Budaya-Tionghoa.Net | Capgome adalah “perayaan malam hari di bulan pertama” – Yuan Xiao Jie [1], tetapi di Indonesia lebih dikenal dgn nama Capgome (Capgo = 15) sebab ini dirayakan pada tgl 15 bln pertama dari kalender Imlek. Semasa dinasti Han, pada malam capgome tsb, raja sendiri khusus keluar istana untuk turut merayakan bersama dgn rakyatnya. Capgome mulai dirayakan di Indonesia sejak pertengahan abad ke 17, ketika terjadi migrasi besar dari China Selatan.
Di barat Capgome dinilai sebagai pesta karnevalnya etnis Tionghoa, karena adanya pawai yg pada umumnya dimulai dari Kelenteng [2]. Nama Kelenteng sekarang ini sdh dirubah menjadi Vihara yg sebenarnya merupakan sebutan bagi rumah ibadah agama Buddha. Hal ini terjadi sejak pemerintah tidak mengakui keberadaannya agama Kong Hu Chu sebagai agama. Sedangkan sebutan nama Kelenteng itu sendiri, bukannya berasal dari bhs China, melainkan berasal dari bhs Jawa, yg diambil dari perkataan “kelintingan” – lonceng kecil, karena bunyi2an inilah yg sering keluar dari Kelenteng, sehingga mereka menamakannya Kelenteng. Orang Tionghoa sendiri menamakan Kelenteng itu, sebagai Bio baca Miao
Cagomeh juga dikenal sebagai acara pawai menggotong joli Toapekong untuk diarak keluar dari Kelenteng. Toapekong (Hakka = Taipakkung, Mandarin = Dabogong) [3] berarti secara harfiah eyang buyut untuk makna kiasan bagi Dewa yang pada umumnya merupakan seorang kakek yg udah tua.
Cagomeh tanpa adanya barongsai dan liong (naga) rasanya tidaklah komplit. Tarian barongsay atau tarian singa yg juga dikenal dengan nama Shiwu[4]. Sedangkan nama “barongsai” adalah gabungan dari kata Barong dlm bahasa Jawa dan Sai = Singa dlm bhs dialek Hokkian. Singa menurut orang Tionghoa ini
melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan.
Ada dua macam [5] jenis macam tarian barongsay yg satu lebih dikenal sebagai Singa Utara yg penampilannya lebih natural sebab tanpa tanduk, sedangkan Singa Selatan memiliki tanduk dan sisik jadi mirip dgn binatang Qilin.
Seperti layaknya binatang2 lainnya juga, maka barongsai juga harus diberi makan berupa Angpau yg ditempeli dgn sayuran selada air yg lazim disebut “Lay See”. Untuk melakukan tarian makan laysee ini para pemain harus mampuan melakukan loncatan tinggi, sehingga ketika dahulu para pemain barongsai, hanya dimainkan oleh orang2 yg memiliki kemampuan silat – “Hokkian = kun tao” [6] yang berasal dari bahasa Mandarin Quan Dao (Quan = tinju, Dao = jalan), tetapi sekarang lebih dikenal dgn kata Wu Shu, padahal artinya Wu Shu sendiri itu adalah seni menghentikan kekerasan.
Didepan barongsai selalu terdapat seorang penari lainnya yg menggunakan topeng sambil membawa kipas. Tokoh ini disebut “Sang Buddha” yg tugasnya sebagai pemandu untuk menggiring Barongsai ketempat yg ada angpauwnya. [7]
Dahulu tarian barongsai adalah upacara ritual keagamaan[8] untuk penolak bala, tetapi sekarang ada aliran modern yg tidak mengkaitkan dgn upacara keagamaan sama sekali, mereka menilai barongsai hanya sekedar asesories untuk nari atau media entertainment saja, seperti juga halnya dgn payung untuk tari payung, atau topeng dlm tarian topeng.
Barongsai sebenarnya sudah populer sejak zaman periode tiga kerajaan (Wu, Wei & Shu Han) th 220 – 280 Masehi.[9] Pada saat itu ketika raja Song Wen sedang kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah Raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Panglimanya yg bernama Zhing Que mempunyai ide yg jenius dgn membuat boneka2 singa tiruan untuk mengusir pasukan raja Fan. Ternyata usahanya itu berhasil sehingga sejak saat ini mulailah melegenda tarian barongsai tsb hingga kini.
Tarian naga (liong) disebut “Lungwu” dlm bhs Mandarin. Binatang mitologi ini selalu digambarkan memiliki kepala singa, bertaring serigala dan bertanduk menjangan.
Naga di Cina dianggap sebagai dewa pelindung, yg bisa memberikan rejeki, kekuatan, kesuburan dan juga air. Air di Cina merupakan lambang rejeki, karena kebanyakan dari mereka hidup dari bercocok tanam, maka dari itu mereka sangat menggantungkan hidupnya dari air. Semua kaisar di Cina menggunakan lambang naga, maka dari itu mereka duduk di singgasana naga, tempat tidur naga, dan memakai pakaian kemahkotaan naga. Orang Cina akan merasa bahagia apabila mendapatkan seorang putera yg lahir di th naga.[10]
Kita bisa melihat apakah ini naga lambang dari seorang kaisar ataukah bukan dari jumlah jari di cakarnya. Hanya kaisar yg boleh menggunakan gambar naga dgn lima jari di cakarnya, sedangkan untuk para pejabat lainnya hanya 4 jari. Bagi rakyat biasa yg menggunakan lambang naga cakarnya hanya boleh memiliki 3 jari saja. Naga itu memiliki tiga macam warna, hijau, biru dan merah, dari warna naga tsb kita bisa melihat kesaktiannya, merah adalah yg paling sakti. [11]
Pada umumnya untuk tarian naga ini dibuatkan naga yg panjangnya sekitar 35 m dan dibagi dlm 9 bagian, tewtapi untuk menyambut th baru millennium di China pernah dibuat naga yg panjangnya 3.500 meter dan dimainkannya di atas Tembok Besar China.
Terutama di Jkt dan sekitarnya rasanya kurang komplit apabila arak2an Capgome ini tanpa di iringi oleh para pemain musik “Tanjidor” yg menggunakan instrument musik trompet, tambur dan bajidor (Bedug). Orkes ini sudah dikenal sejak abad ke 18. Konon Valckenier gubenur Belanda pada saat itu sudah memiliki rombongan orkes tanjidor yg terdiri dari 15 orang pemain musik. Tanjidor biasanya hanya dimainkan oleh para budak2, oleh sebab itulah musik Tanjidor ini juga sering disebut sebagai “Sklaven Orkest”.
Apabila Anda ingin membaca lebih banyak lagi mengenai China maupun budayanya silahkan simak di www.budaya-tionghoa.net atau bergabung menjadi member mailist di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/
Mang Ucup , 10794
Email: [email protected]
Homepage: www.mangucup.org
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
***
Catatan /Tambahan oleh Xuan Tong : [ link ]
[2] Kelenteng adalah penyebutan secara keseluruhan untuk tempat ibadat 3 agama (Buddhism , Taoism dan Confuciusm). Kelenteng sendiri banyak macam jenisnya. Bio atau Miao adalah tempat penghormatan leluhur serta memiliki fungsi sosial bagi orang-orang Tionghoa.
[3] Da Bo Gong adalah sebutan untuk para leluhur yang merantau atau para pioner dalam mengembangkan komunitas Tionghoa. Jadi istilah Da Bo Gong tidak ada di Tiongkok. Sepanjang pengetahuan saya istilah Da Bo Gong itu hanya ada di Asia Tenggara tempat diaspora etnis Tionghoa berkembang.
[4] Tarian barongsai disebut Wu Shi. Tapi permainan barongsai dan liong pada cap gome biasanya disebut Nong Shi Ū ʨ dan Nong Long Ū Áú
[5] Ada 3 macam barongsai yaitu Shi Zi , Chan dan Qi Lin. Chan itu adalah barongsai selatan atau katak ( bangkong ?). Shi Zi barongsai utara. Qi Lin adalah binatang kilin atau kuda naga yang bertanduk. Secara umum memang ada 2 aliran permainan barongsai yaitu utara dan selatan. Pusat aliran barongsai selatan adalah Guang Dong dan memiliki banyak perbedaan antara satu dengan yang lain. Misalnya Da Tou Shi ´ó Í· ʨ, Qi Lin shi ÷è÷ëʨ , Ya zui Shi Ѽ×ìʨ. Tapi saya sendiri tidak paham perbedaan-perbedaan dari aliran-aliran barongsai selatan. Sepanjang pengetahuan saya adalah bentuknya yang berbeda serta gaya bermain yang berbeda.
[6] Memetik sayuran disebut Chai Qing. Dan Quan Tou bukan Quan Dao. Ada kesalah kaprahan mengenai Kun Tao , maksud yang sebenarnya adalah kepala kepalan atau tinju. Bukan jalan kepalan.
[7] Biasanya disebut Shi Zi Lang ʨ ×Ó ÀÉ , Shi Zi Lang inilah yang menggiring barongsai untuk meloncat atau bermain atraksi serta memetik sayuran. Buddha yang tertawa disebut Xiao Mian Fo.
[8] Tarian barongsai tidak pernah terkait dengan ritual keagamaan manapun. Tapi budaya masyarakat kira-kira pada abad ke 5 sudah mengenal tarian barongsai walaupun ada yang memperkirakan pada masa jama 3
negara. Dan rakyat percaya bahwa barongsai bisa mengusir hawa-hawa buruk dan roh-roh jahat. Jadi budaya atau kepercayaan rakyat itulah yang nantinya dimanfaatkan atau bersinergi dengan lembaga keagamaan.
Perlu diketahui bahwa Bio atau Miao sudah ada sejak jaman pra Confucius. Memang dalam perkembangan kemudian ada istilah Wen Miao dan Wu Miao dimana Wen Miao adalah bio untuk menghormati Confucius
dan Wu Miao adalah untuk Guan Gong. Kemudian fungsi miao terkadang menjadi rancu seolah-olah milik Confuciusm atau Taoism. Menilik dari sejarahnya Miao , saya beranggapan bahwa miao adalah milik orang Tionghoa dan tidak berbasiskan agama tapi berbasiskan budaya. Miao adalah tempat untuk menghormati para leluhur, jadi mayoritas MIAO adalah tokoh-tokoh yang berjasa dan pada perkembangannya kemudian mendapat pengaruh-pengaruh 3 agama sehingga Bio terlihat Tempat Ibadah Tri Dharma. Istilah Si ËÂ atau sie adalah sebutan untuk tempat ibadat agama asing / import. Misalnya vihara disebut Si dan mesjid juga disebut Si serta gereja pada masa dinasti Tang dan selanjutnya disebut pula Si. Tapi yang membedakan adalah Qing Zhen Si adalah mesjid , Jing Si adalah gereja Nestorian. Secara umum orang beranggapan bahwa Si adalah vihara.
[9] Periode 3 negara adalah 220 M hingga 280 M Jika cerita yang berkaitan dengan jaman San Guo adalah Zhuge Liang membuat binatang-binatang tiruan yang kelihatan ganas dan memakai kembang api untuk mengalahkan pasukan gajahnya Meng Huo.
[10] Pada jaman dahulu naga dipercaya membawa awan dan tidak semua naga adalah pembawa rejeki atau kesuburan juga kekuatan. Misalnya Jiao Long atau naga banjir. Pada masa dinasti Han sering ada upacara menjemur naga tanah liat. Dimana ketika awan tidak berkumpul dilangit sehingga hujan tidak turun menyebabkan kemarau panjang dan kekeringan maka rakyat akan menjemur naga dari tanah liat sehingga seolah-olah rakyat berkata ,”rasakan hai naga , engkau tidak mengumpulkan awan dan menurunkan air , rasakan panasnya kemarau ini”.
[11] Tidak selalu merah yang sakti. Naga kuning adalah naga yang melambangkan raja. Dan bentuk naga ada 9 macam berdasarkan cerita 9 anak naga. Berdasarkan penelitian arkelogi terakhir , rakyat Tiongkok sudah mengenal naga sejak 8000 tahun yang lalu.