Budaya-Tionghoa.Net | Penulisan Manchu [wade giles] sendiri tidak ‘standard’ sesuai dengan kaidah Pinyin, yang seharusnya ditulis Man Zu (满族) [pinyin][3] dan memang bunyinya begitu, Manchu, man cu…Populasi sekitar 10 juta dan mayoritas berlokasi di China bagian utara [Olsson ,p 219]. Suku Manchu memiliki sejarah panjang lebih dari 2.000 tahun. Kebanyakan bertempat tinggal di sekitar Liaoning.
Orang Manchu termasuk dalam golongan etnis Tungusic dan berasal dari Manchuria, sekarang ada di sekitar timur laut China. Orang Manchu berkuasa di China sekitar 300 tahun. Dengan runtuhnya Dinasti Ming di tahun 1644, Dinasti Qing mulai berkuasa di China. Dinasti Qing (清朝, Qing Chao, baca Jing Jau) sudah dimulai jauh sebelum 1644. Di tahun 1616 seorang pemimpin Manchu bernama Nurhaci (1559-1626) membelot dari Dinasti Ming dan membangun Later Jin Dynasty (后金, Hou Jin, baca Ho Cin), dalam bahasa Manchu adalah Amaga Aisin Gurun. Nurhaci terus memupuk kekuatan, menyatukan bangsa Manchu yang nomaden dan kemudian menaklukkan Mukden (sekarang disebut Shenyang). Tahun 1636 anak laki-laki Nurhaci yang bernama Huang Taiji mengoordinasikan bangsa Manchu, sekelompok orang Han yang tidak puas dengan bobroknya Dinasti Ming dan juga kelompok orang Mongol kemudian mengganti nama Hou Jin menjadi Qing Dynasty dan kemudian seterusnya secara resmi menjadi nama dinasti terakhir yang berkuasa di China.
Kaisar terakhir Dinasti Ming yang bernama Chongzhen bunuh diri dan berakhirlah Dinasti Ming. Beijing kemudian menjadi ibukota yang baru dari sebelumnya di Nanjiing. Di masa-masa awal kekuasaannya, bahasa Manchu secara luas dipergunakan dalam pemerintahan dan keseharian. Tapi secara pelahan tapi pasti, bahasa Manchu mulai menghilang dan digantikan dengan bahasa Mandarin yang menjadi bahasa percakapan sehari-hari. Bahasa Manchu hanya dipergunakan di dalam strata tinggi pemerintahan saja. Sekarang bahasa Manchu hampir punah dan hanya segelintir kecil orang yang masih sanggup berbicara dan menulis dalam bahasa Manchu. Bahasa lisan hanya dipergunakan oleh para orang usia lanjut di pedalaman timur laut China. Dari sekitar 10 juta orang Manchu saat ini, hanya sekitar 100 orang saja yang masih bisa bercakap-cakap dalam bahasa Manchu dan hanya sekitar 20 orang saja yang masih bisa menulis dan membaca aksara Manchu.
Bahasa Manchu termasuk dalam kelompok Tungusic dalam grup lebih besar rumpun bahasa Altaic. Di daerah Xinjiang ada sekitar 10.000 orang yang dikenal sebagai kelompok Sibe atau Xibo yang bahasanya mirip dengan bahasa Manchu. Inilah konsonan, vokal dan contoh bahasa Manchu beserta terjemahannya. [Kelompok Tungusic juga menunjukkan besarnya pengaruh Mongol terhadap bangsa Jurchen. Sebelumnya , Jurchen [Manchu] mengadaptasi script Khitan untuk menulis bahasa mereka. Sampai runtuhnya dinasti Jin , bahasa itu masih menjadi lingua franca di kawasan tersebut. Kemudian diabad-abad mendatang Nurhaci mengadaptasi alfabet Mongolia untuk menulis literatur Jurchen , yang kemudian dikenal sebagai Manchu.Diperkirakan vocabulary Jurchen mengandung 20-30% vocabulary Mongol]
Dinasti Qing mencapai puncak kejayaannya di bawah 3 kaisar yang berturutan memerintah Kekaisaran China waktu itu. Dimulai dengan rintisan Kangxi, kemudian berlanjut ke Yongzheng, dan kemudian Qianlong. Secara ilmiah, jejak langkah ke 3 kaisar tercatat lengkap dalam sejarah. Namun demikian, di dalam dunia sastra silat serial, ke 3 kaisar ini juga mencatatkan namanya.
Qianlong (Kian Liong) menjadi pelakon utama bersama tokoh rekaan Jin Yong (Cin Yung) yaitu Chen Jia Luo (Tan Kee Lok) dalam kisah ternama yang sudah difilmkan berkali-kali, “Shu Jian En Chou Lu” (书剑恩仇录, Su Kiam In Kiu Lok), Pedang dan Kitab Suci. Satu kisah apik antara kedua tokoh utama tsb, diselingi roman, kesemuanya dikemas dengan latar belakang sejarah yang apik. Asal usul Provinsi Xinjiang dikisahkan dengan indah di sini. Kehidupan kaum Muslim digambarkan dengan ciamik di karya yang satu ini.[3] Sementara Kaisar Yongzheng dikisahkan sebagai tokoh jahat yang berseteru dengan kelompok pejuang yang ingin mengembalikan China ke pangkuan orang Han. Dikisahkan dengan apik oleh Liang Yu Sheng juga, dalam karyanya Jiang Hu San Nu Xia (江 湖 三 女 侠, baca: Ciang Hu San Nu Sia), yang lebih dikenal di Indonesia dengan judul Kang Ouw Sam Lie Hiap atau Tiga Dara Pendekar. Dengan tokoh utama si kembar Pang Ing dan Pang Lin serta Lu Si Nio yang berhasil membunuh Kaisar Yongzheng setelah pertarungan sengit di Kota Raja. Dalam sejarah memang ada kontroversi apakah Yongzheng meninggal wajar atau dibunuh.
Peninggalan dari jaman Dinasti Qing termasuk yang paling banyak mewarnai China, bahkan dunia, sampai saat ini. Karya ilmiah dalam matematika, ilmu perbintangan, astronomi, mesiu, dsb. Karya sastra yang melegenda selamanya adalah A Dream of Red Mansions (红楼梦, Hong Lou Meng) yang ditulis di abad 18 oleh Cao Xueqin. Busana etnis Han atawa disebut hanfu yang sudah berusia dua ribu tahun . Dengan masuknya orang Manzu , busana berubah menjadi busana manzu, contohnya tangzhuang yang sering di pakai di leher. [4] Tata busana wanita yang sampai sekarang masih saja dipakai oleh banyak wanita modern, baik di dunia timur ataupun dunia barat. Baju cheongsam atau qi pao atau shanghai dress. Model baju ini mendunia dan menembus lintas jaman sampai sekarang. Dikenakan oleh para wanita di berbagai negeri, dalam berbagai kesempatan, mulai dari ballroom sampai ke usher dan pelayan di berbagai Chinese fine dining resto around the world…
Kalau warisan tata busana untuk wanita bermetamorfosis sampai jaman modern, tidak demikian dengan tata busana dan tata rias pria jaman itu. Sangat gampang dikenali dan diingat, penampilan pria di masa itu adalah dengan kucir panjang dan bagian depan kepala dicukur klimis. Rambut di kepang juga ciri khas dari bangsa nomaden yang sering menggunakan kuda untuk sarana transportasi [4] agar tidak terganggu oleh rambut panjang selama perjalanan[4]. Paling gampang mengingat adalah penampilan Jet Li sebagai Wong Fei Hung di Once Upon A Time in China. Para gadis Manchu suka memakai sepatu ‘Cunzi’. Sepatu Cunzi mungkin merupakan sepatu hak tinggi asli Tiongkok. Perbedaan antara sepatu hak tinggi modern dan Cunzi adalah bahwa hak ditempatkan di tengah sepatu, dan biasanya terbuat dari kayu. Ada banyak bentuk dan ketebalan hak kayu – beberapa terlihat seperti kuku kuda, beberapa terlihat seperti botol, dan sepatu-sepatu tsb diberi nama menurut bentuk-bentuk ini.
Mengapa gadis-gadis Manchu suka memakai gaya unik dari sepatu hak tinggi ini?
Ada dongeng China yang menceritakan tentang Kaisar Manchu yang terbunuh. Putrinya ingin membalaskan dendam ayahnya, namun ada air yang dalam menghalangi pasukannya. Dia punya ide ketika mengamati bangau putih berkaki panjang. Dia menyuruh orang-orang untuk membuat sepatu seperti kaki bangau. Akhirnya pasukan itu melintasi air yang dalam dan merebut kota itu kembali untuk ayahnya. Sejak saat itu, gadis-gadis Manchu juga memakai sepatu Cunzi untuk memetik jamur, untuk mencegah digigit ular. Ternyata tuntutan jaman dan kondisi yang membuat Dinasti Qing menyerah kepada waktu dan menjadikannya mendapat kehormatan menjadi dinasti terakhir kekaisaran China. Di penghujung masa kekuasaannya, masih sempat dinasti ini memiliki, kemungkinan besar, wanita terkuat, tercerdik, terkejam dalam sejarah China, yaitu Cixi Taiho, alias Ibu Suri Cixi.
Imperialisme Barat tak pandang bulu! Perang Boxer dan Perang Candu mendera China di penghujung Dinasti Qing ini. Dengan kekalahan China dari Sekutu, maka ‘dibagilah’ China kayak memotong kue saja. Kepingan terakhir yang kembali adalah Macau setelah menyusul Hong Kong beberapa tahun sebelumnya. Peninggalan Dinasti Qing untuk China modern sekarang sungguh berarti. Banyak sekali fondasi tata negara, peraturan, ilmu pengetahuan, berasal dari warisan Dinasti Qing ini. Sebagai salah satu suku minoritas di China dan berkuasa sebagai dinasti terakhir selama 300 tahun, warisan asimilasi budaya dari Suku Manchu ini sungguh bermakna. Secara politis, Dinasti Qing memelihara kelanggengan kekuasaan dengan melakukan asimilasi secara total. Para istri kaisar Dinasti Qing kebanyakan berasal dari orang Mongol. [6] Dengan demikian, legitimasi garis keturunan diharapkan akan langgeng. Bahkan di dalam cerita silat di atas Pedang & Kitab Suci, Kaisar Kangxi ‘dicurigai’ bukan dari keturunan murni Manchu dan masih saudara kandung dari Chen Jia Luo tokoh baik dalam cerita itu, yang juga tokoh pemberontak kekaisaran Qing.
———————–
Artikel Terkait
{module [184]}
———————–
Catatan :
- http://baltyra.com/2009/10/08/56-etnis-suku-di-china-suku-manchu/
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/54659 [AK. Bromokusumo]
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/54664 [Akhmad Bukhari Saleh]
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/54660 [Ardian ]
- Jurchen yang hidup dalam refleksi kultur pastoral, bangsa Khitan yang mendahului mereka , dan bahkan Mongol . Bagaimana pride of horsemanship , archery , falconry , the battue , praktik shamanic . Bagaimana pandangan mereka terhadap supreme god (abka) dan interaksi dengan pengaruh Turco-Mongolia (tengri) dan kemudian mendapat pengaruh dari konsep Tiongkok. Pandangan mereka tentang mandate of heaven. Karena itu penting untuk legitimasi mereka saat masuk dan mengivasi selatan. Pendiri dinasti Yuan , Chinggis , di sebut tengri-yin jaya gatu , merupakan model dari term abka-i fulingga , merujuk pada Nurhaci .. Contoh lagi Qian Long , kaisar tersukses dalam Dinasti Qing , abka- i wehiheye.
- “You are like one of our Eight Houses, that is to say, I will treat you just like my own sons.” (Huang Taiji)…….”We Manchus and you Mongols originally belonged to the same country. The Ming is a different country. It makes no sense for all of you to die for a different country and I pity you all the more for that.”(Hung Taiji)
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/54671 [Dada]
Referensi :
- James Ollson, “An Ethnohistorical Dictionary of China”, Greenwood Press , Connecticut, 1998
- The Cambridge History of Qing, Vol 9 , Part I