Budaya-Tionghoa.Net | Suatu saat ada tayangan di Televisi . Ada beberapa pendekar kecil (lebih kurang berumur 10 tahun) dari Butong Shan (Wudang Shan) datang ke sini. Gerakan mereka agak lain dengan pendekar kecil Shaolin yang jugapernah datang beberapa bulan lalu. Alirannya juga berbeda.
|
Tapi sepertinya keahlian bersilat ini nampaknya berkembang cuma menjadi seni untuk pertunjukan dan penampilan yang lebih memperhatikan keindahan gerakan. Berkembang menjadi semacam senam olah tubuh dan berkembang menjadi cabang olahraga yang lain daripada saudaranya karate, judo, taekwondo maupun Thai-boxing.
Dalam sebuah tayangan di saluran Discovery yang mengulas tentang Thai-boxing. Di dalam diulas perbandingan antara Thai-boxing dengan Chinese Kungfu dengan mengadakan pertandingan antara satu grup Kungfu dari Hong Kong dengan Thai-boxing.
Grup Kungfu dari Hong Kong tadi kalah dalam dua kali pertandingan dalam kurun waktu 2 tahun. Dari sini dapat diambil kesimpulan awal. Memang grup kungfu dari Hong Kong tadi belum dapat mewakili kungfu Chinese, tetapi setidaknya kita ada menangkap adanya perbedaan perkembangan kedua macam jenis seni beladiri ini.
Kesimpulan lainnya , petinju Thai-boxing dilatih memang benar-benar digunakan untuk pertarungan sedangkan Chinese Kungfu berkembang menjadi lebih menitikberatkan pada keindahan gerakan.
Mungkin saja grup kungfu dari Hong Kong tadi memang lemah dan tak dapat mewakili Chinese Kungfu atau Thai-boxer tadi yang memang benar2 kuat. Ada degradasi dalam pewarisan seni kungfu di Tiongkok generasi per generasi. [ 1]
[Foto Ilustrasi : Description Jian event at the 10th All China Games. Photo from Wushu One Family, URL:http://w1f.net/photo/10th_all_china_games_and_china05/DSCF0406 Date 2005 , Source Cropped from http://w1f.net/photo/10th_all_china_games_and_china05/DSCF0406 Author Wushu One Family]
Wushu modern memang lebih menonjolkan segi kesenian (arts) daripada martial arts, tapi dalam wushu modern pun ada 2 kategori: Taolu dan Sanshou. Taolu adalah demonstrasi jurus, baik tangan kosong (aliran utara — Chang Quan, dan selatan — Nan Quan) maupun senjata (4 senjata dasar — golok, pedang, tombak, toya, dan berbagai macam senjata tradisional seperti toya 3 ruas, cambuk besi 9 ruas, Kwandao, pudao, kapak, martil besi, trisula, dll). Sanshou boleh dibilang kungfu yang dimodernisasikan dan disederhanakan, sehingga kalau dilihat sekilas mirip kickboxing.
Ternyata yang ada di TV itu adalah taolu, dan yang diadu dengan Muay Thai adalah sanshou. Tapi Muay Thai modern juga telah distandardisasikan menjadi sport, jadi jurus2 yang maut dibuat illegal dalam pertandingan. Sama juga dengan taekwondo, karate, dan judo. Saya tahu dalam sparring karate sekarang setiap peserta diharuskan pakai helm, sarung tangan terbuat dari foam, pelindung kaki, dan mouthpiece. Peraturannya juga dirubah sedemikian rupa sehingga point bisa didapatkan hanya kalau ada kontak bersih (kelihatan
kena tonjok atau tendang tanpa ditangkis). Jadi kompetitor yang cepat bisa menang. Power tidak begitu penting. Sparring taekwondo yang ditampilkan dalam Olympic juga peraturannya tidak jauh beda (sistem point contact).
Tim sanshou dari Tiongkok yang pernah menjajal Muay Thai. Pertama kali mereka kalah, tapi dalam pertandingan berikutnya mereka berhasil mengalahkan Muay Thai karena mereka belajar dari kesalahannya. [2]
Banyak para pesilat Tiongkok sekarang ini mengeluhkan adanya pembatasan dan aturan terhadap WU SHU. Mereka mengeluhkan pembatasan dan aturan dalam pertandingan bisa menghambat WU SHU itu sendiri. Misalnya gerakan Ba Ji yang menggunakan siku terus menghantam ulu hati dengan hentakan kaki yang keras tentunya tidak bisa dipakai ketika berkelahi di atas ring.
Cengkraman Elang tidak bisa dipakai mencongkel mata lawan diatas ring atau jurus Belalang Sembah yang jarinya dan jurusnya ada yang digunakan untuk mencolok mata lawan tidak bisa dipakai di atas ring. Ada satu contoh adalah jurus mengcengkram kemaluan dan menghantam titik jalan darah Ying Tang dilarang.
Jenis pukulanpun dibatasi dengan adanya sarung tangan. Jadi kemampuannya terbatasi dalam pertandingan sedangkan jika jurus tersebut dipakai dalam perkelahian jalanan , rasanya bisa membunuh orang juga membuat masuk penjara.Sepanjang yang saya tahu , peragaan seni bela diri WuDang yang dibawa keliling berasal dari murid-murid Yv QuanDe di Tai Zi Bo , Wu Dang Shan. [3]
Pertandingan Lei Tai
Ditahun 1928 ada pertandingan Lei Tai di Tiongkok yang tiada peraturan dan wasit dimana banyak pesertanya cacat dan mati. Bahkan pemerintah sampai turun tangan dan melanggar babak final karena takut kalau guru-guru besar yang ikut banyak yang mati nanti jurusnya akan hilang. [4 ]
Di masa lampau juga ada pertandingan Lei Tai yang mengadu antara Boxing dengan Wu Shu. Salah satu peserta muda adalah Cai Yvn Long yang pada saat itu berumur 13 tahun. Dan berhasil mengalahkan petunju asing. [5]
Pertandingan Lei Tai masih diadakan di Tiongkok, dan pertandingan tertentu lainnya. Tentunya sekarang peraturannya juga lebih ketat daripada jaman dulu. Bulan Juli tahun ini ada turnamen Lei Tai di Massachusets dan Florida yang dimenangkan oleh Tiffany Chen dengan jurus Tai Chi Quan.
Cerita Lei tai vs Boxing yang paling terkenal adalah waktu Huo Yuan Jia dari perguruan Jing Wu Men mengalahkan petinju kulit putih dengan satu pukulan. Ceritanya telah difilmkan oleh Bruce Lee yang memainkan muridnya Chen Zhen dalam Fist of Fury dan di-remake oleh Jet Li dengan judul Fist of Legend. [6]
Huo YuanJia adalah seorang ahli beladiri besar pada jamannya. Sayangnya meninggal muda. Tapi perguruannya masih tetap ada. Dan salah satu anak Huo YuanJia tinggal di Indonesia , tepatnya di kota Bandung. Nama beliau adalah Huo DongGe. Sayangnya beliau tidak mengajarkan kepada umum atau publik ilmu Huo Jia Quan dan Mi Zhong Quannya. [7]
Rinto Jiang , Michael Lee , Xuan Tong
[1] , [2] , [3] , [4 ] ,[5] , [6] ,[7]
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghoa