Budaya-Tionghoa.Net | Pada berbagai masyarakat bangsa, terdapat nama stereotype yang mewakili nama orang bangsa itu secara umum, manakala nama sebenarnya dari orang yang bersangkutan tidak atau belum diketahui. Di Indonesia, setidaknya di masyarakat Jawa, bisa dipakai nama “Anu” yang lalu diberi kata sandang “si”. Kata “si Anu”, biasa dipakai untuk nama orang yang stereotype orang Indonesia, ketika nama orang itu yang sebenarnya belum diketahui.
|
Di antara orang Arab, nama stereotype semacam itu adalah “Fulan”. Kemudian, sampai di Indonesia, nama ini bergeser sedikit menjadi “si Polan”. Di Amerika Serikat, biasa dipakai nama “John Doe” untuk menggambarkan orang yang typical orang Amerika berkulit putih. Dan sepertinya selain berkulit putih, stereotyping “John Doe” ini juga berarti anglo-saxon dan protestan, sehingga menjadi stereotype WASP.
Frasa Wu Mingshi mungkin bisa dianggap sebagai padanan John Doe. Wuming atau Bubeng memang banyak dipakai untuk keperluan semacam ini tetapi sebetulnya lebih lazim dipakai sebagai nama samaran dari orang yang tidak hendak dikenal. Misalnya penutur cerita silat Indonesia yaitu Oey Kim Tiang atau OKT , sering memakai nama samaran Boe Beng Tjoe jika sedang menulis untuk yang diluar Penerbit Keng Po , tempat dimana ia berkerja. Nama stereotipe berbeda dengan penggunaan frasa “Bu beng” yang dipergunakan oleh pihak kesatu (saya , kami , kita) dengan pihak kedua (anda , kalian) dan pihak ketiga (dia , mereka)
***
Ada pertanyaan seperti ini : “……Sepanjang pengamatan saya yang sangat dangkal, saya melihat bahwa nama “Thio Sam” (“Zhang San”), biasa dipakai untuk si Anu, si Polan dan John Doe versi Tionghua. Apakah betul demikian? Kalau betul, lalu mengapa harus she “Thio” (Zhang)? Dan kemudian, mengapa harus yang ketiga (“Sam”/”San”)? Dan apakah ini stereotyping di Hokkian (Fujian) saja, ataukah di seluruh Tiongkok?…….”
Daftar sne Tionghoa yang paling populer adalah Baijiaxing (Hokkian: Pek Ka Seng), yang berisi lebih dari 500 sne. Baijiaxing ini disusun pada dinasti Song, yang diperintah oleh kaisar ber-sne Tio. Karena itu tidak mengherankan urutan pertama dalam baijiaxing adalah sne Tio (Zhao). Urutan Zhao Da (Tio Tua), Qian Er (Cne Ji), Sun San (Snui / Sng / Sun Sna), Li Si (Li Si), Zhou Wu (Ciu Gou), dst … adalah urutan sesuai Baijiaxing.
Populasi Sne Tionghoa tidaklah merata. Ada sne yang jarang sekali. Ada sne yang banyak hanya di satu tempat, tetapi jarang di tempat lain. Misalnya: sne Tan (Tham) banyak di propinsi Guangdong, tetapi jarang di tempat lain.
Secara umum sne Tionghoa yang terbanyak adalah Li (Li), Wang (Ong), Liu (Lao), Zhang (Tnio), Chen (Tan), Yang (Yno), Huang (Wni), Zhao (Tio), Zhou (Ciu), Wu (Gou). Urutan ini bisa berubah, karena metoda perhitungannya berdasarkan sampling yang bisa saja berubah. Ada survei lain yang mengatakan sne terbanyak adalah sne Wang (Ong) dan Li (Li) di urutan kedua. Penyebaran sne juga tidak sama. Di propinsi Hokkian dan Taiwan, sne terbanyak adalah sne Chen (Tan), urutan keduanya adalah sne Lin (Lim). Padahal sne Lin (Lim) ini tidak termasuk di sepuluh besar di Tiongkok.
Sebutan Zhang San (Tnio Sna) kelihatannya memang karena sne Tnio adalah sne urutan ketiga.
Sebetulnya sne Sun (Sun / Snui / Sng) juga termasuk sne yang banyak. Ia berada di urutan ke 12 dari sne terbanyak di Tiongkok. Memang, sne ini tidak terlalu banyak di Indonesia. Banyak orang sne Sun di Indonesia yang menuliskannya dalam bahasa Hokkian dialek Ciangciu menjadi SOEI (seharusnya SNUI -> dibaca SUI dengan sengau).
Di Jawa karena pengaruh dialek Kheq yang cukup dominan, maka nama stereotype yang utama adalah: A Cong untuk laki-laki dan A Moi untuk perempuan. Banyak huruf Zhang dalam Mandarin yang dalam dialek Kheq dibaca Cong, sedang A Moi adalah adik perempuan (mei dalam Mandarin).
Akhmad Bukhari Saleh & King Hian
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa