Budaya-Tionghoa.Net | Orang Han yang menjadi mayoritas di Tiongkok, pada masa lalu banyak mengalami gangguan dari suku non Han terutama di Utara. Mereka bersikap agresif, pandai naik kuda dan pandai berperang meskipun jumlahnya tak banyak. Ketika dinasti Han ambruk, tiga negara atau Samkok—yang dipopulerkan oleh versi roman Lo Guanzhong—itu dipersatukan oleh anaknya Cao Cao (155-220) dan menjadi dinasti Wei (220-265M) yang tak berumur panjang dan digantikan oleh dinasti Jin (266-420M) yang didirikan oleh anaknya Sima Yi penasehat dan jenderal kenamaan jaman Samkok di bawah Cao Cao.
|
Dinasti Jin ini berumur panjang tapi karena lemah penuh dengan kekacauan, makin lama makin lemah sehingga ibukota dipindahkan ke timur. Ada sebutan dinasti Jin Barat dan dinasti Jin Timur. Pada masa dinasti Jin Timur inilah mulainya suku bangsa non Han menyerang Dinasti Jin secara besar-besaran, kekacauan terjadi di seluruh negara, inilah yang disebut peristiwa Wu Hu Luan Hua 五胡亂華 (304-316M) atau Lima suku Non Han yang terdiri dari Xiongnu , Xianbei , Jie , Qiang dan Di mulai mengacau Tiongkok. Akibatnya Tiongkok terpecah menjadi dua. Bagian utara dikuasai oleh suku non-Han dan bagian selatan dikuasai oleh orang Han.
Kedua bagian ini tetap tidak stabil, di utara maupun selatan kerajaan saling berganti. Peristiwa yang sangat penting jaman ini adalah ketika kaisar di kerajaan utara Bei Wei dengan resmi mengganti marganya dari Tuoba menjadi Yuan (Hokkian Guan), dan kemudian memindahkan ibukota dari Datong di Shanxi Utara ke Luoyang, tempat dimana pusat kebudayaan dan leluhur orang Han. Mereka mengadopsi semua sistem kultural yang dipraktekkan orang Han dan akibatnya suku non Han yaitu suku Xianbei yang paling kuat dan agresif itu terasimilasi menjadi orang Han.
Pada akhirnya Tiongkok kembali bersatu di bawah dinasti Sui (589-618M) yang tidak berumur panjang, meskipun demikian kaisar Sui Yangdi (569-618 , reign 604-618M) meninggalkan proyek besar, yaitu terusan yang menghubungkan Beijing di utara sampai ke selatan dekat Hangzhou. Terusan yang panjangnya ribuan km ini menjadi urat nadi perhubungan air di Tiongkok, meskipun kalau dilihat tentu tak semegah Tembok Besar. Terusan hanya merupakan sungai untuk angkutan membujur dari utara ke selatan.
Dinasti Sui digulingkan oleh dinasti Tang (618-907M) . Dinasti Tang mencapai puncak terutama pada masa pemerintahan kaisar kedua Li Shimin, Tiongkok seperti dinasti Han mencapai kejayaan yang luar biasa. Karena itu sebagian orang Tiongkok terutama yang dari selatan menyebut dirinya orang Tang atau Tangren, Hokkian: Thnglang, Hakka: Thongnyin dll. Sedang kebanyakan orang di utara lebih senang menggunakan istilah orang Han. Rubuhnya dinasti Tang, munculnya negara kecil-kecil yang pecah belah, menyebabkan Tiongkok sangat lemah. Negera-negara tersebut banyak yang didirikan oleh orang non-Han.
Dalam kisah “Pendekar Negeri Tayli” , Jin Yong menceritakan keturunan kaisar negara Yan yang bermarga Bouyong[1], yang mencoba mendirikan kembali negaranya. Waktu itu di utara banyak suku-suku non Han, tapi yang kuat hanya ada tiga suku non-Han. Yang pertama adalah orang Nvzhen[2] dengan negara Jin (Kim)[3], orang Qidan dan orang Mongol.
Orang Nvzhen berhasil merebut Tiongkok Utara sehingga dinasti Song (960-1279M) waktu itu harus pindah ke selatan dan disebut dinasti Song Selatan. Tapi akhirnya negara Qidan, negara Jin, dan akhirnya Song sendiri berhasil diduduki orang Mongol yang waktu itu menguasai wilayah dari Asia Timur sampai ke barat Moskow.[4]
Di Tiongkok mereka mendirikan dinasti Yuan (Guan) (1271-1368M) . Karena wilayah yang terlalu luas akhirnya sulit dikontrol maka dinasti Yuan ini menjadi lemah dan digulingkan oleh pemberontakan Zhu Yuanzhang (Cu Guan Ciang) . Kisah I Thian To Liong atau To Liong To yang populer adalah salah satu kisah yang berlatar belakang sejarah zaman ini, meskipun Tnio Bu Ki kisah khayalan, tapi Cu Guan Ciang dan para pembantunya seperti Ci Tat adalah tokoh sejarah. Pada saat inilah kabarnya Zhu Yuanzhang menyiarkan anjuran pemberontakan di dalam kue bulan, agar bebas dari pemeriksaan petugas dinasti Yuan yang ketat. Berdirinya dinasti Ming (1368-1644M) oleh Zhu Yuanzhang mengembalikan rasa harga diri orang Han. Tetapi dinasti ini lemah, hanya zaman Zhu Yuanzhang yang bergelar Ming Hongwu dan pada saat kaisar Ming Yongle yang memindahkan ibukota ke Beijing, dinasti Ming menjadi negara yang kuat.
PANDANGAN HAN TERHADAP MANCHU-QING
Orang Nvzhen di utara kembali mendirikan negara Jin (Kim) dipimpin Nurhachi, kemudian oleh raja kedua Huangtaiji diubah menjadi dinasti Qing (1644-1911M) dan berhasil menduduki Beijing. Pada zaman dinasti Qing ini kembali Tiongkok mencapai kejayaan, pada saat kaisar Kangxi, Mongolia, Taiwan, wilayah Mancuria semua masuk kembali kedalam wilayah Qing Dinasti ini terus jaya sejak Kangxi, Yongzheng dan Qianlong. Dinasti Qing mulai melemah pada saat Qianlong sudah tua.
Pada awalnya rakyat Tiongkok yang mayoritas suku Han tidak bisa menerima ngerinya dikuasai suku asing maka mereka mengobarkan berbagai pemberontakan, dengan semboyan Fan Qing Fu Ming, atau “menggulingkan dinasti Qing memulihkan dinasti Ming”. Kuncir bagi mereka adalah penghinaan, maka ada orang-orang yang memakai kuncir palsu.
Tapi lambat laun, sesuai perjalanan waktu , dendam ini semakin luntur karena bangsa Manchu yang minoritas juga berusaha menyerap maksimal budaya Han, bahasa, literatur dan filsafat bangsa Han digunakan secara umum oleh penguasa, termasuk dalam ujian negara. Pemerintah Qing juga berusaha mengangkat orang-orang Han sebagai birokrat dan pejabat tinggi. mereka yang berjasa juga dianugerahi gelar bangsawan Mancu.
Karena dinasti Qing berlangsung ratusan tahun, di akhir penghujung dinasti, rakyat pada umumnya sudah tak lagi menganggap Qing adalah dinasti asing, maka rakyat yang imigrasi ke luar negeri, terbiasa menganggap dirinya adalah warga Qing. Tetapi seperti halnya dinasti yang menjelang ambruk , gerakan anti penguasa kembali marak pasca pemerintahan Qianlong karena pemerintah Qing mulai menampakkan kegagalan demi kegagalan . Akhir dinasti Qing diwarnai oleh ancaman bangsa asing yang mulai mengincar Tiongkok yang dimulai dengan perang Candu dan menyusul ketidakpuasan terhadap pemerintah dan berbagai pemberontakan dimana pemberontakan Taiping adalah salah satunya. Selain itu muncul gerakan Boxer yang pada awalnya adalah mengusung kembali “fan qing fu ming” tetapi akhirnya malah menjadi gerakan melawan kekuatan asing.
Sebagian kaum cendekia memang masih ada yang sinis terhadap penguasa Manchu ini, tetapi sikapnya ini biasanya terpendam di dalam dan baru meledak saat terjadi peristiwa-peristiwa besar seperti saat diproklamirkan Republik dan mereka ramai-ramai merayakannya dengan menggunting kuncir.
Berlainan dengan kaum terdidik yang cepat mengenyahkan atribut Manchu , kaum bawah umumnya masih enggan meninggalkan tradisi Manchu seperti misalnya kaum Cina Benteng, mereka masih mempertahankan busana dan mahkota gaya Manchu dalam upacara pernikahan. Sedangkan dalam penggunaan tahun seperti dalam nisan-nisan kuburan, memang tidak ada pilihan lain selain menggunakan penanggalan Qing. karena mereka belum terbiasa dengan penanggalan Masehi dan hal ini tak ada sangkut pautnya dengan perasaan dekat dengan kerajaan.
Salah satu kebijakan mereka adalah menggunakan bahasa Mandarin di samping bahasa Mancu untuk bahasa resmi pemerintahan dan menganjurkan asilimilasi antara Han dan Mancu etc, dengan maksud agar orang Han yang jumlahnya jauh lebih banyak dapat menerima pimpinan orang Mancu. Selain itu nama-nama Manchu diganti jadi nama Han. Suatu gejala khusus, di mana pemerintah sengaja mengasimilasikan bangsanya kedalam bangsa Han. Akhirnya bahasa Manchu menjadi hilang, meskipun kabarnya masih ada orang-orang tua yang bisa berbicara Manchu.
Waktu statistik pertama setelah era Republik Rakyat Tiongkok ternyata orang yang masih merasa Mancu hanya 1 juta orang, kemudian setelah mengetahui bahwa minoritas di sana termasuk Mancu diberi prioritas dan dalam program Keluarga Berencana mereka boleh memiliki anak lebih dari satu. Ujian perguruan tinggi nilai mereka ditambah 20 angka, maka mereka yang merasa turunan Mancu berani lagi mengaku Manchu meskipun sudah tidak ada budaya dan bahasa aslinya yang mereka kuasai.
Meskipun ada usaha itu, orang-orang Han dari generasi tua tetap tak menerima. Maka kalau kita lihat buku-buku sebelum reformasi, semua tak pernah ada yang menceritakan keberhasilan Pemerintah Manchu meskipun Kangxi, Yongzheng dan Qianlong berhasil membawa kemakmuran pada rakyatnya. Dalam buku sejarah sangat sedikit disinggung orang Manchu. Setelah reformasi lain, orang Manchu merupakan orang yang terasimilasi total seperti orang Xianbei zaman dinasi Tang, dan dinasti Utara dan rasa benci orang Han pada suku non Han sudah hampir hilang. Dalam budaya populer bisa terlihat bagaimana populernya cerita Huanzhu gege atau Puteri Huanzhu yang mengambil background dinasti Qing.
Sisa orang Xianbei zaman dulu hanya dari marganya, misalnya sne Bouyong yang merupakan keturunan Xianbei, marga Wanyan yang merupakan keturunan Mancu dan kebanyakan dari mereka sudah mengganti sne dan namanya.
Orang Tiongkok sekarang sudah tak membenci orang Manchu lagi dan banyak orang Manchu yang berhasil dari segala bidang. Seorang mahasiswi Manchu yang sangat pandai di Universitas Lanzhou, Tiongkok Barat, berhasil dengan nilai cemerlang masuk Universitas Beijing, salah satu perguran tinggi terkemuka di Tiongkok. Teman-temannya memanggilnya gege atau puteri tanpa bermaksud mengejek tapi pengaruh film Hanzu gege.
Penulis kenal seorang mahasiswi Manchu di Beijing dan sudah janji suatu ketika dimusim panas saya akan dibawa mengunjungi orang tuanya untuk mengetahui bagaimana kehidupan orang Manchu. Hal-hal kehidupan yang mungkin bisa dilihat pada liburan musim panas. Pada libur musim dingin atau libur tahun baru, anda akan menemukan salju melulu di kawasan Manchuria padahal mereka tak punya pemanas listrik yang ada hanya tungku batu bara. Bayangkan, katanya teh di meja bisa membeku!
Saya waktu muda membenci orang Manchu meskipun tak pernah bertemu orang Manchu. Ini akibat bacaan buku sejarah, maupun cerita silat yang sangat anti Manchu. Sekarang tidak lagi dan terhadap mahasiswi yang saya kenal itu, bahkan saya merasa seperti keluarga sendiri, demikian juga dia.
Liang U & Zhou Fuyuan
[1] GKL menerjemahkan Bouyong menjadi Buyung
[2] Nvzhen adalah leluhur orang Mancu
[3] Jangan samakan dinasti Jin pasca Samkok dengan dinasti Jin dari bangsa Jurchen atau Nvzhen
[4] Imperium Mongol terbagi dalam beberapa khanate seperti Dinasti Yuan (1271-1368) yang menguasai Tiongkok dan beberapa khanate lain seperti Chagatai (1225–1687) Ilkhanate (1256-1335) dan Golden Horde (1240–1502) yang masing-masing menguasai wilayah yang mencakup beberapa bagian Timur Tengah , Asia Tengah dan Rusia