Budaya-Tionghoa.Net | Pentingnya Nilai Belajar. Menurut pandangan Confucius, kedudukan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat sangatlah penting, dan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup adalah tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh setiap orang, sehingga proses belajar ilmu pengetahuan atau keahlian sangatlah diutamakan. Hal ini dapat kita amati dari apa yang telah diajarkan oleh Confucius kepada murid-muridnya antara lain meliputi bidang-bidang kesusasteraan, berhitung, seni musik, ilmu menunggang kuda, memanah, sikap setia, berbudi pekerti luhur, dan tentunya filsafat kehidupan.
|
Tidak ada manusia yang dilahirkan dengan membawa serta berbagai pengetahuan. Kelahiran dalam pengertian Buddhisme, walaupun membawa serta karma kehidupan sebelumnya, tidak juga membenarkan adanya pengetahuan yang telah dipelajari dari kehidupan sebelumnya dibawa serta dalam kehidupan saat ini. Menurut ajaran Confucius, bahwa minat seseorang untuk memperoleh pengetahuan dalam kehidupan ini adalah melalui belajar sendiri, dan menggunakan pikiran yang cerdas serta senantiasa berusaha untuk mengerti segala sesuatu.
Guru Khung Fu Zi bersabda, “Saya tidak dilahirkan dengan pengetahuan mengenai segala hal. Ini hanya karena saya berminat mempelajari buku-buku kuno, dan belajar untuk mengerti dengan pikiran yang cerdas dan kerja keras.” (Lun Yu VII/20).
Dalam belajar, kita jangan hanya terpaku kepada pengetahuan yang baru saja, namun berbagai peninggalan ilmu pengetahuan ataupun filsafat kehidupan, baik yang bersifat duniawi ataupun alam transendental atau keillahian, adalah berguna untuk dipelajari. Para Guru Agung terdahulu selalu mengajarkan murid Mereka untuk menjadi seorang guru juga. Bukanlah seorang Guru Sejati, apabila hanya mengajarkan seseorang menjadi murid. Sehingga dengan
mempelajari yang lama dan mengetahui yang baru, kitapun akan dapat menjadi seorang guru.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Mempelajari yang lama dan mengetahui yang baru dapat menjadi guru.” (Lun Yu II/11).
Seseorang yang sudah terbiasa dalam belajar, tidaklah akan merasa lelah. Kebiasaan belajar harus senantiasa kita tanamkan dalam diri kita sendiri, dan dengan ketekunan maka semua ilmu pengetahuan akan menjadi tidak rumit adanya. Kerumitan berbagai hal yang baru hanya disebabkan kita belum mengetahuinya. Pengetahuan adalah sumber kebijaksanaan.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Dengan menghafalkan pengetahuan, saya belajar mendalam. Tidak merasa lelah dengan belajar. Tidak menjadi lelah dalam mengajar. Semua ini datang pada saya dengan mudah.” (Lun Yu VII/2).
Pengertian belajar secara luas adalah belajar kepada siapa saja dan kemudian menyimpulkannya dengan pengalaman sendiri. Pengertian belajar dari Confucius yang menekankan pada usaha diri sendiri ada persamaanya dengan pengertian Buddhisme, sebagaimana sabda Sang Buddha berikut, ” Hendaknya orang terlebih dahulu mengembangkan diri sendiri dalam hal-hal yang patut, dan selanjutnya melatih orang lain. Orang bijaksana yang berbuat demikian tak akan tercela.” (Dhammapada, 158).
Confucius menilai bahwa apa yang kita pelajari, haruslah kita pikirkan, demikian juga sebaliknya , berpikir tanpa belajar, tidak ada manfaatnya malahan dapat membahayakan orang lain ataupun diri sendiri, karena pikiran sering mengawali perbuatan seseorang.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Belajar tanpa berpikir adalah sia-sia. Berpikir tanpa belajar adalah berbahaya.” (Lun Yu II/15).
Adalah sia-sia adanya apabila kita mengajarkan sesuatu kepada seseorang yang tidak berminat untuk mencari pengetahuan. Seperti menuang air teh di cawan yang telah penuh, air teh yang dituangkan akan luber terbuang sia-sia saja.
***
Guru Khung Fu Zi bersabda, “Saya tidak pernah memberitahu orang yang tidak pernah mengalami kegagalan, karena terdorong mencari pengetahuan. Begitu juga saya tidak menjelaskan kepada orang yang tidak pernah serius dalam mencari pengetahuan. Bila saya sudah menunjukkan padanya satu sudut dari suatu persegi empat. Dan kalau dia tidak bisa menyambung sudut itu dengan tiga sudut lainnya, saya tidak akan mengajarkannya lagi.” (Lun Yu VII/8).
Confucius juga memandang, bahwa adalah percuma apabila tingkat pengetahuan seseorang masih rendah, tetapi dilibatkan dalam pembicaraan dengan topik yang membutuhkan pengetahuan yang tinggi. Sering disebabkan oleh persepsi dan kemampuan mengolah suatu pengetahuan yang terbatas, maka seseorang itu agak sulit untuk mencerap suatu pengetahuan yang di luar kemampuannya.
Guru Khung Fu Zi bersabda, “Seseorang yang telah melampaui pengetahuan tingkat menengah, maka dapatlah dilibatkan untuk membicarakan masalah yang tinggi, sedangkan seseorang yang tingkat pengetahuannya masih di bawah
pertengahan (rendah), maka janganlah diajak membicarakan masalah yang tinggi.” (Lun Yu VI/21).
Pengetahuan di dunia ini tidaklah terbatas, dengan hanya mempelajari pengetahuan yang terbatas kemudian tidak mau membuka wawasan kita untuk menerima pengetahuan bidang lainnya, akan menyebabkan kita berpikiran picik
dan fanatik. Sebagaimana seekor katak yang terbiasa hidup di sumur, tentunya sulit untuk mengetahui adanya kehidupan yang lebih baik di luar sumur tersebut. Confucius menyadari, betapa luasnya ilmu pengetahuan itu, sehingga
Beliau sampai khawatir akan kehilangan atas apa yang telah dipelajarinya.
Guru Khung Fu Zi bersabda, “Begitu banyak yang harus dipelajari, sehingga saya khawatir bahwa saya akan kehilangan atas apa yang telah saya pelajari.” (Lun Yu VIII/17).
Memanfaatkan kekuatan dan kelemahan dari teman bicara kita, akan menambah pengetahuan bagi diri kita sendiri.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Bila saya berjalan dengan dua orang lain, selalu ada sesuatu yang dapat saya pelajari dari mereka. Kekuatan mereka saya ambil, kelemahan mereka saya pakai untuk mengoreksi diri saya sendiri.” (Lun Yu VII/22).
Sering kita menjumpai adanya orang-orang yang sulit untuk mendengarkan, tetapi lebih senang berbicara. Untuk dapat mengikuti jalan pengetahuan, maka kita haruslah banyak mendengar, melihat, dan mengenal secara baik.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Banyak mendengar, memilih yang baik dan mengikutinya; banyak melihat dan mengenalnya. Inilah jalan pengenalan.” (Lun Yu VII/27).
Sebagaimana Jalan Tengah yang diajarkan Buddha Gautama, maka Confucius juga mengajarkan untuk tidak menempuh jalan ekstrim dengan menyiksa badan dalam belajar.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Saya telah mencoba dan merasakan sepanjang hari tidak makan dan sepanjang hari tidak tidur; hanya merenung dan tidak bermanfaat. Saya menyadari lebih praktis hal itu dipakai untuk belajar. “
(Lun Yu XV/31).
Confucius merumuskan adanya enam kejahatan yang berhubungan erat dengan enam kebaikan. Ke enam faktor keterkaitan itu berhubungan dengan minat belajar.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Apakah Anda mendengar mengenai enam kejahatan yang berhubungan dengan enam kebaikan ? Menyukai kebaikan hati tanpa menyukai belajar bisa mengakibatkan ketidak-pedulian; menyukai keterus-terangan tanpa menyukai belajar bisa mengakibatkan salah arah; menyukai kejujuran tanpa menyukai belajar bisa mengakibatkan kejahatan; menyukai ketulusan tanpa menyukai belajar bisa menjadi gegabah; menyukai keberanian tanpa menyukai belajar bisa mengakibatkan kemalangan, dan akhirnya menyukai kehebatan tanpa menyukai belajar bisa mengakibatkan kelancangan.” (Lun Yu XVII/8).
Terdapat tiga hal yang dapat kita jadikan pedoman dalam instropeksi diri setiap harinya. Yang pertama adalah, apakah kita telah berusaha secara optimal untuk orang lain; kedua, apakah kita telah membina suatu hubungan kepercayaan yang baik dengan teman kita; dan yang ketiga adalah, apakah kita telah melaksanakan dengan baik apa yang telah diajarkan oleh guru kita? Ketiga pertanyaan instropeksi tersebut berkaitan dengan sifat Kesetiaan [Cung], Kepercayaan [Hsin], dan Bhakti [Hsiao].
Murid Confucius, Zeng Zi berkata,” Tiap hari saya memeriksa diri dalam tiga hal: Apakah saya sudah berusaha sebaik-baiknya dalam mengerjakan sesuatu untuk orang lain? Apakah saya bisa dipercaya dalam hubungan saya dengan teman-teman ? Apakah saya gagal mengubah apa yang diajarkan guru kepada saya ? ” (Lun Yu I/4).
Pengetahuan yang kita pelajari haruslah dapat kita manfaatkan untuk menambah pengetahuan orang lain. Pengetahuan adalah sumber kebijaksanaan, dan dengan kebijaksanaan kita akan memperoleh kebahagiaan.
Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Apakah bukan sesuatu yang membahagiakan, berpengetahuan dan bisa menggunakannya ? ” (Lun Yu I/1)
Ajaran dalam Buddhisme juga sependapat bahwa proses belajar itu sangatlah penting adanya. Dimana keinginan untuk belajar, akan meningkatkan pengetahuan, dan dengan pengetahuan akan meningkatkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan akan membuka tabir tujuan hidup, dan dengan mengetahui tujuan hidup akan membawa kita kepada kebahagiaan. Ungkapan tersebut dapat kita temui dalam Theragatha syair 141, ” Keinginan untuk belajar akan
meningkatkan pengetahuan; pengetahuan meningkatkan kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan, tujuan dapat diketahui; mengetahui tujuan akan membawa kebahagiaan.”
Pemerintahan
Confucius yang pernah memegang berbagai jabatan dalam pemerintahan, terkenal sangat arief dan bijaksana, sehingga rakyat setempat banyak yang menyukainya, dan Beliaupun sering mendapatkan promosi jabatan. Beliau aktif dalam pemerintahan sejak berusia 35 tahun sampai 60 tahun. Kemudian pada usia 60 tahun ke atas, Beliau mengundurkan diri, kembali ke tempat kelahirannya dimana Beliau lebih berkonsentrasi dalam memberikan pengajaran kepada murid-muridnya, serta menghasilkan berbagai karya tradisi klasik, baik dengan cara menulis sendiri ataupun mengolah kembali berbagai bentuk karya klasik yang telah ada. Beliau tidak pernah membedakan status sosial seseorang, semua orang adalah saudara, demikian sikap Confucius dalam memandang setiap orang yang ditemuinya.
Pemerintahan yang baik, haruslah dapat memiliki legitimasi dan kepercayaan dari rakyatnya. Tanpa kepercayaan rakyat tersebut, maka suatu pemerintahan tidak berarti apa-apa lagi. Kita sering melihat berbagai pemberontakan, gerakan reformasi, gerakan separatisme, dan berbagai gerakan demonstrasi melanda suatu negara, dimana pemerintahnya sudah tidak memiliki kepercayaan dari rakyatnya lagi. Kekuatan rakyat yang tergabung dalam suatu gerakan,
merupakan gelombang dasyat yang dapat meruntuhkan berbagai rangkap tembok kekuasaan.
Zi Kung menanyakan mengenai pemerintahan kepada Guru Khung Fu Zi yang dijawab,” Yang diperlukan dalam suatu pemerintahan adalah makanan yang cukup, senjata yang memadai dan kepercayaan rakyat kepada pemerintahannya.” Lalu Zi Kung menanyakan lebih lanjut, bahwa jika terpaksa harus menyerahkan salah satu dari tiga hal tersebut, maka mana yang harus didahulukan ?, yang dijawab oleh Guru Khung Fu Zi,” Serahkan senjatanya.” Kemudian Zi Kung menanyakan lagi, bahwa apabila kita tidak mempunyai pilihan selain menyerahkan yang dua tersisa tersebut, maka mana yang harus didahulukan, dan Guru Khung Fu Zi bersabda, ” Serahkanlah makanannya. Sejak dulu, kematian tidak bisa dihindarkan, namun bila rakyat tidak mempunyai kepercayaan terhadap pemerintahannya, maka akan tidak ada apa-apa lagi yang bisa dipegang.” (Lun Yu XII/7).
Seorang pemimpin harus bisa menjadi contoh keteladanan bagi rakyatnya, dan senantiasa giat dalam melaksanakan segala kebajikan.
Zi Lu bertanya tentang pemerintahan, Guru Khung Fu Zi bersabda, “Berlakukan dirimu sebagai seorang suri teladan dalam melaksanakan tugas pemerintahan.” Zi Lu minta penjelasan lebih lanjut, Guru Khung Fu Zi bersabda, “Tidak pernah berputus asa.” (Lun Yu XIII/1)
‘The right man in the right place’ (orang yang tepat pada tempat yang tepat), merupakan suatu semboyan yang sering didengungkan dalam manajemen modern saat ini, khususnya oleh suatu divisi seleksi penerimaan karyawan dalam suatu perusahaan. Demikian juga prinsip yang sama, sepantasnya diterapkan oleh seorang pemimpin pemerintahan, haruslah senantiasa menempatkan seseorang sesuai kecakapan yang dimilikinya, dimana telah diketahui secara benar. Seorang pemimpin juga harus berlaku arief dengan senantiasa memaafkan kesalahan kecil dan mempromosikan seseorang yang dinilai bijaksana.
Guru Khung Fu Zi bersabda, “Tempatkanlah seseorang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya; maafkanlah kesalahan kecil, dan promosikan orang yang bijaksana, dimana telah kita ketahui.” (Lun Yu XIII/2).
Memerintah tidaklah sulit bagi seseorang yang telah meluruskan diri sesuai dengan susila, sehingga tidak akan mengalami kesulitan untuk meluruskan bawahannya.
Guru Khung Fu Zi bersabda, “Seandainya seseorang telah meluruskan dirinya, maka apalah sulitnya mengatur suatu pemerintahan? Kalau seseorang tidak dapat meluruskan dirinya, bagaimana mungkin dapat meluruskan orang lain
pula?” (Lun Yu XIII/13).
Pada saat seseorang baru menduduki suatu posisi yang tinggi, sering terlarut oleh ambisi untuk mendapatkan keuntungan dengan menyelesaikan suatu pekerjaan secara terburu-buru, dimana pada akhirnya hanyalah akan menghasilkan keuntungan kecil saja. Sering karena sifat ambisi tersebut, seseorang malah terperosok dalam kegagalan. Seorang pemimpin yang bijaksana, akan senantiasa menghilangkan sifat ambisi tersebut, dengan melakukan
berbagai persiapan dan perhitungan sebelum bertindak. Dengan demikian berbagai perkara yang besar akan dapat diselesaikan secara sempurna.
***
Zi Xia menjadi gubernur Ju Fu, dan bertanya tentang pemerintahan, Guru Khung Fu Zi bersabda, “Janganlah melakukan sesuatu dengan selalu ingin berhasil dengan cepat, dan janganlah mengutamakan keuntungan yang kecil saja. Kalau Anda ingin cepat berhasil, maka Anda tidak akan pernah maju. Kalau Anda hanya mengutamakan keuntungan kecil saja, maka perkara besar tidak akan pernah Anda selesaikan secara sempurna.” (Lun Yu XIII/17)
Seseorang yang diserahi tugas pemerintahan, haruslah dapat bersikap tegas, ahli dalam mengatur pemerintahan secara benar, dan berpengetahuan luas.
Chi K’ang menanyakan menanyakan tentang Chung-yu, apakah dia cocok untuk diangkat sebagai pegawai pemerintahan, Guru Khung Fu Zi bersabda, “Yu adalah seorang yang tegas, apa sulitnya untuk melaksanakan tugas pemerintahan?” K’ang menanyakan, “Apakah Ts’ze cocok diserahi tugas pemerintahan?” dan dijawab, “Ts’ze adalah seorang yang ahli, apa sulitnya untuk melaksanakan tugas pemerintahan?” Dan dengan pertanyaan yang sama terhadap Ch’iu, Guru Khung Fu Zi menjawab dengan jawaban yang sama, mengatakan, “Ch’iu adalah seorang yang berpengetahuan luas, apa sulitnya untuk melaksanakan tugas pemerintahan?” (Lun Yu VI/8).
HENGKI SURYADI
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua