Budaya-Tionghoa.Net | Tulisan dibawah ini ditulis oleh Tjioe Ay Lie dan Ratna Setyaningrum , merupakan notulensi seminar yang bertema ” Ajaran Kong Zi yang masih relevan dan diterapkan di Tiongkok , Taiwan , Jepang , Korea dan Singapura”. Dimana salah satu moderator kami , Yu Yongde menjadi pembicara tamu di acara yang diselenggarakan di Kelenteng Sinar Samudra, Semarang Jawa Tengah , pada tanggal 12 Agustus 2012. (Admin)
***
NOTULEN SEMINAR
TEMA: Ajaran Kong Zi Yang Masih Relevan & Diterapkan Di Tiongkok, Taiwan, Jepang, Korea & Singapura
Pembicara : Bp Yu Yongde (Aceh), moderator BT
Moderator : Bp Harjanto Halim (Semarang)
Lokasi : Kelenteng Sinar Samudera, Jl. Gang Pinggir 105 Semarang
Tanggal : 12 Agustus 2012
|
RU JIAO
Ru sesuai dengan filasafat Tionghoa, kata Ru (儒) terdiri dari 人 + 需, sedangkan 需 berasal dari gabungan 雨 + 而. Cikal bakal dari munculnya sebutan kaum Ru berasal dari para pelaku ritual. Sejarah peranan kaum Ru ini sangat panjang, dimulai dari:
- Pelaku ritual pada masa dinasti Shang
- Pelaku ritual pada masa dinasti Zhou
- Pejabat didominasi kaum intelektual
- Penggunaan kaum Ru sebagai pejabat
- Tradisi intelektual dan pengajaran Ru
Sedangkan Jiao 教 berasal dari huruf 孝 + 攴. Dalam penulisannya digambarkan sebagai tangan yang memegang kayu untuk mengajar anak.
PANDANGAN UMUM TERHADAP RU
Pandangan umum terhadap Ru,antara lain sebagai sistem etika , falsafah negara dan sistem religi.
1. Sistem etika dalam masyarakat , Ru menjadi pedoman pengaturan hubungan orang perorang dalam masyaraka
2. Falsafah negara. Selama kurang lebih 2000 tahun lamanya ru identik dengan sistem pemerintahan
3. Sistem religi. Konsep agama menurut kaidah Ru berbeda dengan konsep dalam agama Samawi, dimana agama menurut agama Samawi mempunyai syarat harus mengakui adanya, Tuhan dan memiliki nabi. Agama Ru memandang agama sebagai suatu system pendidikan, budaya dan ritual dalam satu kesatuan ( Ru sebagai agama ini dibakukan sejak jaman Song dan Ming ). Dalam Ru dikenal adanya Jing: kitab – kitab klasik sebelum masa Kong Zi, misalnya: I Cing, Su Cing ( biasanya berisi puisi, catatan sejarah, catatan aturan, catatan ritual dan sebagainya), Shu/ Buku misalnya Shi Shu , zhua/ chu ( penafsiran) : setiap cendekiawan menuliskan penafsiran mereka masing-m,asing terhadap satu kitab ( tanpa zhua, kita sulit mengerti makna sebenarnya dari Jing )
SEJARAH RU
- Pra-Kongzi: kaum Ru sebagai pelaku ritual
- Kongzi – Chunqiu
- Mengzi dan Xunzi – Chunqiu Zhanguo
- Han – Jingxue: pada masa ini Ru dilegalisasi sebagai falsafah negara
- Wei-Jin – Xuanxue: pada masa ini ajaran Ru bersinergi dengan Dao
- Song-Ming – Lixue, Xinxue: masa ini dipandang sebagaia masa degradasi dari ajaran Ru, kemudian dilakukan revitalisasi ajaran- ajaran Ru tersebut dengan menyerap unsur-unsur dari Fo ( Buddhist ) dan kemudian menurunkan 2 aliran utama yaitu Li Xue ( berasal daru Chu Xi yang kemudian membakukan kitab-kitab Shi Shu dan Wu Jing ) dan Xin Xue ( dari Wang Yen Ming yang dalam ajaran-ajarannya mengikuti pola pikir Buddhisme )
- Modern
RU MODERN
Sejarah Ru Jiao pada jaman modern terlihat dari masa :
1. Perang candu. Diawali dengan periode yang menganggap bahwa Ru adalah penyebab runtuhnya Tiongkok dan yang menyebabkan Tiongkok tidak bisa maju. Hal ini disebabkan karena ajaran Kong Zi untuk hidup sederhana, selaras dengan sesama, menyebabkan orang tidak mengejar kemajuan materi dan prestasi.
2. Gerakan 4 Mei. Awal tonggak berdirinya Tiongkok baru. Dimana system pemerintahan lama diganti total dengan system pemerintahan baru yang meniru gaya barat dengan tujuan agar Tiongkok selamat.
3.PRC. Pada jaman ini, setelah Tiongkok mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang luar biasa, barulah Tiongkok menyadari bahwa kemajuan dan kesejahteraan yang mereka raih selama ini tidak diimbangi dengan kemajuan dalam kehidupan spiritualisme mereka. Spiritualisme mereka kering, etika dan moralitas dalam kehidupan masyarakat demikian kurangnya.
Ru jiao sendiri pada masa ini masih digunakan sebagai dasar etika dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat di berbagai Negara, diantaranya:
1. Jepang. Adanya shushi gaku. Di jepang masyarakatnya masih memegang teguh konsep Ru
2. Korea. Di korea pengaruh Ru paling jelas terlihat dari system senioritas yang sangat ketat
3. Vietnam. Walaupun penganut Ru di Vietnam tidak begitu banyak, namun Ru masih dipegang teguh oleh sebagian kecil warganya
4. Taiwan. Di Taiwan sampai saat ini ajaran Ru masih terus berkembang.
5. Diaspora :Singapura, Malaysia, Indonesia, USA. Dari Negara-negara ini yang paling berkembang ada di Malaysia. Namun di Singapura mulai tahun 90an Ru mulai dipertimbangkan oleh pemerintah untuk dijadikan sebagai system etika untuk mengatur kehidupan warganya. Saat ini Di Zi Gui sudah diajarkan di sekolah-sekolah di Singapura. Untuk membina moral etika para siswanya
6. Sinology. Sejak dahulu, banyak ahli dan pemikir dari Eropa yang hasil-hasil karya dan pemikirannya dipengaruhi ajaran Ru. Bahkan ajaran – ajaran Ru kemudian diterjemahkan oleh Mateo Ricci, dipelajari dan digunakan oleh Voltaire dan yang lain untuk mengkaji ulang pemikiran dan konsep mereka tentang negara yang akhirnya memicu terjadinya Revolusi Perancis
Perkembangan Ru di Tiongkok pada masa ini ditandai dengan adanya:
1. Confucian Evangelist . Tidak bisa dipungkiri bahwa pada masa sekarang Ru banyak meniru cara-cara yang dipakai oleh agama samawi dalam menyebarkan agamanya. Yang ditiru oleh Ru terutama adalah gaya penceramahnya.
2. Private Confucian School. Pada saat ini Tiongkok mendorong bangkitnya kembali ajaran Ru, bukan sebagai agama, namun sebagai suatu sistem etika dengan mendirikan banyak sekolah sekolah elit yang menggunakan system ru dalam pelaksanaan akademisnya, lengkap dengan cara berpakaian serta tata ritual secara Ru.
3. Confucius Institute. Tiongkok mendirikan Confucius Institute untuk mengajarkan berbagai hal dalam budaya, seni dll
4. Modern Confucianism. Yang dimaksud dengan modern confucianis adalah hasil pemikiran untuk menganalisa Ru dan berbagai paham filsafat barat seperti aristoteles, Socrates, namun titik berat tetap pada Ru.
RELEVANSI RU DI MASA SEKARANG
Ru masih relevan untuk dijalankan hingga pada masa kini, ada beberapa alasan yang menyertainya:
1. Nilai keluarga. Tidak ada pemikiran Tionghoa tentang keluarga yang lebih mendalam daripada Ru
2. Norma sosial ( kemasyarakatan)
3. Menjaga keharmonisan dalam keluarga
Dari alasan-alasan tersebut ada baiknya bila kita juga mulai mempelajari Ru kembali. Pembelajaran ini bisa kita mulai dengan melatih diri kita sendiri, kita mulai kembangkan pengetahuan kita akan Ru Jiao. Juga kita mulai tanamkan dari inti masyarakat paling kecil yaitu dari keluarga kita sendiri, kemudian kita bisa secara bersama-sama melanjutkan pembelajaran dengan praktek dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat.
Dalam ajaran Ru untuk mendidik keluarga ada 3 dasar yang bisa kita gunakan, yaitu: Sanzi Jing , Di Zi Gui , Qian Zi Wen
SANZI JING
Disebut juga sebagai Kitab Tiga Aksara, dinamakan begitu karena isinya terdiri dari rangkaian 3 pasang aksara, contohnya:
人 之 初, 性 本 善。
性 相 近, 習 相 遠。
Kitab Sanzi Jing ini merupakan kitab wajib yang digunakan dalam pendidikan anak-anak sekolah di Tiongkok hingga awal abad ke 20. Paling banyak digunakan di Singapore dan Malaysia, yang kemudian baru digalakkan kembali di Cina sejak awal abad ke 21.
Sanzi Jing pada umumnya diajarkan bahkan sebelum seorang anak bisa membaca dan menulis, biasanya diajarkan dalam bentuk hapalan pantun ataupun lagu. Didalamnya terangkum dasar-dasar budaya, pengetahuan umum, pendidikan dan sejarah Tionghua dalam satu tulisan yang berkisar antara 1200 karakter – 1600 karakter.
Kitab ini pertama kali ditulis oleh oleh Ou Shizi 區適子 yang hidup pada masa (1234–1324 CE) pada masa dinasti 宋 Sòng (960 CE – 1279 CE). Dan pada perkembangannya isi kitab tersebut mengalami beberapa perubahan terutama yang berkaitan dengan sejarah, sehingga memunculkan beberapa versi. Revisi San Zi Jing yang terakhir dilakukan pada jaman Qing.
Hingga saat ini ajaran dari San Zi Jing masih relevan untuk digunakan karena kitab ini mengajarkan manusia untuk memahami dasar-dasar budi pekerti, budaya dan sejarah Tionghoa. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kesadaran sebagai manusia seutuhnya yang bijaksana dalam kehidupan bermasyarakat. Juga untuk menanamkan semangat belajar sebagai dasar pondasi seorang manusia Tionghoa.
Sanzi Jing dibagi menjadi 5 bagian:
- Bagian pertama: menyatakan kepercayaan dasar akan kebaikan umat manusia, pentingnya pendidikan, bakti terhadap orang tua, hubungan keluarga, hubungan sosial, dan pengetahuan umum.
- Bagian kedua: pengetahuan mengenai karya klasik Confusius dan para filsuf serta pedoman mempelajarinya.
- Bagian ketiga: rangkuman sejarah Tionghua, buku-buku sejarah dan bagaimana belajar dari sejarah.
- Bagian keempat: contoh-contoh keteladanan orang-orang jaman dahulu dalam hal rendah hati, ketekunan dan tekad belajar baik itu orang tua, anak kecil, lelaki maupun perempuan.
- Bagian kelima: seruan untuk belajar dan bagian penutup.
Beberapa contoh isi yang tertulis dalam Sanzi Jing:
- Disini dijelaskan mengenai sifat dasar nurani manusia
Dibuka dengan pernyataan bahwa pada dasarnya saat lahir nurani semua manusia itu baik dan sama adanya, namun seiring dengan waktu, kebiasaan, lingkungan dan pendidikan yang diterima membuat nurani masing-masing manusia menjadi berbeda.
人之初, 性本善。 性相近, 習相遠。
rén zhī chū xìng běn shàn xìng xiāng jìn xí xiāng yuǎn
Jikalau nurani dasar manusia yang baik itu tidak dididik dengan baik, maka seiring dengan waktu, akan terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik dan menjadi buruk. Cara mendidik yang benar adalah dengan disiplin, serius, konsisten, terkonsentrasi dan tegas.
苟不教, 性乃遷。 教之道, 貴以專。
gǒu bù jiào xìng nǎi qiān jiào zhī dào guì yǐ zhuān
- Diceritakan mengenai berbagai kisah teladan mendidik anak, antara lain:
– Kisah ibunda Mèngzǐ .
– Kisah 竇寓均 Dòu Yùjūn mendidik 5 anaknya.
- Tanggung jawab orang tua dan kewajiban guru dalam mendidik anak.
- Pentingnya pendidikan.
- Dimuat juga contoh teladan bakti seorang anak kepada orang tua dan laku hormat terhadap saudara tua:
- Kisah 黃香 Huáng Xiāng memanaskan kasur.
- Kisah 孔融 Kǒng Róng merelakan buah pir.
DI ZI GUI 弟子規
Merupakan karya dari 李毓秀 Lǐ Yùxiù. Pada awalnya Di Zi Gui ini diberi nama 訓蒙文 Xùn Méng Wén yang kemudian oleh 賈存仁 Jiǎ Cúnrén digubah dan dirubah namanya menjadi 弟子規 Dì Zǐ Guī. Didalamnya ditulis mengenai pedoman hidup berbudi pekerti untuk menjadi seorang murid yang baik.
Dalam Di Zi Gui ditulis ujar Kǒngzǐ , murid yang baik dan anak manusia yang baik pertama-tama harus belajar berbakti kepada orang tua, dan menghormati serta menyayangi sesama saudara dan para sesepuh. Berikutnya, mereka harus mawas diri dan dapat dipercaya dalam berhubungan dengan orang lain dan dalam melakukan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka harus menghayati ajaran para filsuf dan suciwan dan melaksanakan ajaran itu. Kemudian mereka harus belajar untuk mengasihi sesama manusia tanpa kecuali dan bergaul dengan yang mereka yang berkebajikan serta belajar mengenai kebajikan dan cinta kasih dari pergaulan itu. Hanya setelah semua hal ini dilakukan, jikalau mereka masih memiliki waktu luang dan tenaga, mereka harus lebih lanjut lagi mempelajari sastra dan seni untuk meningkatkan kualitas budaya dan spiritual diri mereka sendiri.
Inti pelajaran yang dimuat dalam Di Zi Gui adalah:
- Dalam Keluarga, Berbakti Kepada Orang Tua.
- Menghormati Menyayangi Antar Saudara Dan Terhadap Para Sesepuh
- Mawas Diri
- Dapat Dipercaya
- Mengasihi Sesama Manusia Tanpa Kecuali
- Bergaul Dengan Mereka Yang Berkebajikan
- Bila Waktu Dan Tenaga Masih Ada, Belajar Ilmu Sastra Dan Seni
QIAN ZI WEN
- Ditulis oleh Zhou Xingsi atas perintah Liang Wudi
- Untuk melatih kaligrafi/bahasa tulisan
- 1000 karakter berlainan
- Ktab ini diperuntukkan bagi anak- anak yang sudah bisa baca-tulis
- Biasanya selain untuk pembelajaran, juga digunakan untuk melatih Shu fa ( biasanya ditulis sampai 1000 kali)
TAMBAHAN
- Konsep Ru Qiao berada di atas konsep agama ( agama samawi ). Karena di dalam Ru selain terdapat banyak aspek, termasuk etika, norma, dan ritual
- Ru bukanlah agama yang mengutamakan adanya makhluk adikodrati
- Reward and Punishment bukanlah konsep Ru, kerena menurut konsep yang ada dalam Ru: Orang menjadi baik bukan karena pahala/ karma, tetapi karena menurut Ru, manusia adalah manusia, dan manusia memang harus baik.
- Relevan atau tidaknya ajaran Ru pada masa ini, semua itu relative, semuanya tergantung tafsiran kita masing – masing.
Penulis: Tjioe Ay Lie dan Ratna Setyaningrum
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa | Facebook Group Angkatan Muda Tridharma Jawa Tengah |