Budaya-Tionghoa.Net | Ketertarikan Dunia Barat terhadap alam pemikiran Tiongkok telah berlangsung selama lebih dari tiga abad. Namun, terlepas dari segenap ketertarikan tersebut, masih terdapat sedikit sekali studi yang dapat dipertanggung-jawabkan, obyektif, serta sistematis terhadap alam pemikiran atau filosofi Tiongkok. Salah satu alasan bagi hal ini terletak pada sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Barat itu sendiri.
|
Marilah kita jadikan Leibniz sebagai contoh, yang memandang bahwa ajaran para ahli filsafat Tiongkok sebagai verifikasi atau pembenaran terhadap pandangan-pandangan utamanya, sehingga memperlihatkan kesahihan universal filosofi mereka.
Voltaire berpendapat bahwa alam pemikiran dan sejarah Tiongkok memperlihatkan kemenangan kemampuan berpikir manusia terhadap tahayul serta merupakan wujud keberhasilan bertahtanya umat manusia di atas singgasana negara dan masyarakat. Kaum Yesuit dan para misionaris Protestan yakin bahwa mereka telah menemukan karya-karya cinta kasih Tuhan di tengah-tengah negeri yang belum mengenal agama mereka tersebut, yakni dalam wujud bimbingan Tuhan terhadap para filsuf Tiongkok, sehingga dapat menemukan kebenaran moral abadi.
Terlepas dari semua itu, bagi sarjana Barat lainnya hingga saat ini, terdapat pandangan bahwa alam pemikiran Tiongkok merupakan suatu sistim nilai serta panduan bertindak, yang diekspresikan dalam wujud ketertiban agung, sempurna, dan bertahan lama; dimana hal semacam ini tak dapat dijumpai dalam kelompok masyarakat lainnya.
Bahkan, tatkala menghadapi runtuh serta hancurnya ketertiban, beberapa orang Barat telah mencoba untuk menyelami karya-karya suciwan Tiongkok, dimana kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya diharapkan dapat menjadi pedoman hidup bagi masyarakat Barat yang guncang serta kacau.
Minat semacam itu, kendati dapat dipahami, hanya memusatkan perhatian pada berbagai aspek filsafat Tiongkok yang tersebar dan terpisah-pisah; sehingga cenderung hanya menghasilkan penilaian bias atau tidak utuh, yang didasari oleh pemahaman tak memadai serta tidak sempurna. Tujuan karya tulis ini adalah memperkenalkan berbagai permasalahan, yang dianggap penting apabila ditinjau dari sudut pandang filsafat Tiongkok, dan menyarankan pendekatan-pendekatan bagi permasalahan tersebut; khususnya melalui penerapan beberapa metod lebih baik, yang hingga sejauh ini belum pernah diterapkan pada naskah-naskah klasik Tiongkok. Kajian semacam ini, dapat pula menempatkan alam pemikiran Tiongkok pada tempatnya yang benar dalam studi komparatif serta membantu memperbaiki metodologinya.
Studi banding lintas budaya telah memperlihatkan vitalitasnya dalam tahun-tahun terakhir ini, dan studi semacam itu cenderung memasukkan semakin banyak bahan yang berasal dari sejarah serta alam pemikiran Tiongkok. Sebagai contoh, Arnold Toynbee menelaah sejarah Tiongkok guna mencari suatu pola universal dan teratur. Max Weber berusaha menemukan suatu “pengendali” bagi analisanya terhadap dinamika masyarakat Barat.
Masson-Oursel telah mengembangkan suatu teori mengenai filsafat komparatif dan memanfaatkan filosofi Tiongkok guna mengilustrasikan penerapannya. Bahasa Tionghua, yang sangat berbeda – sungguh-sungguh berbeda – dengan bahasa kita sendiri, telah memperoleh tempat terkemuka dalam studi ilmu bahasa komparatif. Belakangan ini, simposium-simposium yang dimanfaatkan oleh para ilmuwan Amerika untuk menelusuri berbagai cabang ilmu pengetahuan guna memecahkan masalah global umat manusia , telah semakin banyak melibatkan berbagai materi yang berasal dari sejarah dan budaya Tionghua.
Daya upaya yang dilakukan UNESCO, lembaga-lembaga besar, dan konferensi filsafat Barat-Timur telah semakin diarahkan pada studi banding terhadap gagasan serta nilai-nilai yang sanggup memberikan sumbangsih kepada peningkatan wawasan pemahaman umat manusia. Sementara itu, data-data tentang budaya dan filsafat Tiongkok yang dicantumkan oleh banyak hasil studi banding serta telaah yang melibatkan berbagai disiplin ilmu kerap kali tidak memadai serta membawa pada penafsiran salah. Apabila studi-studi banding tersebut hendak menghasilkan pengertian yang benar terhadap sejarah, pola pikir, serta nilai-nilai bangsa Tionghua, maka data-data tersebut perlu diperkaya; sehingga memerlukan suatu studi lanjutan. Studi banding serta kesimpulannya akan cenderung tidak benar apabila unsur-unsur budaya Tionghua ditelaah secara tidak tepat dan dipahami secara salah.
Salah satu tujuan studi banding lintas budaya adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting mengenai hakekat umat manusia serta kehidupannya di muka bumi ini. Para cendekiawan yang berasal dari lingkup budaya tertentu harus menjawab pertanyaan penting ini atau berdiam diri saja dan tunduk pada orang-orang yang berkuasa namun tidak memiliki kebijaksanaan tinggi.
Para cendekiawan Tiongkok serta yang berada di kawasan-kawasan budaya non-Barat barangkali telah memberikan sumbangsih bagi studi banding tersebut. Ia dapat menyarankan perubahan pertanyaan, hipotesa, atau metodologi pengajuan pertanyaannya, apabila hal ini dirasa cocok dengan budaya yang dipelajarinya. Jikalau seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut telah disusun dan dipertimbangkan secara serius, suatu skema komparatif menjadi lebih relevan serta sahih.
Saya menduga bahwa tujuan tertinggi seluruh studi alam pemikiran Tiongkok adalah penemuan karakteristik pemikiran Tiongkok yang sanggup menggambarkan secara akurat dan menghubungkan setiap buah pemikiran batiniah yang dihasilkan oleh bangsa Tionghua, baik pada masa lampau maupun sekarang.
Terdapat dua cara untuk mencapai tujuan ini. Yang pertama adalah melakukan studi historis dan genetis bagi alam pemikiran itu sendiri, yang berusaha menemukan konfigurasi berbagai gagasan dan nilai-nilai bertahan lama dalam buah-buah pemikiran batiniah bangsa Tionghua, dinamika perubahannya, dan manfaatnya terhadap masyarakat saat pemikiran tersebut dikembangkan. Metode berikutnya adalah studi analitis yang memiliki berbagai tujuan, melalui penerapan berbagai sistim analisa, guna menemukan karakteristik alam pemikiran Tionghua sebagai suatu keutuhan sempurna berbagai komponennya. Jelas sekali bahwa jenis studi ini bukanlah sesuatu yang sama-sekali independen.
Tidak seorangpun dapat menelaah runtutan gagasan tanpa beberapa asumsi teoritis, dan tak seorangpun sanggup menemukan karakteristiknya secara sempurna tanpa pemahaman terhadap perkembangan historis, yakni suatu penghargaan terhadap kedalaman serta keragaman warisan intelektual suatu bangsa.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua