Budaya-Tionghoa.Net|Pendahuluan: Pementasan malam yang meriah dalam penyambutan hari Tahun Baru nanti, juga seperti pada homecoming sekolahan, perayaan July Fourth, maupun penutupan hari di Disneyland tidak akan kekurangan kembang api yang serba cerah dan cemerlang dilangit. Sampai saat ini pembuatan mercon dan kembang api masih diproduksi ditempat penemuannya yaitu Tiongkok, karena penemuan bahan ledak merupakan salah satu diantara 4 penemuan terbesar Tiongkok selain kertas, kompas, dan percetakan.
|
Sejak purba kala, Tionghoa telah berobsesi untuk menemukan obat awet muda atau obat hidup sejati. Seperti Huang Di atau Yellow Emperor ( abad n Sebelum Masehi), yaitu tokoh yang dipercaya sebagai leluhur setiap orang Tionghoa layaknya Adam, dilegendakan juga sudah terpesona pengolahan obat itu, sehingga dikatakan beliaulah yang menciptakan skema Yin-Yang dan juga yang menulis kompendium ramuan jamu yang telah menjadi dasar pengobatan herbal Tiongkok sampai hari ini. Tentunya cerita begini berlebihan yang kebenarannya perlu dipertimbangkan sendiri. Akibatnya Qin Shi Huang Di atau The First Emperor (abad 3 Sebelum Masehi) pun dikabarkan meninggal dunia karena keracunan air raksa yang merupakan ramuan dalam pil panjang umurnya. Walaupun begitu reser mengenai eliksir pengawet umur itu tetap diteruskan oleh para chemist yang pada umumnya berupa Guru Taoisme disepanjang masa.
PENEMUAN
Pada abad ke-10 sewaktu zaman yang disebut Five Dynasties and Ten Kingdoms (907-960) dimana Tiongkok dalam keadaan kalut setelah runtuhnya Dinasti Tang, Tiongkok terpecah belah, terjadi penggantian-penggantian satu kerajaan dengan yang lain dalam waktu kurang dari 60 tahun. Potongan sejarah dalam masa itu pernah ditayangkan dalam film Zhang Yimou yang berjudul “ Curse of the Golden Flowers “ (2006).
Pada masa itu ada kejadian, suatu kecelakaan semagnitus “big bang” dalam laboratorium Guru Taois di Puri Zheng Yuan Miao Tao yang meledak seperti “meth lab” jaman sekarang. Tercatat bahwa “membakar campuran belirang dan karbit bisa meletus, dan menyebabkan tangan terbakar maupun bangunan rumah dihanguskan”.
Kita juga tahu itu ramuan seperti yang masih dipakai dalam bahan ledak Mercon Bumbung mainan kanak-kanak di Jawa. Maka itu juga sebagai suatu kejadian besar di Tiongkok yaitu diketemukannya bahan peledak yang merupakan leluhurnya mesiu.
Djika kebanyakan penemuan besar dalam zaman modern ini sering terjadi berhubungan dengan sesuatu kecelakaan, seperti Newton menemukan teori gaya tarik bumi karena kejatuhan buah apel dan Madam Curie menderita kebutaan mata karena perledakan dalam percobaannya untuk menemukan bahan radiasi Radium, tetapi amalgam belirang
dan karbit tersebut bukanlah penemuan secara kebetulan. Jauh sebelumnya telah tercatat bahwa ramuan demikian itu telah dipakai dalam berbagai penggunaan aneh di Tiongkok.
Umpamanya, pada abad 4-5 diwaktu Dinasti Jin Timur, ramuan itu pernah dicampur dengan getah pohon cemara dan lemak perut babi, dibuat pil berbentuk seputih es yang katanya berchasiat mengobati segala penyakit dan memperpanjang usia.
Sekarang kita bisa bilang itu semata-mata quackery, tetapi pada waktu itu mungkin pernah menghebohkan seketika.
Kemudian, pada abad 8 ada ahli yang bisa membuat bahan serupa korek api dari ramuan bubuk belirang dan karbit yang dibakar secara internal combustion, setelah ramuan tersebut diletakkan dalam satu tempurung yang ditanam dibawah tanah, dan kayu arang diletakkan diatasnya, kemudian ramuan yang dibawah tanah itu dinyalakan dengan memasukkan sabun lemak yang menyala kedalam tempurung tersebut, dan sisa abu yang terbentuk dari campuran belirang, karbit dan sebagian arang itu dikumpulkan setelah dingin, bahan ini bisa dipakai sebagai bibit api. Hal ini berdasarkan mengetahuan sifat pembakaran karbit yang telah banyak diteliti dan dicatat sejak abad 3 dalam zaman Sam Kok yang lebih dulu.
Kurang lebih tiga ratus tahun sebelum kejadian kecelakaan letusan diatas, pada awal Dinasty Tang, resep pembuatan bahan bakar yang berupa tawas juga dibuat oleh seorang tabib Sun Si-Miao (581-682) yang formulirnya juga terdiri dari belirang, karbit, dan dicampur dengan sabun dari lemak yang telah dihanguskan. Berdasarkan ini, formula pembuatan bahan ledak yang pertama achirnya dirumuskan oleh ahli pengolah Guru Taoist Qing Xu pada Dinasti Tang tahun 808 dalam pembuatan bibit api tawasnya yang diberi nama “ Rumus Rahasia Butir Mas Yang Maha Esa”, dasarnya terdiri dari campuran belirang, karbit dan bahan karbon yang kemudian di kenal sebagai mesiu hitam atau black powder.
Penggunaan:
Tiongkok masih dalam keadaan kemasyarakatan tertutup dibawah pemerintahan feudal sewaktu penemuan bahan ledak tesebut, dan tanpa membayangkan bahwa penemuan itu kelak hari bermakna besar yang bisa mengubah muka bumi ini. Maka dari penemuan itu diciptakan saja mercon dan kembang api. Bangsa Tionghoa telah merasa puas diri dengan pembuatan mercon dan kembang api yang bisa digunakan untuk menolak roh jahat dan memeriahkan perayaan pada suasana pembukaan toko, upacara pernikahan dan perayaan hari besar, maka telah menjadi industri rumah tangga yang menguntungkan secara kecil-kecilan.
Penyelidikan yang bersangkutan dengan bahan ledak ini ternyata tidak terhenti disitu. Pada zaman Song Utara tahun 1044, terbitlah buku Pedoman Perlengkapan Perang yang menatakan rumus pembuatan bahan ledak yang diperbaharui berulang kali, meski masih berdasarkan ramuan dasar yang sama dari semula, tetapi telah dibuat bola api yaitu bom
primitip. Pada zaman Song Selatan tahun 1232, terciptalah mercon bumbung, dengan bom yang terbuat dari bola tanah liat bisa ditembakkan sebagai meriam primitip.
Gambar : Skema Meriam Bumbung.
Peperangan:
Penggunaan karbit dalam pertempuran menyerbu suatu benteng telah dilaporkan pernah terjadi pada tahun 904, dengan melemparkan karbit yang membara berhasil membakar hangus gerbang benteng beserta pasukan lawan.
Kublai Khan menggunakan senjata modern yang mengandung mesiu hitam tersebut dalam kampanye penyerangan Jepang di Hakata pada tahun 1274. Tentara Mongol yang bergabungan dengan Korea menggunakan granat yang ditempatkan diujung panah diluncurkan sebagai mortir, chasiatnya menakjubkan, dimana Samurai mengalami
kekalahan yang total dalam waktu yang singkat. Namun dari senjata-senjata yang tertinggal dilapangan pertempuran disana, diketemukan oleh Jepang untuk ditelitinya dan setelah itu juga ditiru pembuatannya, yang dikemudian hari terbikin senjata api yang lebih canggih malah terpakai untuk penyerangan terhadap Tiongkok oleh Wokou atau perompak Samurai.
Mongol menyerang Samurai dengan Mortir Panah.
Berhubungan dengan zaman terbuka-luasnya perdagangan melintasi Jalur Sutra Maritim pada saat itu, dimana Arab dan Persia telah mondar mandir antara Timur Tengah dan Pesisiran Tiongkok, akibatnya teknologi dan bahan ledak sebagai mercon, bunga api maupun roket penemuan Tiongkok itu djuga diperdagangkan dan diperkenalkan di Negara Barat sekitar tahun 1240. Kemudian Arab juga memperlakukan sebagai senjata perang pada tahun 1304.
Mongol pertama-tama menggunakan meriam buatan waktu itu untuk mempertahankan serangan Russia pada tahun 1248, dan akibatnya Russia pun menghasilkan meriam yang terbuat dari metal besi pada 1323. Sebegitu mulailah perlombaan pembuatan senjata api penghancur masa yang dahsiat dalam sejarah manusia modern.
Perindustrian:
Pada pertengahan abad 19, sewaktu Tiongkok tetap nyenyak tertidur dengan mercon dan kembang apinya, dinegara Barat telah dalam revolusi industri yang pesat. Alfred Nobel dari Swedia berhasil merevolusikan pembuatan bahan ledak dengan bahan kimia, dinamit, ciptaannya tersebut yang tidak berasap dan daya ledakan yang lebih dahsiat itu menggantikan mesiu hitam. Berhasil pula diperindustrikan secara masal tetapi juga mengakibatkan pengrusakan global akibat penggunaan dalam peperangan, sehingga beliau menyesalkan atas penemuanya. Setahun sebelum beliau meninggal dunia, pada tahun 1895 beliau membentuk dana warisan sebagai Nobel Price yang maksudnya untuk mempromosi penemuan-penemuan yang demi kesejahteraan hidup manusia. Namun setelah hadiah pertama dianugrahkan pada tahun 1901, tidak lama setelahnya pecahlah pula Perang Dunia Pertama yang menghancurkan hampir seluruh Eropah (1914-1918).
Perdamaian:
Dari pencarian obat panjang umur, menemukan bahan peledak. Penemuan bahan ledak tidak pernah dikreditkan kepada seseorang Tionghoa tertentu kecuali sebagai penemuan Bangsa Tionghoa pada keseluruhannya. Orang Tionghoa tetap puas hati dengan penemuan mercon dan kembang api, dan dipakainya dalam maksud damai, namun juga merancangkan meriam bumbung dan granat primitip yang kemudian dipergunakan Mongol sebagai senjata perangnya. Juga akibat penemuannya sendiri, Tiongkok telah menderita kesengsaraan perang dalam sejarahnya oleh serangan Jepang dan kekuatan Barat lainnya pada achir abad 19 dan permulaan abad 20. Namun penemuan bahan ledak telah diakui sebagai salah satu penemuan besar Tiongkok dalam sejarah manusia, ini dinyatakan oleh seorang penyebar Injil Inggris W.H. Medhurst ditahun 1838.
Sekarang dengan kemajuan socio-ekonomi yang pesat, Tiongkok tidak lagi boleh dianggap “The Sickly East Asian”, dan dengan daya pertahanan Tiongkok yang perkasa, bangsa Tionghoa tidak lagi boleh dilecehkan dikalangan dunia.
Dahulu Tiongkok bersenjata mercon bumbung, sekarang telah memiliki keunggulan nuklir yang seimbang dengan siapapun diatas bumi ini. Namun pendirian Tiongkok tetap tidak bermaksud untuk menantang maupun menjadi ancaman kedamaian dunia. Kecuali bila harus menghadapi pembelaan keutuhan wilayahnya dan keamanan rakyatnya. Semoga Tiongkok tetap puas diri dengan mercon dan bunga api ciptaannya demi kesejahteraan dan kegembiraan hidup sesama manusia ditahun-tahun yang mendatang.
Anthony HockTong Tjio
Catatan Admin : Tulisan ini dikirimkan penulis ke email redaksi BT
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
REFERENSI :
Bibliografi bersangkutan:
1. Wang Zhao-Chun (2010): The History of China Military Sciences. (edisi Bahasa Tionghoa). hal: 121-126.
2. Kelly, Jack (2004): Gunpowder: Alchemy, Bombards, & Pyrotechnics: The History of the Explosive that Change the World.
3. Wikipedia: Alfred Nobel.
4. PS / Indonesia Media Online (posted on November 28, 2012): 27 November 1895: Alfred Nobel Menandatangani Wasiat yang Memulai Penganugrahan Penghargaan Nobel.