Budaya-Tionghoa.Net |Telah dua puluh tahun berlalu sejak penghancuran Kowloon Walled City, Hong Kong. Untuk memperingati ini, South China Morning Post telah menciptakan sebuah info-grafis yang mengungkap detail fakta dan sosok-sosok yang hidup di dalam sebuah keanehan arsitektur ini.
Kowloon Walled City, yang terletak tak jauh dari bekas airport Hong Kong yaitu Kai Tak, adalah permukiman high rise yang terkenal pada tahun 1980 yang saat itu didiami 50.000 penghuni. Tempat tersebut merupakan kesalahan dalam sejarah kolonial Hong Kong, dan berada dalam kevakuman hukum sehingga dapat dikatakan sebagai area twilight zone, sampai menjadi hal yang memalukan bagi pemerintah Inggris. Daerah hunian yang gemuk dan paling padat di dunia, namun bagi banyak orang, Kowloon Walled City disebut rumah.
Kota Kowloon yang dikelilingi tembok itu bagaikan sebuah noktah merah dalam struktur perkotaan Hong Kong; 2,7 hektar blok solid kota yang tidak terkendali. Tergantung pada siapa anda bertanya, Kowloon Walled City adalah permukiman yang padat dan kumuh ala Bladerunner yang penuh dengan komunitas miskin, namun kehidupan disitu sangat akrab satu sama lain. Dapat dikatakan dalam abad terakhir, KWC adalah tempat paling padat penduduknya di bumi, dengan 3.250.000 orang per mil persegi, dibandingkan dengan Hong Kong yang hanya hanya 17.000 orang per m2.
Photo Courtesy of Wikimedia Commons
Sebuah daerah kantong seluas 2,7 hektar yang terdiri dari rumah madat, pelacuran, dan tempat perjudian, dijalankan oleh triad, di situlah di mana polisi, inspektur kesehatan, dan bahkan pemungut pajak takut untuk melangkah. Di Kanton, tempat itu disebut sebagai Kota Kegelapan.
Antara bangunan ada labirin sempit celah seperti gang, banyak diantaranya hanya lebar 1-2 meter, di mana sinar matahari jarang berhasil menyentuh permukaan tanah. Saat melalui jalan ini, warga harus membawa payung untuk melindungi diri dari air kotor yang menetes dari pipa bocor di atasnya. Juga terdapat jalinan tangga dari tempat satu ke tempat lain yang artinya anda bisa berjalan dari satu daerah ke daerah kantong lain, tanpa pernah menyentuh tanah.
Photo Courtesy of Wikipedia
Tapi walaupun mungkin kumuh, pengap dan berbau busuk, dipenuhi dengan tikus serta air limbah yang menetes-netes di mana-mana, tempat tersebut dipertahankan sampai detik terakhir oleh mereka yang tinggal di sana, seperti para pemilik toko, penyembuh alternatif, dan dokter gigi otodidak. Pada tahun 1963 ketika sebuah upaya awal yang dilakukan oleh pemerintah Hong Kong untuk meruntuhkannya, warga bahkan membentuk sebuah komite anti-pembongkaran dan berhasil menahan pihak berwenang.
Tempat ini pernah menjadi tempat yang paling padat penduduknya di dunia, dengan 35.000 orang berdesakan dalam blok apartemen yang kecil, dan lebih dari 300 buah bangungan bertingkat tinggi yang saling berhubungan, semua dibangun tanpa peranan dari seorang arsitek pun.
Pada tahun 1980-an kondisi yang kumuh tersebut telah menarik terlalu banyak perhatian bagi pemerintah dan pada tahun 1984 deklarasi Sino-British bersama mengatur rencana penghancuran Kowloon Walled City tersebut. Dengan mengesampingkan protes, pemerintah Hong Kong telah menghabiskan 2,7 milliar HK $ untuk merelokasi penduduk. Pada tahun 1992, kota itu kosong. Tetapi baru dua tahun kemudian, kota itu diratakan dengan tanah dan diganti dengan sebuah taman tradisional, namun sebelumnya telah didokumentasikan oleh para arsitek dan fotografer. Hari ini, satu-satunya indikator sejarah eksentrik dari situs tersebut adalah model cluster dengan skala kecil yang pernah berdiri di sana.
Pada bulan Maret 1993, kelompok warga terakhir, akhirnya bersedia menerima persyaratan dari pemerintah untuk merumahkan mereka kembali dan persyaratan kompensasi. Jika anda bertanya pada mantan warga apa yang paling mereka rindukan dari Kowloon Walled City, sebagian besar akan mengatakan persahabatan.
Tahun 1960, keluarga Heung yang terdiri enam orang pindah dari sebuah gubuk atap di Hung Hom ke Walled City. Pertama mereka tinggal di sebuah rumah dua lantai di dekat Tung Tau Chuen Road seluas 70 feet persegi, yang mereka bagi dengan tujuh keluarga lainnya. Beberapa tahun kemudian mereka pindah lagi ke sebuah flat dengan dua kamar tidur di lantai keempat bangunan bertingkat tinggi di Tai Cheng Street. “Hidup kami miskin, tapi kami sangat senang,” kata Yin Heung-raja, sang putri sulung.
“Kami memiliki saat-saat terbaik di rumah pertama, meskipun ruangannya begitu kecil sehingga tak ada ruang untuk meletakkan meja makan.”
“Kami makan beralas papan yang diletakkan di atas mesin rajut dan duduk di tempat tidur. Setiap orang sangat akrab, dan sangat menyenangkan memiliki begitu banyak anak untuk bermain.
Sejarah Kowloon Walled City berasal dari Dinasti Song (960-1297), bermula sebagai benteng kecil untuk rumah tentara kekaisaran yang menguasai perdagangan garam. Pada paruh kedua abad ke-19, orang Tiongkok menghadapi invasi oleh Inggris, di Pulau Hong Kong. Sehingga area tersebut diperluas menjadi kota garnisun yang dihuni tentara, pejabat dan keluarga mereka.
Pada tahun 1898, ia menjadi satu-satunya bagian dari Hong Kong yang tidak bersedia diserahkan oleh pemerintah Tiongkok kepada Inggris di bawah perjanjian 99 tahun sewa Kowloon dan daerah baru. Pemerintah Inggris sepakat bahwa Tiongkok dapat menjaga Walled City sampai pemerintahan kolonial untuk wilayah tersebut didirikan. Namun, Tiongkok tidak pernah melepaskan klaim yurisdiksi atas wilayah tersebut dan status kekuasaan daerah itu tetap tidak terselesaikan. Hasilnya adalah daerah tersebut menjadi sebuah enclave tanpa hukum dan sarang kegiatan kriminal.
(Bersambung)
Diterjemahkan oleh :
Diah Putri Chendra dari South China Morning Post dan archdaily.com
http://www.scmp.com/news/hong-kong/article/1191748/kowloon-walled-city-life-city-darkness
http://www.archdaily.com/361831/infographic-life-inside-the-kowloon-walled-city/
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa