Alkisah, pada jaman dinasti Song Utara, di Luzhou (庐州), lahirlah seorang anak lelaki dari sebuah keluarga kaya yang sudah cukup berumur dan sudah lama mendambakan anak. Sebagai putra tunggal, anak tersebut mendapatkan kasih sayang yang berlimpah serta pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya, dan tumbuh menjadi seorang pemuda yang pandai dan berbudi baik.
Sumber : t.sohu.com
Pada usia 29 tahun, ia mengikuti ujian kerajaan dan lulus, kemudian diangkat menjadi pejabat daerah di Jianchang Xian (建昌县). Namun karena mengingat kedua orang tuanya sudah cukup tua, ia meminta kepada kerajaan agar dapat ditugaskan di tempat lain yang tak jauh dari kampung halamannya. Pihak kerajaan setuju untuk menugaskannya di Hezhou (和州)–sebuah tempat yang tak jauh dari Luzhou–sebagai pejabat pengawas urusan pajak. Tetapi kedua orang tuanya berharap ia dapat pulang dan menemani mereka. Sang pemuda pun memutuskan untuk melepaskan jabatan dan pulang ke kampung halaman, menunaikan bakti kepada kedua orang tuanya hingga sepuluh tahun kemudian. Beberapa waktu setelah kedua orang tuanya meninggal dan masa perkabungan selesai, barulah ia kembali ke kerajaan untuk meminta penugasan.
Seorang pelajar bertubuh kecil, berwajah putih, pandai dan berbakat, serta berbakti kepada orang tuanya. Namun, bukan itu yang kelak akan diingat rakyat tentang dirinya seribu tahun kemudian.
Tugas pertama yang diberikan oleh kerajaan untuknya adalah sebagai pejabat daerah di Tianchang Xian (天长县). Selama masa jabatan ini, ia memecahkan sebuah kasus yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai “Kasus Lidah Sapi”…
Pada suatu hari, ada seorang petani yang melapor bahwa lidah sapinya dipotong orang. Sang pelajar berbakti, yang kini telah menjadi pejabat, memerintahkan petani tersebut untuk pulang dan membunuh sapi itu. Tak lama kemudian, datanglah seorang lainnya yang melaporkan bahwa ada seorang petani yang membunuh sapinya. Pada jaman itu, membunuh sapi pembajak adalah hal yang melanggar hukum. Alih-alih menanggapi laporan tersebut, tuan pejabat kita justru membentak sang pelapor, “Mengapa kau memotong lidah sapi itu?!” Ya, sang pelapor itulah pelakunya. Kasus pun dengan mudah terpecahkan, dan diiringi dengan tersebarnya kisah kepandaian sang pejabat dalam memecahkan kasus.
Dalam sejarah resmi, sesungguhnya tak banyak tercatat tentang kasus-kasus semacam ini yang dipecahkannya. Tentu saja, karena ia bukanlah hakim, jaksa, atau detektif. Dan tugas utamanya juga bukan memecahkan kasus. Namun, lagi-lagi bukan itu yang kelak akan diingat rakyat tentang dirinya seribu tahun kemudian.
Tiga tahun kemudian, ia dipindahtugaskan ke Duanzhou Xian (端州先). Duanzhou adalah daerah penghasil tatakan tinta dari batu alias yan (砚) nomor satu yang setiap tahun harus memasok kebutuhan kerajaan. Semasa menjabat di sini, ia menemukan sebuah “kebiasaan” buruk, yaitu pejabat yang bertanggung jawab untuk pemasokan yan ke kerajaan, selalu menambahkan beberapa puluh kali lipat dari jumlah sesungguhnya yang dibutuhkan, untuk diberikan kepada pejabat-pejabat tingkat atas atau bangsawan di ibukota. Tujuannya, tentu saja untuk “menjalin hubungan baik”.
Pejabat kita yang jujur dan lurus ini, tentu saja tak dapat berpangku tangan membiarkan hal tersebut. Ia segera menghapuskan “kebiasaan” buruk ini dengan mengeluarkan perintah untuk memproduksi dan mengirim yan sesuai dengan jumlah yang diminta. Barang siapa yang ketahuan melanggar, akan dijatuhi hukuman berat. Dan ia menegaskan bahwa sebagai pejabat, ia sendiri tidak akan menerima dan menggunakan yan Duanzhou barang satu pun.
Kasus tentang yan Duanzhou ini membuat Kaisar menaruh citra positif terhadapnya. Dalam dua puluh tahun berikutnya, ia pun mengemban berbagai macam jabatan di berbagai tempat, termasuk sebagai utusan khusus penyelidik, yang bertugas menyelidiki kinerja para pejabat dan melaporkan hasilnya kepada Kaisar. Selain itu, ia juga pernah memegang jabatan di departemen administrasi / hu bu (户部), hukum / xing bu (刑部), militer / bing bu (兵部) dan pendidikan / li bu (礼部), serta menjadi utusan khusus yang mengurus masalah transportasi dan pengangkutan di beberapa tempat.
Selama dalam masa jabatan, ia terkenal lurus dan tegas. Tidak pernah “memberi muka” pada siapa pun. Asalkan berbuat melanggar hukum atau lalai, tak peduli apakah itu pejabat yang lebih tinggi, atau bangsawan sekalipun, semua akan dilaporkan kepada Kaisar. Bahkan ia juga akan mendesak Kaisar untuk mengambil tindakan (menjatuhkan hukuman) atas pejabat atau bangsawan tersebut. Oleh karena itu, mau tidak mau, para pejabat dan bangsawan menjadi segan dan berhati-hati dalam bertindak.
Dari beberapa puluh jabatan yang pernah diembannya, yang paling dikenal orang nantinya adalah penugasannya sebagai fuyin di Kaifeng. Sebagai perbandingan di masa sekarang, jabatan tersebut mungkin sejenis dengan walikota Beijing (ibukota), pemimpin administratif tertinggi sebuah wilayah. Menyebut soal Kaifeng, mungkin sudah dapat diduga siapa pejabat yang sedang dikisahkan ini. Beliau bermarga Bao, bernama Zheng, yang kemudian dikenal dengan julukan Bao Qing Tian.
Sumber : tupian.hudong.com
Biodata Singkat
Oleh : Jianying
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa