Budaya-Tionghoa.Net | Apakah yang terlintas dalam pikiran, sesaat bis melintas sungai Han di tengah perjalanan ke Bu Tong San (Wudang Shan) dari Siang Yang (Xiangyang)?
Di sinikah tempat penyeberangan pertama kali Thio Bu Ki bertemu dengan Ciu Ci Jiak? Ciu Ci Jiak lah anak gadis yang pertama ditemui oleh Bu Ki. Banyak pembaca “To Liong To” selalu mengharap Thio Bu Ki akhirnya terangkap jodoh dengan Ciu Ci Jiak. “To Liong To”, atau “Ie Thian To Liong” begitu melekat dengan Bu Tong San.
|
Pertama kali membaca “To Liong To”, belum sadar bahwa itulah karya Chin Yung, bahkan lebih menganggap bahwa itu karya Gan K. L., tetapi setelah membaca “Ie Thian To Liong” karya OKT, barulah kemudian terpetik dalam pikiran, dan terutama setelah mendengar beberapa senior berdebat, bahwa mereka sebenarnya penerjemahnya saja. Begitu pula waktu pertama kali membaca “To Liong To”, belum tahu bahwa buku ini ada prequelnya, “Sia Tiauw Eng Hiong” dan “Sin Tiauw Hiap Lu”.
Pada waktu dulu membaca “To Liong To”, sungguh susah membayangkan perjalanan Thio Sam Hong dan Thio Bu Ki dari Bu Tong San ke Siauw Lim Si, di manakah propinsi Ouwpak (Hubei) dan di manakah Holam (Henan)? Keingin-tahuan letak tempat peristiwa itu telah terbentuk lama. Dan sekarang ternyata… Ah, dua propinsi ini rupanya berdampingan!
Sekarang semua terlihat jelas, jaman sekarang orang dari Bu Tong San akan ke Xiangfan (gabungan nama kota Xianyang dan Fancheng), 2 jam perjalanan dengan bus. Dan kemudian dari Xiangfan ke Lok Yang (Luoyang) lima setengah jam dengan kereta. Barulah selanjutnya dari Lok Yang ke Siauw Lim Si satu setengah jam dengan bis.
Dalam buku panduan Star-map Press, terbitan Beijing, kawasan Bu Tong San dikatakan mempunyai keliling 400 km dengan 72 puncak, 24 jurang, 11 gua, 9 mata air dst, untuk menunjukkan daerahnya yang berbukit-bukit. Tetapi puncak tertingginya hanya 1.612 meter, karena itu mendaki Bu Tong San tidak terasa melelahkan.
Dulu banyak orang berangkat sore dari Xiangfan (naik bus di depan stasiun Fancheng ke arah Shayin). Dan setelah dua jam tiba, berhenti di Laoying dan menginap di sini (juga disebut Wudang Shan). Kemudian kemudian besok paginya dengan bis naik ke atas gunung. Tetapi dengan selesainya jalan toll, banyak orang sekarang memilih menginap di Xiangfan saja, dan kemudian dengan bis berangkat pagi ke Bu Tong San.
Di gunung, orang tidak lagi mengikuti jalur ‘pilgrimage’ yang dulu lagi, yang cukup panjang. Sekarang dengan bis ‘potong kompas’ ke tujuan utama, puncak tertinggi. Sungguhpun demikian, terakhirnya masih tetap ada 4 atau 5 km jalan kaki menuju ke puncak, melalui hutan, mendaki tetapi cukup landai. Semua penumpang bis berwajah ceria ketika sampai di tujuan, bersiap mendaki.
Ada beberapa kuil sepanjang perjalanan. Di puncak tertinggi, Tianzhu Feng ada golden temple terbuat dari tembaga yang dibangun oleh kaisar Ming, Zhenwu pada tahun 1416. Banyak orang mendaki gunung Bu Tong San untuk bersembahyang di kuil ini. Dikatakan pada waktu baru selesai dulu kuil ini berkilauan seperti emas, karenanya disebut ‘golden temple’. Tetapi sekarang tidak, kecuali dibersihkan dan dibuat mengkilat lagi. Hari itu banyak sekali yang mendaki gunung Bu Tong San, lebih banyak lagi di hari libur, dengan khusuk mereka menuju ke ‘golden temple’ dengan harapan tertentu, hanya 30 tahun setelah Revolusi Kebudayaan, yang tampaknya tak berhasil menghapus satu tradisi yang sudah berumur lebih dari 300 tahun.
Berdiri di puncak melihat ke sekeliling terlihat hamparan hutan hijau dan puncak di sana-sini, lukisan alam yang disuguhkan sungguh berbeda dengan Huang San, Hoa San ataupun Siauw Lim Si. Di bawah puncak ada semacam ‘dormitory’, di halamannya banyak orang berlatih pedang gaya Bu-tong atau berlatih Tai-chi. Ada yang tosu dan ada yang bukan. Satu sekolah kungfu sudah mulai muncul di kawasan Bu Tong, agaknya tinggal soal waktu untuk bertambah banyak.
[Foto Ilustrasi : Ardian Cangianto , “Orang Barat pun turut berlatih di sekolah Wudang ini”]
Kalau Tai-chi boleh dibilang di hampir semua taman di semua penjuru Tiongkok setiap pagi paling tidak ada seorang yang sedang melatihnya. Tai-chi mungkin salah satu karya yang berhubungan dengan Taoism yang paling terkenal. Sekarang ini tidak aneh lagi untuk melihat buku tentang Tai-chi di toko-toko buku di Sydney, London atau New York. Rasanya tidak berlebihan kalau dikatakan Tai-chi perlahan tapi pasti sedang menjadi salah satu warisan dunia.
‘Duel Di atas Bu Tong’, begitu banyak darah tertumpah, mungkin di dormitory inilah peristiwa itu terjadi. Dan di manakah dulu Thio Bu Ki mengintip kakek gurunya Thio Sam Hong ketika baru tiba dari Barat dan belajar Thay Kek Kun (Tai-chi)?
Begitu banyak episode mengesankan “To Liong To” terjadi di atas Bu Tong San. Di manakah tempat In So-so bunuh diri? Di halaman itukah? “To Liong To” atau “Ie Thian To Liong” sepertinya adalah satu-satunya yang memunculkan karakter wanita yang khas seperti In So-so. Agaknya bukan tidak sengaja Chin Yung membuat karakter itu diulang oleh Tio Beng. Sepertinya ada yang ingin disampaikan oleh Chin Yung dengan kemiripan kisah-kasih Thio Cui San dan In So-so serta Thio Bu Ki dan Tio Beng.
Perlahan sambil menuruni Bu-tong san, mengenang kembali cerita “To Liong To (Ie Thian To Liong)”, banyak sekali episode yang mengesankan, ada juga yang menyesakkan. Mungkin ada yang terkesan dengan karakter Tan Yu Liang. Dia ini sungguh karakter ajaib yang diciptakan sang pengarang, yang mampu menghapal dengan melihat dan berotak brilian yang sayang kurang dikembangkan oleh sang pengarang sehingga sebenarnya bisa menjadi ‘ultimate nemesis’ Thio Bu Ki. Agaknya pertimbangan Chin Yung menganggap Tio Beng lebih pantas menjadi ‘nemesis’ Thio Bu Ki. Yah bagaimana pun, cerita itu sudah selesai 40 tahun yang lalu. Betapapun juga karakter Tio Beng dan In So-so benar-benar lain, tidak mirip dengan karakter wanita yang lain.
Banyak orang yang mendaki satu keluarga penuh, bergembira, bercanda di tengah hutan, di tengah kicau burung. Ada yang bernyanyi gaya opera peking atau ada juga opera barat. Banyak muda-mudi. Ada yang bergurau saja, ada yang serius dan ada yang berseloroh meminta temannya ‘maukah dihukum melakukan permintaan ketiga Tio Beng kepada Thio Bu Ki?’. Ya Thio Bu Ki kaget dan lemas kakinya, ketika Tio Beng mengingatkan masih ada satu permintaannya lagi. Sesuai janjinya dulu Thio Bu Ki akan meluluskan tiga permintaan Tio Beng. Ya siapa yang tidak mau?
Orang-orang yang gembira, apakah karena sudah mendaki ke gunung Bu-tong, atau karena sudah menyentuh golden temple? Anak-anak gadis yang gembira, apakah mereka sudah ketemu akal Tio Beng yang baru yang patut ditiru? Entah kenapa semua anak muda yang turun dari Bu-tong jadi bertampang seperti Thio Bu Ki, yang lugu-lugu saja. Bisa jadi kalau dilakukan survey ke semua pengunjung yang mendaki gunung Bu-tong pada hari itu, berapa orang yang terkena pengaruh ‘To Liong To (Ie Thian To Liong)’, hasilnya melebihi 50%.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
REFERENSI