Photo Ilustrasi : Maria de Fatima , by Ardian Cangianto
Budaya-Tionghoa.Net| Sejauh pemahaman saya, bangunan Tionghoa yang ada di Indonesia kan dalam gaya arsitektur Banlam/Minnan (Hokkian Selatan). Nah biasanya bangunan yang besar seperti gedung bekas kediaman Majoor der Chineezen Khouw Kim An 許金安(Candra Naya), gedung gereja Santa Maria de Fatima (Gambar 1) etc– terbagi dalam bangunan utama (toachu 大厝 / zhengfang 正房) yang di tengah, bangunan samping (houchu 護厝 / xiangfang 廂房) di kiri dan kanan yang menghadap bangunan utama. Serta bangunan belakang (aupang/houfang 後房) yang selalu dibuat lebih tinggi dari depan. Antara bangunan depan dan belakang dipisahkan oleh halaman / courtyard (tengwan / tingyuan 庭院).
|
Bangunan berskala kecil tentu lebih sederhana pembagiannya. Tidak ada bangunan samping dan belakang. Namun layoutnya tetap sama: pintu utama rumah selalu terletak di tengah, diapit dua buah jendela di kiri kanannya.
Ruang pertama yang kita masuki adalah ruang utama (thnia / ting 廳) yang tidak tembus pandang (blosnong) ke pintu belakang, karena dihalangi partisi kayu (tngcah 堂閘 / zhangzi 障子) yang punya pintu di kiri-kanannya.
Menyender ke partisi kayu itu biasanya terletak altar utama rumah tersebut, bisa altar Dewa-Dewi, atau altar leluhur (kongpo 公婆). Courtyardnya pun kecil saja, yaitu yang disebut chimcne 深井/ tianjing 天井. Fungsinya, tempat hawa udara dan air hujan, sekaligus sinar matahari, masuk. Di kiri-kanan thnia/ting 廳 terletak kamar-kamar (pangkeng / fangjian 房間).
Chimcne 深井/tianjing 天井 terutama sangat penting pada rumah tradisional yang disebut Rumah Petak, sebagai satu-satunya sumber hawa udara, air hujan dan sinar matahari masuk, karena letaknya yang saling berdempetan.
Layout seperti ini ternyata masih saya lihat pada rumah-rumah tradisional Tionghoa di pedalaman Tangerang, meski secara materi dan bentuk sudah sangat lokal: bahan kayu nangka―bukan jati―serta atap genting daun seperti biasa.
Di bagian depan selalu ada sebuah paseban / pendopo, yang merupakan bangunan bertiang, namun tak berdinding. Saya jadi bertanya, paseban/pendopo itu ada dalam arsitektur Tionghoa tradisional (dalam hal ini Banlam/Minnan) atau tidak?
Sebab saya melihat struktur seperti itu di beberapa bangunan gedung/kelenteng. Kira-kira begitulah yang bisa saya uraikan tentang arsitektur tradisional di kita.
David Kwa
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa