Budaya-Tionghoa.Net | Ada orang beranggapan bahwa suatu negara bila makmur, maka negara itu menganut kapitalisme. Ini adalah pengertian konsep yang rancu. Kesimpulan bahwa Tiongkok yang makmur sudah menjadi negara penganut Kapitalisme-Barat itu belum bisa diketahui sekarang! Mengapa ? Sebelumnya kita perlu memahami perbedaan pengertian tentang kapital, kapitalis dan kapitalisme (Barat). Kapital artinya “modal”, sifatnya netral. Apa arti “modal” ? Paling umum adalah modal kerja. “Tenaga otot” itu modal. Uang juga modal.
Setelah Eropa lepas dari kungkungan teokrasi dan feodalisme, terjadilah revolusi industri, bangsa Eropa bebas mengembangkan sain dan teknologi sehingga mengalami sublimasi budaya yang menyebabkan akumulasi modal mengalami akselerasi yang luar biasa. Selain skil dibidang teknologi menjadi alat untuk akumulasi modal, orang Barat juga menggunakan cara MENJAJAH bangsa lain dengan serakahnya mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. KAPITALISME berkembang menjadi IMPERIALISME. Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Amerika, Jepang dan Tsardom-Rusia semua dengan cara menjajah bangsa lain mengeruk modal sehingga kaya dan kuat !
Tsardom Rusia belum tuntas menjadi kapitalis-imperialis sudah kadung terjadi revolusi Bolsevik dibawah pimpinan Lenin dengan menggunakan ideologi komunis / sosialisme. Ternyata, ideologi Sosialisme ini tidak dengan menjajah mengakumulasi modal layaknya sistem imperialis / kapitalisme, melainkan dengan EKONOMI BERENCANA mengakumulasi modal. Pada awalnya Uni-Sovyet mengalami keberhasilan luar biasa. Dalam waktu singkat Uni Sovyet menjadi adi-kuasa yang bisa mengimbangi Amerika. Sayang, selanjutnya salah mengambil strategi. Setelah modal terakumulasi besar, kesejahteraan rakyat tidak dipenuhi justru sibuk “mengexpor” ideologi. Akhirnya Uni-sovyet bubar berantakan !
Bagaimana dengan Tiongkok ?
Meniru Barat menjadi penjajah ? Tidak mungkin, sebab Tiongkok awalnya negara agraris, tidak punya power menjajah ! Maka, Uni-Sovyetlah yang menjadi pilihan untuk dicontoh : “Ekonomi berencana”! Dengan sistem ini Tiongkok mengalami kemajuan cukup mencengangkan orang Barat. Membuat bom atom, bom nuklir, membuat rudal melepas satelit dan lain-lain.
Tetapi, sejak awal tahun enampuluhan abad yang lalu, Mao Zedong sepertinya sudah melihat kesalahan dan kelemahan strategi yang dipakai Uni Sovyet. Terjadilah perselisihan ideologi antara RRT dan Soviet ! Tiongkok mencontoh siapa ? Mao kebingungan ! Terjadilah Revolusi Kebudayaan, kesalahan experimen cukup berat bagi Mao !
Untung muncul Deng Xiao-ping, dengan strategi “Tak peduli kucing hitam kucing putih, bisa nangkap tikus itulah kucing yang baik”. Bisa menangkap “Tikus” itu artinya bisa mengakumulasi modal. Sekarang orang Tiongkok modalnya sudah lumayan banyak, dari mainan anak-anak sampai satelit Chang-e semua sudah made in China, orang Tiongkok sudah layak disebut kapitalist. Orang Barat menyebutnya Red-Capitalist.
Masalahnya, para Red-capitalist ini akan mencipta kapitalisme yang bagaimana ? Kapitalisme Barat yang dipelopori Amerika tetap saja memaksa kehendak yang menguntungkan sepihak. Kalau dulu menggunakan “hard-power” menjajah, sekarang menggunakan “soft-power” menjajah, terutama dibidang finansial dan pembatasan alih teknologi.
Sekarang, bila bangsa Indonesia ingin sejahtera, kita juga harus mampu mengakumulasi modal. Bagaimana mengakumulasinya ? Kalau dalam tulisan ini kata-kata “mengakumulasi modal” diganti dengan “menumpuk kekayaan”, konotasi orang pasti negatif ! Padahal, dua kalimat itu esensinya sama ! Orang setelah menumpuk kekayaan apakah pasti berbuat negatif terhadap orang lain, jelas belum tentu !
Semenjak orang Tiongkok terpikir untuk “menumpuk kekayaan”, berkatalah pemimpinnya : “Biar sebagian orang kaya dulu.” Bersediakah bangsa Indonesia menerima konsep seperti ini ?
Salam dari Indarto.Tan , 28308
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua