Budaya-Tionghoa.Net | Kebetulan pada hari ini saya berkesempatan mengadakan wawancara dengan pemilik rumah tempat saya kost yang dulu pernah berjuang di Kota Baru, Kalimantan Selatan. Waktu itu, Kota Baru masih merupakan ibukota Kalimantan Tenggara. Pada kesempatan tersebut. Beliau, yakni Bapak Arifin Tjandra (Tjan Tjian Hwa) memberikan dokumen riwayat perjuangan rakyat menegakkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di Kota Baru dan Kalimantan Tenggara, yang juga didukung oleh etnis Tionghua. Dokumen-dokumen tersebut berupa:
1. Catatan Peristiwa: Kabupaten Kotabaru Mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Formulir Pendaftaran Calon Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, tertanggal 13 April 1987.
|
Rangkaian perjuangan kemerdekaan di Kalimantan Tenggara tidak terpisahkan dari kembalinya pasukan NICA yang membonceng Sekutu guna menegakkan kembali kolonialisme pascakekalahan Jepang. Bahkan Belanda berniat mendirikan negara boneka di bumi Kalimantan. Para pemuda yang tergabung dalam Gabungan Pemuda Indonesia (GAPIKA) mengundang rapat anggota organisasi kepemudaan lainnya dari seluruh Kalimantan Selatan. Rapat tersebut kemudian diselenggarakan di Gedung Bioskop “Pandai” pada tanggal 17 hingga 20 Maret 1947. Sementara itu, dari Kota Baru hadir Syahran Gani, Peran Kamar, dan Nadalsah (lihat “Catatan Peristiwa: Kabupaten Kotabaru Mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945, halaman 109).
Sesuai rapat, Syahran Gani dan Peran Kamar mengadakan pertemuan rahasia dengan pimpinan gerakan M.N.1001 (M. Sibli Imansyah) beserta Hasan Basri selaku pimpinan gerilyawan. Adapun pertemuan dengan Hasan Basri dilangsungkan di tempat kediaman H. Rafai, di Kandangan. Pertemuan rahasia itu menghasilkan keputusan sebagai berikut:
a.Penyatuan taktik dan strategi perjuangan.
b.Cara-cara peningkatan perjuangan yang lebih aktif serta efektif.
Sementara itu, di luar Kota Baru, perjuangan rakyat semakin menghebat dan pasukan NICA terus mengejar para pejuang. Gerakan-gerakan di bawah tanah bermunculan bagai cendawan di musim hujan demi menghadapi penjajah. Sebagai contoh adalah Gerakan Rahasia Cantung (Sungai Kupang). Perjuangan mempertahankan kemerdekaan ini juga mendapatkan dukungan etnis Tionghua, karena mereka tidak dicurigai oleh penjajah. Itulah sebabnya, mereka dapat menjadi tempat perlindungan yang baik bagi para gerilyawan. Mereka kerap membocorkan pada para gerilyawan mengenai rencana Belanda, sehingga gerak-gerik musuh dapat diketahui dan tidak mudah melakukan penyergapan terhadap para gerilyawan. Adapun nama-nama tokoh Tionghua yang turut membantu perjuangan antara lain adalah:
Tyan A Song, Oey Gwan Seng, Tjan Tjian Hwa (yakni om kost saya), dan Tjan Ing Kay di daerah Sungai Kupang, Cantung.
Tjan A Teng dan Tjan Ing Kay di Kampung Sangking (Benyiur), yang pernah menyembunyikan Hasan Basri di tempat kediaman mereka, sewaktu yang bersangkutan dicari-cari oleh Belanda.
Lim Heng Po, Nyo A Hai, dan Tjan A Kay di kawasan pantai.
Ong Sung Hang di Kota Baru yang kerap mengirimkan barang keperluan perjuangan, seperti kain dan lain sebagainya.
Seorang wanita bernama Ang Tiauw Ek di Batulicin yang kerap membantu perjuangan dengan mengirimkan berbagai barang keperluan bagi para gerilyawan.
Om kost saya sendiri, yakni Tjan Tjian Hwa, merupakan anggota veteran pejuang kemerdekaan Republik Indonesia pernah bergabung sebagai anggota kelaskaran ALRI Divisi IV PT. 10 (A) dari tanggal Juni 1948 hingga Desember 1949. Ketika itu yang menjadi komandannya adalah Sakar Taib, sedangkan wakil komandannya adalah Mohamad Taib. Asuk (Paman) Tjan Tjian Hwa sendiri kini telah berusia hampir 90 tahun, sehingga banyak peristiwa yang telah terlupakan.Namun Beliau juga memiliki andil dalam perjuangan.
Demikianlah sekilas perjuangan etnis Tionghua di Kalimantan Tenggara dalam menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Ivan Taniputera , 10151073348907436
3 Agustus 2012
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa