Budaya-Tionghoa.Net | Latar belakang pembakaran buku-buku oleh Qin ShiHuang sebenarnya lebih kearah pemersatuan ideologi. Perlu kita ketahui bahwa kerajaan Qin sudah menerapkan faham Legalism sejak reformasi oleh Shang Yang. Sedangkan faham Ru Jia tetap diterima oleh kerajaan Qin tapi tidak dipakai sebagai landasan pemerintahan.
|
Sikap Qin Shi Huang yang membuat standarisasi dalam banyak bidang tentunya juga mencakup bidang politik. Para scholar Ru sendiri pada masa Ying Zheng tetap mendapat tempat yang layak, hingga pada masa pemersatuan atau penaklukkan enam kerajaan baru dibuat suatu langkah untuk memberangus aliran-aliran politik atau pemerintahan, atau lebih tepatnya aliran filsafat tata negara .
Hanya pola dasar para scholar Ru adalah diskusi dan kebebasan berbeda pendapat yang berasal dari masa jaman KongZi sudah berkembang tidak cocok dimata Qin ShiHuang yang lebih mengingikan stabilitas dan keseragamaan.
Dua hal yang menjadi dasar alasan kuat untuk menghantam aliran Ru yang sebagai sasaran utama adalah :
- Tidak adanya kata sepakat dari kalangan Ru mengenai bagaimana upacara Feng Shan(1).
- Pertentangan antara Li Si dan Chunyu Yue mengenai sistem pemerintahan antara sistem adipati (2) dengan gubernur (3) ketika jamuan makan.
Buku-buku yang bersifat ilmu pengetahuan tidak dilarang atau dibakar. Misalnya buku mengenai pertanian, siasat perang, perbintangan dan pengobatan.
Alasan Qin Shihuang tidak membakar kitab-kitab itu antara lain :
- Kitab-kitab peramalan Tianguan Shu dan Lv shu selain berkaitan dengan astrologi juga berkaitan dengan sistem perhitungan hari. Dalam kitab Lv shu sudah disebutkan Gan (gan dari tian gan ) adalah 10 bunda dan Zhi ( zhi dari dizhi ) adalah 12 anak. Ini berkaitan dengan sistem kalender atau penanggalan.
- Zhou Yi atau Yijing tidak dilarang juga karena berkaitan dengan gerak alam semesta.
- Para raja jaman dahulu termasuk Qin Shihuang melakukan ritual penghormatan kepada bintang-bintang. Dan itu juga disebutkan dalam buku-buku ramalan tentang keterkaitan manusia dengan Langit.
- Legitimasi kekuasaan. Orang Tiongkok jaman dahulu percaya bahwa bintang di langit atau alam semesta ini memiliki keterkaitan atau hubungan yang mempengaruhi dengan manusia atau suatu dinasti. Qin Shihuang memerlukan legitimasi ini dari buku ramalan bahwa kerajaannya “diberkati” Langit.
- Buku ramalan jaman dahulu jangan kita pikir seperti buku ramalan jaman sekarang. Isinya penuh dengan pendapat atau komentar mengenai alam dan pergerakan alam. Coba saja lihat Yijing, isinya tidak sekedar ramalan saja. Misalnya isi gua ( baca kua ) pertama : Pergerakan langit untuk kebaikan dan tidak mengenal lelah karena itu raja harus tiada henti memajukan diri. Kedua , Langit adalah pemimpin atau induk dari segala mahluk, seperti juga raja pemimpin dari rakyat, membuat Tianxia ( negara ) menjadi damai dan tentram.
- Qin Shihuang juga orang yang percaya ilmu ramal.
Mengenai ilmu ramal, Xun Zi mengatakan bahwa mereka yang mengerti perubahan tidak akan meramal. Wu atau “dukun”, bisa dikatakan jaman dahulu bukan seperti dukun yang sekarang kita lihat. Wu dan Xi ( cat: wu untuk wanita dan xi untuk pria ) memiliki peranan penting dalam ritual kenegaraan jaman dahulu. Jadi wu dan xi jaman dahulu bukan pelaku ilmu santet.
Jiang tou atau kongtaw sebenarnya adalah sebutan orang Tionghoa di Asia Tenggara untuk ilmu santet yang ada di Asia Tenggara. Jaman dahulu terutama yang tercatat dalam sejarah kerajaan Han dan Tang, yang disebut ilmu santet adalah menggunakan boneka yang ditulisi namanya dan tanggal lahir. Bisa disebut chao ren, mu ren. Jadi semacam ilmu Voodoo Tiongkok. Dan pelarangan ilmu tersebut dikumandangkan oleh kaisar dinasti Han ( saya lupa nama kaisar tersebut ) dan bagi yang melakukannya akan dibunuh sekeluarga. Ini yang saya tahu pelarangan resmi pertama yang dicatat dari kerajaan terhadap praktek-praktek santet atau disebut juga xieshu.
Mengenai masalah pembakaran buku-buku Ru, ada yang perlu saya tambahkan disini. Ketika Qin Shihuang berhasil menyatukan seluruh daratan, ia memerlukan pengakuan dari banyak pihak, caranya antara lain melakukan upacara Fengshan ( cat: saya artikan upacara pengakuan keabsahan kekuasaan oleh para leluhur di gunung Tai ) seperti yang dianjurkan Kong Zi. Sayangnya para pelajar Ru tidak tahu bagaimana tata cara upacara Fengshan sehingga Qin Shihuang marah dan membuat tatacaranya sendiri. Jadi sebelum Li Si bicara, Qin Shihuang sudah memendam rasa kesal.
XUAN TONG
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa