemukakan: ” Junzi hatinya harmonis meskipun terjadi perbedaan pandangan dengan orang lain,sedangkan xiaoren walau memiliki kegemaran yang sama, namun saling berebutkeuntungan/kepentingan, sehinga terjadilah ketidakharmonisan. [何晏《论语集解》对这句话的解释是:“君子心和然其所见各异,故 曰不同;小人所嗜好者同,然各争利,故曰不和。 ] Jelasnya, bahwa aspek dalam diri junzi memiliki pandangan yang sama, namun aspek luar belum tentu sama, misalkan berjuang demi kepentingan orang banyak, banyak orang menjadi pejabat, namun juga ada orang-orang yang menjadi guru untuk mengajar dan mendidik, ” perbedaan” ini pada ujungnya akan tercapai ” kebersamaan” ( tujuan), namun xiaoren meskipun memilik kegemaran yang sama, , namun dikarenakan masing-masing berebut atau mengutamakan keuntungan pribadi, sehinga terjadi konflik, meskipun hal ini ” sama” namun akhirnya berakibat “ketidakharmonisan”, sebenarnya, konsep “keharmonisan” dan “persamaan” , awalnya bukanlah kongzi mengutarakannya.
Dalam kitab 《国语》guo yu dan 《左传》zuozhuan, tercatat terjadi diskusi antara shibo 史伯 dengan Yan Zi 晏子 mengenai ” 和 keharmonisan“ dan “同 persamaan”, misalnya dalam 《国语.郑语》guo yu bagian zheng yu, shibo mengatakan: “以他平他谓之和。” 他 ta disini arti sebenarnya adalah ” berbeda”, jadi artinya:” dalam perbedaan mencari hal-hal atau prinsip yang sama atau serupa, yakni proses mencari ” keharmonisan”. shibo dengan yanzi membicarakan ” keharmonisan” dan ” persamaan” dari segi filsafat dan hukum alam, sedangkan kongzi menjabarkannya dalam konteks hubungan antar manusia dalam masyarakat, mengunakannya untuk menjelaskan konsep prilaku atau tingkah laku sebagai seorang manusia dalam bermasyarakat, serta memandang dari segi perbedaan tentang konsep ” junzi ” dan ” xiaoren”, hal ini dapat dilihat bahwa Kongzi sangat mengutamakan konsep tentang ” keharmonisan”.
Menurut Song Ru, seorang sarjana Ru dinasty MIng, menekankan konsep diatas dari aspek perbedaan mengenai keadilan dan keuntungan, beliau beranggapan bahwa keadilan, keuntungan tidak dapat digabungakn menjadi satu, ibarat api dengan air, yang mana dimaksudkan ” junzi ( manusiayang memiliki pembinaan moralitas yang mendalam) memahami keadilan, sedangkan xiaoren ( manusia yang tidak memiliki pembinaan moralitas) memahami keuntungan) “君子喻于义,小人喻于利”.,Dengan acuan penjelasan dari buku HE Yan, jelas sudah pandangan song ru beranggapan bahwasanya konsep keadilan dan keuntungan untuk menjelaskan “he er bu tong” harmonis dalam ketidaksamaan itu.song ru menganggap bahwa keharmonisan dari seorang junzi adalah hasil akhir dari keadilan, sedangkan persamaan dari para xiaoren adalah dorongan akan keuntungan/kepentingan. model penjelasan macam ini dipakai sampai akhir dinasty qing, seperti Liu Baonan刘宝楠 dalam bukunya 《论语正义》Lun Yu Zhengyi , menjelaskan “和因义起,同由利生” yang artinya keharmonisan muncul karena adanya keadilan, sedangkan kebersamaan timbul karena adannya keuntungan/kepentingan, pandangannya sama dengan song ru.
Apa sebenarnya maksud Kongzi tentang junzi he er bu tong itu , ataukah, Kongzi memiliki anggapan yang sama dengan penjelasan orang-orang sekarang, tak seorang pun yang tahu. penulis beranggapan tentang penjelasan mengenai ” junzi harmonis dalam perbedaan” junzi he er bu tong itu , pada jaman sekarang seharusnya melampaui lingkup moralitas dari “keadilan” dan “keuntungan”, serta berkembang sampai penjelasan mengenai tingkat kearifan pola pikir dan pola hidup.
Kalau ditinjau dari segi filosofis , ” he和“ adalah keharmonisan, ” 同tong” adalah sama, persamaan. harmonis /he bersifat abstrak, dalam (diri), sedangkan persamaan/tong, bersifat konkret, luar (diri). keharmonisan dalam perbedaan,menuntut keharmonisan dalam diri, dan bukan persamaan dari aspek luar diri. dengan inilah, junzi harmonis dalam ketidaksamaan, ada dua situasi dan kondisi yang dapat diutarakan yakni: dari diri sendiri, orang memiliki pembinaanmendalam selalu menyelaraskan dengan orang lain,tapi tidakmembabi buta membeo kepada orang lain, dengan menyelaraskan atau menyesuaikan terhadap orang lain namun tidak membeo/terpaku kepada orang lain sehingga tercapailah keharmonisan; orang tidak memiliki pembinaan mendalam,melihat orang lain berhasil selalu meniru orang lain, sehingga alhasil menimbulkan pertentangan dan pertikaian yang negatif, yang akhirnya menimbulkan ketidakharmonisan; terus yang kedua yakni dilihat dari aspek diri orang lain, orang yang bijak selalu menuntut keharmonisan, sehingga memaklumi atau memaafkan perbedaan, dalam situasi dan kondisi yang beraneka ragam tetap tercipta keharmonisan, sedangkan orang yang kurang bijak selalu memaksakan adanya persamaan, dikarenakan tidak bisa memaklumi perbedaan maka selalu terjadi konflik dan pertentangan. misalkan dalam satu grup musik, ingin memainkan musik yang harmonis dan merdu, memerlukan berbagai macam alat musik, yang memiliki suara yang berbeda-beda. kebalikannya, andaikata cuma satu alat musik saja, dengan suaranya yang monoton tentunya sangat membosankan, jadi dunia kita ini sebenarnya dan seharusnya mengutamakan pluralis dalam konsep ” harmonis dalam perbedaan” .
George Wilhelm Friedrich Hegel (1770—1831) seorang filsuf Jerman juga beranggapan tentang konsep ini. menurut Hegel ada dua macam tentang ” persamaan”: yang pertama persamaan yang abstrak, yakni persamaan yang terjadi akibat menolak atau menyingkirkan semua perbedaan, dus, yang kedua persamaan yang konkret, yakni persamaan yang mencakup perbedaan dari diri sendiri. Hegel beranggapan hal ini adalah kunci perbedaan mengenai baik dan buruk , ia juga mengatakan: ” bila kegiatan berpikir tak lebih hanyalah semacam kumpulan (persamaan) abstrak, maka kita tidak boleh tidak menyatakan model berpikir ini adalah model berpikir yang paling tidak bermanfaat dan paling membosankan” , penulis beranggapan, yang dimaksud Hegel disini,” cakupan perbedaan dari persamaan diri sendiri” ,kalau diutarakan mengunakan filsafat tiongkok, hampir sama dengan konsep “harmonis dalam perbedaan”.
Dalam proses ekonomisasi menglobal hari ini, kearifan tua dua ribu tahun tentang ” harmonis dalam perbedaan” ini masih memiliki daya hidup yang sangat kuat, dan masih menjadi sebuah patokan serta tujuan perkembangan masyarakat jaman sekarang.” harmonis dalam perbedaan” merupakan jalan yang harus dilalui oleh dunia yang pluralis ini untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bersama,sedangkan ” sama tapi tidak harmonis” akan menyebabkan terjadi konflik pertentangan, pertikaikan dan bahkan perang.
Sekarang, umat manusia telah memilik senjata nuklir mengerikan yang dalam sekejap mata bisa memusnahkan bumi dan umat manusia itu sendiri. andaikata hanya memaksakan ” persamaan” tetapi tidak menekankan ” keharmonisan” , maka akan mengakibatkan terjadinya konflik, pertentangan, pertikaian dan akhirnya terjadi perang besar nuklir.Akhirnya yang ada hanya terjadi ” kemusnahan bersama”, karena itu , “harmonis dalam perbedaan” merupakan kaidah dasar dan syarat mutlak umat manusia untuk hidup bersama. dengan adanya pandangan demikian, maka ” harmonis karena adanya keadilan, bersama karena adanya keuntungan/kepentingan” ini menunjukan penjelasan yang sangat terbatas dan sempit.
Sebenarnya , harmonis dikarenakan adanya keadilan, dan juga bisa dikarenakan adanya keuntungan/ kepentingan, jadi meskipun kita tidak membicarakan keadilan, dan hanya membicarakan ” keuntungan/ kepentingan” , sudah seharusnya kita juga menuntut adanya ” keharmonisan”, karena tidak harmonis bukan hanya tidak adanya keadilan, dan juga ” tidak menguntungkan/bermanfaat”. sebalikanya, membicarakan keuntungan/kepentingan/manfaat” belum tentu memunculkan ” persamaan”, bila bukan hanya mengejar keuntungan/kepentingan sesaat, keuntungan yang tidak seberapa, melainkan memperjuangka”keuntungan/kepentingan jangka panjang” , maka haruslah melalui jalan ” harmonis dalam perbedaan” .
Hal ini juga menjelaskan bahwa ” keadilan” dan ” kepentingan/keuntungan” tidak selamanya saling kontra, dan masih bisa terjadi ” penyatuan”, tentu, dari ” keadilan” baru tercipta ” keharmonisan” , sama dengan konsep dikarenakan adanya ” kepentingan/keuntungan” maka tercipta “keharmonisan” , dan tentunya terjadi perbedaan? yang pertama bersifat aktif, dan yang belakang bersifat pasif. jadi, bagaimana baru dapat mencapai keadaan ” harmonis” ? sebenarnya, Kongzi telah menunjukan dengan jawaban yang mencerahkan kepada kita: ” tidak sama/ berbeda” , yakni untuk tidak memaksakan adanya ” persamaan”, tidak mengikuti orang lain. hanya dengan tujuan besar untuk tidak berkonflik, mengakui adanya perbedaan, memaklumi perbedaan, dan juga menghormati perbedaan, barulah dapat mencairkan pertikaian dan pertentangan, untuk saling hidup bersama secara rukun sejahtera. asalkan rela untuk hidup bersama secara rukun, dan tentunya harus akur. keakuran terjadi haruslah melalui kontak, komunikasi, dialog untuk menciptakan saling pengertiaan, sehinga mencapai tujuan akhir yakni ” keharmonisan”.
Oleh : Lin Zhibo
terjemahan bebas: Liu Weilin
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa