Kisah Dibalik Peribahasa Tiongkok Populer (2) Berikut adalah kelanjutan dari
15. TIDAK ADA 300 TAEL PERAK TERPENDAM DISINI
Pinyin : Ci di wu yin sanbai liang 此地无银三百两
Makna: Membocorkan rahasianya sendiri/kebohongan yang amat buruk.
Zhang San memendam tabungannya sebanyak 300 tael perak di belakang rumah. Karena merasa belum cukup aman, ia memasang papan pengunguman di dekatnya; “Tidak ada 300 tael perak yang terpendam disini!”
Papan pengunguman itu ternyata justru mendatangkan kecurigaan tetangganya yang bernama Wang Er. Malamnya ia mengambil tabungan Zhang San & menulis; “Bukan Wang Er yang mencuri disini!”
16. LU DONGBIN DIGIGIT ANJING
Pinyin : Gou yao Lu Dongbin 狗咬呂洞賓
Makna: Orang yang berniat baik tapi malah disakiti (air susu dibalas air tuba).
Lu Dongbin (Lu Tong-Pin) adalah anggota 8 dewa yang gemar membaur dengan manusia. Baginya, “blusukan” ini adalah caranya untuk mengetahui & membantu kesulitan manusia.
Suatu senja Dongbin diminta mengusir siluman yang mengganggu di kediaman Juragan Wang. Tapi betapa terkejutnya ia, sebab siluman tersebut tak lain & tak bukan adalah Xiao-tianquan, anjingya Dewa Erlang (Ji-Long Sin). Dongbin tak ingin melukai piaraan sahabatnya ini, jadi ia memutuskan untuk menjebaknya saja. Mula-mula sang dewa menggantungkan lukisan ajaibnya di dinding, dan … “abrakadabra”, sekonyong-konyong dinding yang putih bersih itupun berubah menjadi sebuah taman nan asri.
Setelah itu sang dewa menendang pintu kamar tempat Xiao-tianquan (Anjing Langit) beristirahat. “Hai anjing kudisan, beraninya menggnggu orang lemah. Kalau memang ho-han (ksatria), ayo pibu (duel) denganku!” makinya jumawa. Mata sang Anjing Langit menyorot merah laksana darah. Moncongya menyeringai memamerkan gigi-giginya yang setajam pedang. Disertai lolongan panjang, ia bangkit dari pembaringan & langsung menerkam dewa usil dihadapannya. Melihat lawannya terpancing, Dongbin segera melompat keluar lewat jendela.
Xiao-tianquan celingukan mencari mangsanya. Pandangannya tertambat pada taman bunga di dekat kamarnya. “Aneh, rasanya taman itu belum ada waktu aku datang kesini. Hmmm naluriku mengatakan dewa kurang kerjaan itu sedang bersembunyi di sana. Baiklah, akan kucabik-cabik dia!” gumam si Anjing Langit seraya melangkahkan kakinya kesana.
Tiba-tiba, “SET!” Begitu Xiao-tianquan masuk ke dalam perangkap, Lu Dongbin langsung menggulung lukisan ajaibnya. Taman jadi-jadian tersebut pun seketika lenyap. Kembali keasalnya, yakni sebuah dinding putih.
Dari dalam lukisan ajaib sayup-sayup terdengar suara, “Kaiiing! Kaiiing! Kaiiing!” Dasarnya Dongbin memang welas asih, iapun jadi tak tega. Sambil menepuk-nepuk lukisannya dia berkata, “Nah, anjing kudisan, sekarang apakah kau sudah menyesali kesalahanmu? Jika iya jawab Kaing, jika tidak jawab Haung”
“Kaing! Kaing! Kaing!” saut suara dari balik lukisan.
“Yah baguslah kalau kau sudah sadar. Lain kali jangan diulangi lagi, ya!” ujar sang dewa puas. Ia menggebah lukisannya, serta merta Xiao-tianquan-pun melompat keluar dari dalamnya. Malu-malu anjing itu mendekati Lu Dongbin, mengendus-endus kakinya, daaan … menggigitnya keras-keras! Kemudian ia kabur sambil meraung-raung penuh kemenangan, “Haung! Haung! Haung!”
Lu Dongbin yang sudah kehabisan asa akhirnya melaporkan kenakalan Xiao-tianquan pada pemiliknya, yaitu Dewa Erlang.
Catatan: Dalam versi alternatif, Lu Dongbin tidak benar-benar digigit oleh anjing, melainkan dikerjai oleh sahabatnya yang bernama Gou Yao. Secara fonetik Gou yao mirip bunyinya dengan gou (anjing) & yao (menggigit).
17. BAGAI INDUK SAPI MENJILATI ANAKNYA
Pinyin : Laoniu shi du 老牛舐犊
Makna: Kasih orang tua pada anaknya.
Cao Cao (Co Coh), perdana menteri terkenal dari jaman San-guo (Samkok) menghukum mati ajudannya yang bernama Yang Xiu (Yo Siu). Lama berselang setelah peristiwa itu, ia secara tak sengaja bertemu dengan Yang Biao, ayah almarhum Yang Xiu. Cao Cao terkejut melihat orang tua itu kini nampak kurus & rapuh. Padahal dahulu ia terkenal bugar & bersemangat.
“Hamba malu sekali Yang Mulia,” ucap Yang Biao lirih, “Hamba dengar dulu Menteri Jin mengeksekusi dua putranya sendiri yang bersalah.” Suaranya tercekat, air mata mengalir deras di keriput pipinya, “Sayang hamba bukanlah Menteri Jin. Layaknya induk sapi yang menjilati anaknya, demikianlah hamba tak kuasa melupakan putra hamba, Xiu…” Cao Cao trenyuh mendengar penuturan orang tua di hadapannya. Dalam hati ia merasa berdosa karena menghukum mati Yang Xiu.
18. SILAHKAN MELANGKAH KE DALAM BEJANA
Pinyin : Qing jun ru weng 请君入瓮
Makna : Senjata makan tuan.
Menteri Lai Junchen mengundang pejabat Zhou Xing ke kediamannya. Sembari menyesap arak, Ia berkata pada tamunya, “Tuan Zhou, aku ingin bertanya bagaimana seharusnya aku menginterogasi penjahat yang tidak mau mengaku?”
“Itu sih gampang,” sahut Zhou cepat, “Taruh saja bejana yang besar, lalu panasi dengan api sampai membara. Nanti suruh penjahat itu melangkah ke dalam tong. Dia pasti akan ketakutan setengah mati & mengaku.”
“Hmmm,masuk akal, masuk akal!” puji Lai Junchen seraya mengelus-elus jenggotnya. Ia lalu memerintahkan pengawalnya menyiapkan bejana besar seperti yang dikatakan Zhou & memanasinya dengan api. Setelah semuanya siap, sang menteri melirik tamunya “Nah Tuan Zhou, sudikah kiranya Anda melangkah ke dalam bejana itu?”
“Lho, lho … apa-apaan ini? A-apa maksud Tuan?”
“Belum sadar jugakah Anda, Tuan Zhou? Aku diperintahkan Maharani Wu Zetian (Bu Cek-Tian) untuk menyelidiki rencana makarmu pada kerajaan!” tandas Junchen. Wajah kalemnya seketika berubah menjadi garang, “Sekarang lebih baik Anda mengaku saja. Kecuali Anda memang lebih suka masuk kedalam bejana!” Zhou Xing terkuali lemas, ia tak punya pilihan selain mengakui rencana makarnya.
19. MEMELUK PANTAT & MEMUJI-MUJI KENTUTNYA
Pinyin : Duo tun peng pi 掇臀捧屁
Makna: Penjilat yang benar-benar tak tahu malu.
Chen Hua adalah saudagar yang tamak. Menjilat ke atas & menginjak ke bawah itulah perkerjaannya sehari-hari. Seluruh rakyat jelata di Luoyang amat muak padanya. Tak terkecuali bunga raya tercantik disana, Bai Mudan (Pek Bo-Tan).
Mudan sebenarnya tidak sudi disuruh melayani Chen Hua. Tapi karena didesak terus oleh germonya, sehingga ia memutuskan untuk mempermainkannya saja. Ketika Chen Hua hendak menciumnya, Mudan justru menyodorkan pantatnya. Ia bahkan menghina si tengkulak dengan mengkentutinya. Bukannya tersinggung, Chen malah terus asyik membenamkan mukanya di pantat wanita nakal itu. Khalayak yang mendengar ini berkata: Chen Hua terlalu sering melakukan ‘duo tun peng pi’ untuk menyenangkan pejabat & orang-orang berpengaruh. Saking terbiasanya, sampai-sampai ia latah ‘duo tun peng pi’ pada seorang sundal.
20. MENAMBAL PAGAR SETELAH KAMBINGNYA HILANG
Pinyin : Wang yang bu lao 亡羊补牢
Makna: Jangan menunda-nunda pekerjaan/selesaikanlah masalah sedini mungkin.
Seorang gembala baru saja kehilangan kambingnya. Alih-alih segera mencarinya, ia malah berpikir, “Kambingku kan banyak sekali, jadi untuk apa memusingkan hilang seekor.” Tapi apa yang terjadi? Esoknya ternyata ia kembali kehilangan seekor. Demikian pula esoknya, dan esoknya lagi. Begituuu seterusnya, hingga tinggal seekor hewan pengembik itu yang tersisa dikandang.
Sekarang si gembala baru sadar ada lubang besar di pagarnya. Sambil tak henti-hentinya mengutuk kemalasannya sendiri, iapun buru-buru menambal lubang itu.
21. ORANG NEGERI QI TAKUT LANGIT RUNTUH
Pinyin : Qiren you tian 杞人忧天
Makna: Kekhawatiran yang berlebihan.
Ada pria di Negeri Qi yang takut langit akan runtuh menimpanya. Ia tidak bisa makan & tidur memikirkannya. Seorang kerabat berusaha menenangkannya, “Tenanglah saudaraku, tidakkah kau lihat langit itu begitu kokoh. Jadi bagaimana mungkin dia akan runtuh?”
Si orang Qi nampak gembira, namun sejenak kemudian ia kembali mengeluh, “Langit mungkin tidak akan runtuh. Tapi, tapi… bagaimana kalau bintang & bulan yang jatuh menimpaku?!”
Oleh : Henry Soetandya
https://www.facebook.com/groups/cersildejia/permalink/746864522048609/
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa