Budaya-Tionghoa.Net | Melihat kejadian pasca perang dunia kedua, dimana Jerman meminta maaf serta “mengakui” dosa-dosanya dimana Jepang “belum” meminta maaf dan “belum” mengakui dosa-dosanya. Hal ini wajar saja karena NAZI Jerman hancur seiring dengan kekalahannya mereka. Sedangkan Jepang ? Kaisarnya saja tidak disentuh, para pelaku kejahatan yang diadili hanya sekitar Tojo dan lingkungannya. Banyak para pelaku kejahatan perang yang bebas berkeliaran di Jepang dan mereka membentuk LDP. Hal ini yang membedakan dengan Nazi.
Kejujuran untuk mengakui kesalahan masa lampau adalah hal yang penting serta sikap memaafkan. Dalam hal ini, Jepang ( cat: institusi kenegaraan ) perlu mengakui kesalahan masa lampau dan rakyat Tiongkok harus memiliki sikap memaafkan.
Kejujuran itu hampir dapat dikatakan tidak ada, lihat saja lembaga keagamaan yang besar, yang pada masa lampau sering melakukan kesalahan, yang mana kesalahan yang diakui adalah kesalahan yang mereka perbuat terhadap suku atau bangsa yang sudah punah atau mendekati kepunahan. Sedangkan untuk bangsa yang masih kuat dan ada, mereka tidak mau mengakuinya.
Inggris mana mau mengakui Perang Candu karena ulah perdagangan candu yang dilarang ? Inggris selama bertahun-tahun mengajarkan kepada anak-anak Sekolah Hongkong ( cat: hal ini saya ketahui dari keponakan saya pada tahun 80an awal, bisa benar bisa salah )bahwa perang candu adalah untuk Fair Trade.
Vatican mengganggap para boxer adalah anti Barat ( cat: dalam hal ini adalah anti Kristen ) sedangkan Tiongkok menganggap bahwa para boxers adalah pejuang rakyat melawan imperialisme barat. Dari 2 hal ini saja apakah kita bisa melihat mana yang benar mana yang salah ? Dalam pendapat saya, setiap negara atau bangsa memiliki masa kelamnya, akui jika itu terjadi. Dengan begitu bangsa tersebut menjadi semakin besar.
Hal ini juga sering menimpa diri kita, kita tidak akan mau mengaku salah jika kita tidak dalam posisi terjepit atau melihat betapa tidak pentingnya minta maaf. Apalagi dalam konteks negara maupun lembaga ? Padahal meminta maaf dan memaafkan diperlukan dalam suatu hubungan internasional maupun dalam kehidupan kita sehari-hari.
Mencari kesalahan orang lain atau negara lain lebih mudah daripada melihat kelemahan sendiri. Jika orang lain tidak mau minta maaf, kita yang harus memaafkan mereka.
Kalau kita mengingat kekejaman tentara Jepang di Nanjing, kenapa kita tidak bisa mengingat kekejaman tentara 8 negara pada masa perang Boxer? Atau pembantaian kota Yangcheng oleh tentara Inggris ? Jika kita bisa melupakan perilaku orang barat pada masa lalu di Tiongkok kenapa kita tidak bisa melupakan kekejaman tentara Jepang di Tiongkok ? Melupakan bukan berarti menghapus sejarah, melupakan dalam hal ini adalah memaafkan.
Hormat saya,
Xuan Tong
———————–
Artikel Terkait
{module [26]}
———————–