foto ilustrasi : Various coins from the late Qing dynasty produced under the Qianlong, Guangxu and Xuantong Emperors , sumber WIKIMEDIA
Budaya-Tionghoa.Net | Sampai pemerintahan Qianlong [1799] , Tiongkok masih dipandang sebagai model suatu negara ideal. Di masa sebelumnya , VOC sebagai kekuatan dominan di Eropa sebelum era Inggris , dengan 10 ribu kapal , membawa masuk tiga juta keping Porselen Tiongkok antara 1602 -1657. Dengan cepat produk itu membanjiri Low Countries dan kemudian seluruh Eropa. Di Low Countries berkembang pula industri untuk mengkopi tiruannya, misalkan di Delft.
Dalam produk porselen itu mengandung pengaruh visual [visual diffuse] tentang kemakmuran Tiongkok dan melengkapi pengaruh textual [filsafat Tiongkok ] yang dibawa masuk melalui terjemahan besar2an.
Pentingnya pengaruh visual ini dapat terlihat dari kasus Jean Theodore Royer , seorang sinologist berpengaruh di Low Countries di abad 18.
Royer berpikir bahwa cara terbaik untuk mengembangkan pengertian yang lebih baik tentang kemakmuran hidup di Tiongkok adalah dengan cara mengkoleksi benda2 seperti itu.
Hanya saja sesuai kondisi politik di kawasan Low pada masa itu [Kebijakan Clement XIV] , warga katolik menjadi semacam warga kelas dua , sehingga pengaruh Tiongkok akan lebih nyata terlihat di Perancis.
Komoditas lainnya teh , dibawa masuk oleh VOC ke Eropa awal abad 17. Dan setengah abad kemudian menjadi lifestyle di kalangan bangsawan Inggris. VOC adalah pihak Barat yang masih di ijinkan berhubungan dengan Jepang , yang juga memiliki komoditas teh.
Dari rentetan historis , Inggris muncul sebagai kekuatan dominan baru , Lord Arlington melakukan debut teh di kalangan elit di Inggris [1666] . Dan sampai kepada masa dimana Lord Macartney memulai karir diplomatiknya di Tiongkok.
Produk Inggris memang disambut dingin oleh Qian Long ,
“Aku tidak menghargai sedikitpun barang aneh ataupun luar biasa dan tidak memerlukan hasil dari negara Anda.“
Dan sebaliknya produk Tiongkok itu dikonsumsi oleh masyarakat Eropa dan Inggris pada khususnya. Yang terjadi adalah defisit di sisi Inggris.
Sebelum terjadinya perang Candu . Inggris menguasai India , dan semakin lengkap dengan jatuhnya Benggala (Bangladesh) yang menjadi ladang opium. Di Tibet , masa Qian Long adalah puncak pengaruh pusat ke Tibet.
Pemerintah Qing kemudian melakukan intervensi dengan menutup jalur Tibet – Benggala dan juga menutup Bhutan dari Inggris. Inggris memang berharap Tibet sebagai jalur [direct route] perdagangan ke kawasan dalam [inner] Tiongkok .
Inggris terus mendesak Nepal [salah satu negara tribut Qing] berujung pada Anglo-Nepal War 1814. Jadi di kawasan perbatasan saja Tiongkok sebenarnya sudah mulai digerogoti pengaruhnya , kemudian nanti Prancis – Vietnam , dan seterusnya. Selain Inggris , Russia juga bermain kecil-kecilan opium lewat jalur Zungharia.
Sistem bimetalic di masa Qing ini seperti yang dikatakan saudara henyung , bahwa keping tembaga tetap menjadi mata uang utama . Penggunaan silver untuk penggunaan jumlah besar misal seperti membayar kerugian perang atau memberi penghargaan atas bantuan dari pihak lain .
Di tahun 1830 , efek dari perdagangan opium yang dipaksakan Inggris itu mulai memberikan dampak inflasi terhadap sistem moneter bimetalik Tiongkok [copper & silver] yang dapat di telusuri dari suplai silver.
Relasi antara copper dan silver ini bisa menghasilkan inflasi seperti saat candu merajarela , atau di masa pergantian dinasti dari Ming ke Qing , dimana harga silver tinggi dibanding harga copper.
Di masa candu merajarela , misal kalau sebelumnya 1000 copper cash dapat ditukar untuk satu tael perak. Maka di tahun 1838 , dibutuhkan sekitar 1650 copper cash untuk satu tael silver , sejak tax dibayar dibayar oleh masyarakat agraris dalam bentuk copper cash atau padi , maka masalah tax jadi melonjak tinggi.
Silver menjadi langka karena tersedot keluar untuk membayar opium , sehingga pemerintah daerah tertentu sampai perlu membuat laporan palsu ke pusat misalkan bencana alam untuk mendapat pengampunan tax . Masalah tax juga turut berkontribusi terhadap ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah dan memunculkan berbagai gerakan dari kecil sampai besar di daerah.
Salam
Dada
Referensi :
SAM Adshead , “T’ang China , The Rise of The East In World History, Palgrave , 2004
The Cambridge History of China , Vol 9 , Part 1 , The Ching Empire to 1800 , Cambridge University Press
The Cambridge History of China , Vol 10 , Part 2 , 1800-1911, Cambridge University Press ,
TAUTAN INTERNAL :
http://web.budaya-tionghoa.net/internasional/euro-sinica/485-empire-of-silver-sistem-moneter-bimetalik
http://web.budaya-tionghoa.net/the-history-of-china/the-history-of-qing-dynasty/486-empire-of-silver-defisit-barat-dan-timur