Budaya-Tionghoa.Net | Hukum kejadian sebab akibat dalam pengertian Confucianisme ditekankan dari sisi etika moral yang menggemilangkan kebajikan. Seseorang sebelum mampu mengatur dunia haruslah mampu mengatur diri sendiri dimana dia harus mampu mengolah jati diri sejatinya dengan meluruskan atau mengendalikan pikirannya. Dengan membulatkan tekad maka dia akan mampu meluruskan atau mengendalikan pikirannya secara baik yang kesemuanya dimulai dari meneliti inti dari setiap kejadian [Ke’-wu]. Perenungan yang demikian akan membawa seseorang berusaha mengolah dirinya dan mengharmonisasikan kehidupan rumah tangganya, sehingga mampu mengatur negerinya menuju tercapainya perdamaian dunia.
|
” Manusia jaman dulu yang hendak mewujudkan kebajikan mereka yang bercahaya kepada setiap kehidupan di dunia, terlebih dahulu dia berusaha mengatur negerinya; Untuk mengatur negerinya, terlebih dahulu dia mengharmonisasikan kehidupan rumah tangganya; Untuk mengharmonisasikan kehidupan rumah tangganya, terlebih dahulu dia mengolah dirinya; Untuk mengolah dirinya, terlebih dahulu dia meluruskan pikirannya; Untuk meluruskan pikirannya, terlebih dahulu ia membulatkan tekadnya secara baik; Untuk membulatkan tekadnya secara baik, terlebih dahulu dia menambah pengetahuannya; dan Untuk menambah pengetahuannya, dia harus meneliti inti dari setiap kejadian.
Dengan meneliti inti dari setiap kejadian akan menambah pengetahuannya; Dengan bertambah pengetahuannya akan dapatlah membulatkan tekadnya secara baik; Dengan tekad yang baik akan dapatlah meluruskan pikirannya; Dengan pikiran yang lurus akan dapatlah mengolah dirinya; Dengan diri yang terolah akan dapat mengharmonisasikan rumah tangganya; Dengan rumah tangga yang harmonis akan dapat mengatur negerinya; dan Dengan negeri yang teratur akan
dapat dicapai kedamaian di dunia.” (Da Xue , the Text)
Lima Norma Kesopanan [Wu Lun ]
Confucius mengajarkan bahwa terdapat lima hubungan norma kesopanan [Wu Lun] dalam kehidupan bermasyarakat, dimana secara bersama membentuk suatu dasar interaksi manusia yang diwujudkan dalam lima sifat mulia [Wu Chang], yaitu Jen, I, Li, Chih, dan Hsin. Dengan menjalani kehidupan secara berkesesuaian terhadap lima hubungan norma kesopanan tersebut, maka seseorang akan memiliki kehidupan moralitas yang tinggi terhadap hubungan pribadinya maupun terhadap komunitas sebagai suatu eksistensi bersama yang harmonis.
Hubungan Wu Lun yang dipaparkan secara berpasangan dapatlah dilihat sebagai suatu paduan keharmonisan unsur Yin-Yang dimana nama awal sebagai dominan bertindak selaku Yang dan nama yang kedua sebagai pengikut bertindak selaku Yin. Lima hubungan tersebut terdiri dari :
Ayah dan anak
Suami dan isteri
Saudara yang lebih tua dan saudara yang lebih muda
Teman yang lebih tua dan teman yang lebih muda
Pemimpin dan bawahannya.
Sehingga seseorang dalam hubungan tersebut di atas dapat menunjukkan kedua sifat Yin dan Yang. Sebagai contoh, seorang ayah, bersifat Yang dalam hubungan dengan istri dan anaknya, dan bersifat Yin dalam hubungan dengan pimpinannya ataupun terhadap teman dan saudaranya yang lebih tua. Seorang anak adalah bersifat Yin dalan hubungan dengan ayahnya dan Yang dalam hubungan dengan saudara atau temannya yang lebih muda. Confucius tidak menjelaskan masalah yang kemungkinan dapat terjadi apabila suatu keluarga dimana anak kedua (dalam pengertian China) memiliki keunggulan yang lebih dominan daripada saudara tuanya; juga tidak ditegaskannya apakah seorang perempuan layak memiliki sifat selain Yin.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua