Budaya-Tionghoa.Net | Seorang kritikus Arsitektur , Christopher Hawthorne di LA Times mengulas suatu permasalahan etika dalam dunia arsitektur. Berkaitan dengan inovasi arsitektur yang berlangsung di negri yang di pimpin rejim yang dinilai otokrasi.Dalam tahapan apa , seorang arsitek bertanggungjawab untuk catatan politis atau etika terhadap klien mereka?
Tiongkok terkena dilema moral . Sebagai negara yang “antagonis”, Tiongkok di tuding melakukan pelanggaran HAM , masalah Tibet , masalah Xin Jiang, masalah Falungong , dan masih , masalah Tian An Men seolah penyebab Adam dan Hawa dibuang dari surga.
|
Belum lagi kritik juga ditujukan terhadap dukungan Tiongkok terhadap Mugabe dari Zimbabwe dan Omar Hassan al-Bashir dari Sudan.
Masalah lain adalah masalah lingkungan. Tiongkok melampaui Amerika Serikat sebagai penghasil efek rumah kaca. Dua landmark modern Tiongkok , Gedung CCTV yang dirancang oleh arsitek Belanda , Ole Scheeren dan Rem Koolhas dan Bird Nest Stadium (National Stadium) , yang dirancang oleh duet Swiss , Herzog dan de Meuron , membutuhkan banyak baja untuk konstruksi bangunannya.
Etika dan moralitas itu kemudian pindah ke Belfast ketika Daniel Libeskind berbicara terhadap audiencenya , menyerukan boikot terhadap Tiongkok , dan juga menyerukan untuk tidak berkerja buat pemerintahan totaliter.”
Koolhas menanggapi kritikan yang datang terhadap dirinya mengenai karyanya , gedung CCTV , sebagai sesuatu yang egois , untuk berpikir bahwa pemerintah peduli terhadap apa yang anda , seorang arsitek , pikirkan tentang HAM dan masalah lingkungan , dan merubah kebijakan.
Kisah diatas merupakan kontroversi tentang arsitek dinilai “bidaah” karena mengorbankan moralitas , bersikap oportunis , dan berbagai stigma lainnya. Padahal politik dan arsitektur adalah dunia yang berbeda , walau seorang Albert Speer berkerja untuk Adolf Hitler. Dan apakah seorang Herzog membangun arena gladiator di Beijing?
Photo Credit : Source , “Bird Nest Stadium” ,
Oh My God, terlalu berlebihan. Barat selalu bersikeras menjadikan dirinya model tunggal di pentas dunia. Dan memuramkan dunia ini dengan satu warna saja. Demokrasi dan HAM dianggap sebagai unsur fundamental alam semesta . Yang Maha Berbeda, kemudian menjadi pihak yang senantiasa salah. Tiongkok yang besar diikat seperti Gulliver , Tiongkok yang lemah dikuliti seperti buah melon. Tiongkok yang kuat dipandang dengan penuh curiga.Tibet dipermasalahkan sedemikian rupa seakan sama jauhnya antara London dengan Malvinas. Begitu pula Amerika yang kisah kedigdayaannya sudah seperti serial sheriff ,benarkah serdadu Amerika sedang berpesta demokrasi dan HAM di Irak?
Seni adalah pelarian fantastis Schopenhauer. Albert Speer memang sebuah anomali dari Third Reich sebagai First Architect. Speer membangun kemegahan arsitektural yang dibutuhkan Hitler sebagai wujud kebesaran kekaisaran yang hendak di bangunnya.Seni adalah dunia yang terlepas dari politik , demikian juga Speer sekaligus terpisahkan dari tiang eksekusi Nurenberg Trial.
Sekiranya Tiongkok hendak diperlakukan dunia seperti Nazi Jerman dan membangun apapun di Tiongkok itu bertentangan dengan moralitas. Moralitas ala Barat tentunya. Tidak seharusnya Carefour , Disney , WallMart menginjakkan kaki di Tiongkok. Sama seperti Herzog , mereka juga sedang merancang imperium bisnisnya tumbuh dan tinggi menjulang keangkasa seperti menara Babel.
Apakah seharusnya Koolhas ataupun Herzog membangun rumah ibadah di Beijing saja? Soalnya orang bergembira dengan statistik keagamaan yang menggambarkan betapa pesatnya suatu agama berkembang di Tiongkok. Tentang bagaimana Tiongkok didekorasi agar selaras dengan kekaisaran surgawi. Semestinya kegembiraan ini memprihatinkan merefleksikan kurangnya pengetahuan.
Andreas Herzog yang termashur dengan rancangan Bird Nest Stadium , diwawancara oleh Der Spiegel. Wawancara mengalir sampai suatu bagian , dimana Spiegel menilai bahwa Olimpiade Beijing adalah suatu yang unik , karena diselenggarakan di negara yang sedang bermasalah , kontroversial seperti Tiongkok. Arsitek yang merancang akan menjadi pusat perhatian global. Dan Spiegel mempermasalahkan moralitas dengan dunia arsitek , terhadap Herzog.
Herzog berkata , “Hanya seorang idiot yang berkata tidak” , dan membuang kesempatan ini. Herzog tahu bahwa ada banyak arsitek yang mempertimbangkan untuk tidak berkarya di Tiongkok. Herzog menilai sikap mereka sebagai sikap yang naif dan arogan, merefleksikan kurangnya pengetahuan dan sangat tidak menghormati pencapaian budaya yang menakjubkan yang terus berkesinambungan selama lima ribu tahun terakhir ini dan masih berlanjut sampai sekarang. Merancang , Membangun , Media dan Moralitas
***
Dada
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya TIonghua