Budaya-Tionghoa.Net | Sedikit membahas mengenai pen”simpel”an huruf mandarin dari kalangan seni dan budaya Tionghoa, terutama dari seni kaligrafi Tiongkok. Dari pencinta budaya Tionghoa, terutama kaligrafi, pernah berdiskusi mengenai hal ini, dan saya ingat sekali ungkapan salah seorang master kaligrafi Tiongkok di Indonesia, mengapa dalam seni kaligrafi tidak pernah menggunakan huruf simpel.
|
Kaligrafi Tiongkok (huruf huruf mandarin) telah ada sejak ribuan tahun, semua huruf mengandung arti yang mendalam, dan bernilai seni tinggi , memang setiap garisnya bermakna, contohnya huruf apa digabung dengan apa membentuk suatu arti baru. Adalah Cangjie, leluhur bangsa Tiongkok yang menciptakan huruf huruf ini sejak lebih dari 4000 tahun yang lalu.
Adalah sangat disayangkan bahwa pada tahun 1949, Partai Komunis Tiongkok yang saat itu berkuasa, menyuruh beberapa orang mengganti huruf-huruf bernilai sejarah dan kebudayaan tinggi ini, dengan huruf yang disingkat, simpel dan banyak yang kehilangan makna, artinya sudah jauh, banyak yang tidak logis, menjadi berantakan. Sungguh sudah tidak bisa dipakai dalam kaligrafi, karena banyak yang menyalahi kaidah aturan dan teori. Bila kita mau mempelajari kaligrafi, terdapat kamus kamus kuno bahasa mandarin yang sangat berharga nilainya, para master kaligrafi sangat senang apabila generasi penerus dapat melestarikannya, semua ada aturannya, tidak bisa sembarangan.
[Foto Ilustrasi oleh Admin : Sun Guoting (648-703 M ) , “Detail Of The Treatise On Calligraphy” , 687 M , Wiki Media , Public Domain ]
Ada juga master kaligrafi yaitu Prof. Song, yang menjelaskan bahwa dalam penulisan kaligrafi Tiongkok mengandung 4 unsur penting yaitu (1) goresan , (2) konstruksi , (3) aturan main , (4) irama.
Sama seperti seni lukis dan seni musik, seni kaligrafi (huruf mandarin) adalah memang kebudayaan yang diturunkan dari langit kepada manusia, sejak ribuan tahun lampau dilestarikan dari leluhur kepada anak cucu. Bahkan bangsa Yunani kuno mempunyai Dewa kesenian.Manusia dapat menciptakan seni lukis yang indah, baik di aliran Timur (Tiongkok) maupun Barat, semua inspirasi dan keahlian berkaitan erat dengan kepercayaan pada dewata .
Bila kita menyaksikan karya para maestro seni lukis Barat seperti Leonardo Da Vinci, Michaelangelo, mereka dapat melukis dengan indahnya, begitu nyatanya, Yesus Tuhannya, pemandangan surgawi seperti malaikat dan Dewa Dewi, seperti dalam gereja gereja di Eropa, manusia menggambar Dewa yang agung dan menyebarkan energi belas kasih, hasil karyademikian membawa manfaat bagi manusia, menimbulkan niat pikiran yang baik dan mulia. Tentu dalam menciptakan suatu karya seni lukis juga ada aturannya, bagaimana membentuk warna, proporsi melukis manusia, komposisi terang gelap, melukis cahaya, dan membuat karya secarakeseluruhan tampak seperti hidup, indah mengagumkan, keahlian semacam ini adalah hasil belajar selama puluhan tahun dari kebudayaan yang sudah tercipta sejak lampau.
Sebenarnya lukisan yang seperti aslinya (aliran realis) barulah yang dapat dikatakan indah dan bermakna. Seperti lukisan Raden Saleh dan pelukis Bali yang sering melukis alam yang indah. Namun orang sekarang ada yang melanggar aturan-aturan dalam seni lukis, membuat coretan kuas kian kemari dan cipratan cipratan tinta diatas kanvas, tidak jelas apa yang digambar, lalu dijual dengan harga tinggi, disebut karya lukisan abstrak.
Ada juga yang melukis serba kelam, melukis mahluk mahluk aneh dan kawat berduri. Dari sisi manapun tidak ada yang dapat menjelaskan darimana keindahannya, dibandingkan dengan karyalukis yang sesungguhnya, yang bisa membuat hati senang apabila melihatnya, mengaguminya.
Inspirasi dalam seni musik, seperti saat kita menikmati indahnya petikan kecapi, musik Tiongkok dan tarian tradisional Tiongkok seperti zaman dinasti Tang, seperti kita mendengar musik dari khayangan dan melihat Dewi-Dewi menari, menenangkan jiwa dan mencerahkan hati. Dalam seni musik juga ada teorinya, belajar musik juga harus mengerti tekniknya.
Bagaimana aliran metal dan dentuman instrumen yang keras , vokalisnya entah menyanyi entah teriak-teriak, darimanakah sisi keindahannya dari seni musik itu? Banyak hal yang lurus telah dibuat menyimpang, dalam kesenian dan budaya umat manusia. Merusak seni yang diturunkandari langit kepada manusia, bahkan manusia dapat memandang sesuatu yang buruk sebagai yang indah, moralitasnya telah merosot.
Begitupula pada kaligrafi, semuanya karakter Tionghoa memang mengandung makna yang dalam, ada teori baku dan teknik yang harus dipelajari dan diturunkan turun temurun, jadi memang tidak bisa disingkat, disimpelkan, atau diubah-ubah, mungkin orang sekarang sudah kurang memahaminya.