Budaya-Tionghoa.Net | Puyi atau Aisin Gioro Puyi [1906-1967] dikenal sebagai “The Last Emperor” [1908-1912] atau kaisar terakhir Tiongkok. Pasca abdikasi , Puyi menjadi kaisar boneka Jepang untuk Manchukuo (1932-1945). Tentang predikat kaisar terakhir ini sebenarnya masih ada Yuan Shi-kai yang juga bisa disebut sebagai kaisar terakhir dimana dia mengangkat dirinya menjadi kaisar di era Republik.
|
Puyi atau kaisar dengan nama era Xuantong untuk dinasti Qing dan Datong serta Kangde untuk Manchukuo , memang tidak berkuasa secara signifikan. Tapi posisinya sebagai kaisar terakhir di negara sebesar Tiongkok membuat kehidupannya menjadi sorotan. Sosoknya diangkat ke layar lebar oleh Bernado Bertolucci dimana John Lone memerankan figur Puyi dewasa.
Puyi merupakan anggota dari The House of Aisin Gioro , klan Manchu yang berkuasa di dinasti Qing. Dia merupakan keponakan dari Aisin Gioro Zaitian atau lebih dikenal dengan masa pemerintahannya , Guangxu , kaisar kedua terakhir sebelum Puyi.
Puyi ditunjuk oleh Empress Dowager Cixi menjelang kematiannya — untuk menjadi kaisar. Dalam usia balita , tiga tahun , Puyi diangkat menjadi kaisar dan ayahnya , Pangeran Chun bertindak sebagai regent sampai 6 Desember 1916 sebelum diambil alih oleh Empress Dowager Longyu berkaitan dengan revolusi.
Revolusi Xinhai segera mengakhiri dinasti Qing , sekaligus mengakhiri era dinasti di Tiongkok selama ribuan tahun. Yuan Shikai , sang jendral Beiyang Army , berperan sebagai “makelar politik” yang membujuk dan bernegosiasi dengan Empress Dowager Longyu tentang proses abdikasi Pu Yi atau kaisar Xuantong cilik ini.
[Photo Ilustrasi : Aisin Gioro Puyi sebagai kaisar Manchukuo dengan busana barat , Public Domain]
Menurut persetujuan yang diatur oleh Yuan , Puyi diijinkan untuk tetap tinggal di Forbidden City dengan subsidi tahunan dari pemerintah Republikan. Demikianlah Puyi menghabiskan waktu di Forbidden City saat berlangsungnya peperangan antar warlord.
Di bulan Juni 1917 , Zhang Xun , seorang warlord yang loyal terhadap dinasti merestorasi kembali posisi Puyi ke tahtanya. Aksi Zhang ini tidak bertahan lama dan mendapat tekanan dari warlord lainnya dan segera Zhang bersama pasukan meninggalkan ibukota. Restorasi yang gagal ini hanya berlangsung 12 hari.
Di tahun 1924 dalam perang Zhili-Fengtian , Feng Yuxian mengusir Puyi dan segenap keluarga istana dari Forbidden City. Puyi kemudian menetap sementara di Kedubes Jepang. Di tahun 1925 , secara diam-diam Puyi berpindah ke konsesi Jepang di Tianjin.
Di Tianjin , orang-orang terdekat Puyi terbagi dalam pro-kontra restorasi. Chen Baochen , yang oleh Puyi dianggap sebagai orang paling setia yang dia kenal , pesimis terhadap restorasi dan cenderung mencari bantuan dari pihak asing. Sementara itu Zheng Xiaozu dan Luo Zhenyu adalah orang-orang ambisius berusaha menjalin kontak dengan pihak Jepang sendiri-sendiri.
Setelah Insiden Manchuria di tahun 1931 , Doihara Kenji , kepala dari agen rahasia Kwantung Army , mengunjungi Puyi dan mendiskusikan kemungkinan untuk mendirikan negara Manchuria dibawah kepemimpinan Puyi. Chen Baochen menentang proposal ini , sementara Zheng Xiaozu mendukung gagasan ini. Puyi akhirnya memutuskan untuk beralih ke pihak Jepang yang menjanjikan sebuah kerajaan yang sepadan untuk darah birunya.
Pada tanggal 7 Maret 1932, menjadi kaisar Manchukuo dengan nama era Datong. Perannya sebagai kaisar boneka berakhir dengan kekalahan Jepang di tahun 1945. Puyi ditangkap oleh tentara Soviet pada tanggal 16 Agustus 1945 , ditahan sementara di Chita kemudian di Khabarovsk selama lima tahun , dimana dia menjadi saksi dalam pengadilan kejahatan perang di Tokyo , International Military Tribunal for the Far East di tahun 1946 .
Soviet melepaskan Puyi kembali ke tangan Tiongkok pada bulan Juli 1950. Times menyebut bahwa Moskow menakuti Puyi bahwa dia akan dieksekusi oleh rakyat yang murka. Ternyata Moskow salah besar. Pihak komunis tidak mengeksekusi Puyi , menghindarkan untuk membuatnya menjadi martir seperti Tsar Nicholas II di Russia. Sebaliknya , Puyi akan dibentuk secara Maoist, bukti bahwa yang berdarah biru yang paling dimanjakan seperti Puyi bisa direformasi.
Puyi menghabiskan waktu satu dekade dalam tahanan di Harbin dan Liaoning dimana dia menjalani reformasi pemikiran tanpa henti . Selain mengakui keterlibatannya terhadap aksi barbar Jepang di Manchuria dan kefanatikan barunya terhadap komunis , Puyi mulai belajar banyak hal-hal sederhana dari menggosok gigi , mencuci kaki sampai mengikat sepatunya sendiri.
Pada tanggal 4 Desember 1959 , Puyi berusia 54 tahun dibebaskan sebagai rakyat jelata dan kembali ke Beijing dengan ijin Mao Zedong . Di Beijing, dia memulai kehidupan barunya sebagai tukang kebun di Beijing Botanical Garden.
Di tahun 1956 , Puyi menikah dengan Li Shuxian (1925-1997) , seorang perawat yang menjadi istri kelima dalam kehidupannya. Dia tinggal dengan istri kelimanya di rumah yang bobrok dan sesekali ke perpustakaan untuk melakukan riset.
Di tahun 1966 meletus Revolusi Kebudayaan . Garda Merah melihat Puyi sebagai sasaran mudah untuk diserang , tetapi Puyi berada dalam perlindungan pemerintah. Puyi wafat pada tanggal 17 Oktober 1967 di usia 61 tahun . Memoarnya yang dibuat di tahanan Harbin , diedit dan dipublikasi di Beijing pada tahun 1964 dengan judul Wodi qian bansheng (The First Half of My Life).
Budaya-Tionghoa.Net |Facebook Group Budaya Tionghoa | Facebook Group Tionghoa Bersatu
Beech, Hannah., (27 September 1999) ,”The Last Emperor’s Humble Occupation“, Times
Leung Pak Wah , (2002) , “Political Leader of Modern China : A Biographical Dictionary” , Greenwood Publishing Group