sumber foto ilustrasi : wikipedia
Budaya-Tionghoa.Net | Pernah ada teman berkomentar di depan saya, ia mengatakan: “Untuk apa meributkan masalah Yasukuni, biarkan saja, biar saja Jepang memuja-muja penjahat perang, asalkan kita tidak. Sejarah sudah lewat, jangan membuang-buang energi mempermasalahkannya!”
Read more: Kuil Yasukuni – Kerikil Tajam Hubungan Jepang TiongkokMeskipun itu hanya pendapat seorang, tapi saya kira banyak orang berpendapat sama. Hal ini terjadi karena mereka tidak menguasai masalah. Penghormatan terhadap penjahat perang di Jepang olehPerdana Menteri Koizumi mempunyai maksuk politik dan mempunyai pengaruh yang luas di Jepang. Menghormati penjahat perang, berarti membenarkan tindakan Jepang pada saat Perang Dunia II.
Semua pimpinan negara Asia Tenggara mengerti ini. Hanya karena Jepang sekarang adalah raksasa ekonomi, bahkan raksasa militer, meskipun belum diekspose, maka kebanyakan pemimpin tidak berani ngomong. Mereka mencari selamat daripada bertentangan dengan raksasa Jepang yang sekarang dibacking oleh raksasa Amerika. Lain halnya Korea dan Tiongkok, dua negara paling menderita oleh Jepang dalam awal abad ini.
Korea diduduki Jepang, Tiongkok diporak porandakan Jepang, sekitar 30 juta korban rakyat yang mati oleh Jepang selama perang, di Nanjing saja 300000 penduduk sipil dibantai, laki-laki dibunuh, anak-anak dibunuh, wanita diperkosa. Belum terhitung banyaknya wanita muda yang dipaksa jagi pelacur bagi tentara Jepang. Jepang bahkan menggunakan senjata kimia dan biologi di Tiongkok, sampai sekarang korban masih berjatuhan.
Buruh bangunan yang menggali fondasi di Tiongkok Timur Laut sering mati keracunan karena di bawah tanah ada zat kimia beracun yang ditinggalkan Jepang, sampai sekarang Jepang tidak mau memberi peta letak zat-zat beracun itu di tanam. Tapi itu sudah lewat, sejarah! Yah, jangan lupa, bahwa Koizumi dan golongan ultra kanan Jepang sedang membuat opini masyarakat. Agresor Jepang dalam Perang Dunia II . dikatakan korban perang, penjahat perang dikunjungi tiap tahun untuk diberi hormat. Taiwan yang dijajah Jepang dan harus dikembalikan lagi ke Tiongkok setelah Jepang kalah perang, sekarang mulai dikutik-kutik lagi, bahkan Jepang siap membela Taiwan kalau terjadi perang.
Kemenangan pemilu untuk Koizumi, menunjukkan bahwa membangkitkan semangat militerisme Jepang, dengan dimulai memasyarakatkan pandangan bahwa Jepang hanya korban dalam Perang Dunia II sudah menunjukkan hasil. Hal ini jelas menunjukkan bahwa beberapa tokoh ultra kanan Jepang sedang dalam persiapan untuh menguasai Asia lagi. Sekali ini memang dapat angin karena Amerika mendukungnya. Bayangkan betapa berbahayanya kalau dua raksasa dunia Amerika dan Jepang bahu membahu mencoba menguasai dunia dengan tindakan pertama menguasai Tiongkok dan Korea!
Menentang penghormatan Koizumi kepada penjahat perang akan menyebabkan sebagian orang Jepang sadar akan bahaya ini, dan mereka akan bangkit menentang arus balas dendam ini. Mengapa Jerman tidak demikian? Bukankah Jerman sekutu Jepang pada perang dunia kedua? Basis fasis Jerman habis waktu perang dunia II, pemerintah baru berjanji tak akan mengulangi hal itu lagi, dengan tulus melarang semua yang berbau aliran fasisme. Jepang sebaliknya, panglima tertinggi angkatan perang Jepang pada perang dunia II adalah kaisar.
Setelah perang kaisar tak diapa-apakan. Hanya berapa belas penjahat perang kelas kakap yang dihukum mati, sisanya dihukum sebentar dan semua dibebaskan, bahkan banyak yang diangkat menjadi menteri. Mereka berkuasa kembali meskipun tidak berani terang-terangan ingin mengembalikan militerisme Jepang, tapi mereka bekerja terus. Mereka sudah tua dan banyak sudah tak ada lagi, tapi pengikutnya makin banyak dan kebetulan sekarang memegang tampuk pemerintahan. Ini yang berbahaya. Mudah-mudahan sesuatu yang mengerikan tidak terjadi lagi.
(LIANG U)
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua