Budaya-Tionghoa.Net | Ajaran Lau Zi, lebih dikenal sebagai Taoisme, merupakan suatu paham filsafat yang lahir di Tiongkok dan telah mengalami berbagai perkembangan selama ribuan tahun. Dikembangkan oleh Lau Zi yang hidup pada masa 604 – 531 SM, dengan kitab utamanya yang disebut Kitab tentang Jalan Kebenaran [Tao Tee Cing] dan merupakan suatu kitab filsafat singkat yang sangat rumit dan hanya terdiri dari 5.250 huruf. Dalam Tao Tee Cing, terdapat gagasan yang terkenal sebagai ` Tiada Berbuat ‘ [Wu Wei], yang berarti membiarkan segala hal terjadi sesuai dengan apa adanya, alami, dan bukan dibuat-buat.
Pendapat mengenai Wu Wei ini dapat disamakan dengan inti ajaran Ch’an dalam Buddhisme Mahayana, ataupun konsep Trilaksana/Tilakkhana, khususnya pengertian konsep Ketidakmelekatan dan Ketanpa-akuan. Pandangan-pandangan Lau Zi erat kaitannya tentang dunia dan alam semesta serta hubungannya dengan kehidupan manusia, pemerintahan, dan Yang Maha Esa [Tao]. Tao terkesan tidak logis, dan memang Tao melampaui batas-batas logika. Sehingga untuk dapat memahami dan mengerti secara mendalam ajaran Lau Zi yang sulit ini diperlukan usaha yang tekun dan perenungan yang mendalam atau secara intuisi.
|
Kebanyakan orang mengidentikkan Taoisme sebagai sesuatu yang bersifat gaib dan mistik. Hal ini disebabkan pada zaman Hao Han, terdapat seorang pengikut Taoisme bernama Zhang Tao Ling yang bergelar Zhang Thien She menyebarkan ajaran Lau Zi dengan menambahkan ilmu gaib dan mistik.
Terlepas dari berbagai perkembangan yang ada, ajaran murni Lau Zi bersama dengan ajaran Confucius telah membentuk kebudayaan China lebih dari 2000 tahun. Warisan Taois, dengan penekanan pada kebebasan diri dan spontanitas, sistim pemerintahan sosialis, pengalaman mistik, dan teknik pengolahan diri, telah merupakan suatu jalan kerohanian yang agak berlawanan dengan paham
Confucianis yang lebih terkonsentrasi kepada kewajiban moral seseorang, standar kehidupan bermasyarakat, dan tanggung jawab pemerintahan. Lau Zi hidup pada era Ciu, tahun 604 SM dan hampir satu era dengan Confucius dan Buddha Gautama. Pada garis besarnya, ketiga Guru Agung tersebut mempunyai banyak persamaan, tetapi pada detailnya juga terlihat banyak perbedaan.
Namun perbedaan-perbedaan tersebut, apabila dihayati lebih lanjut akan terlihat merupakan suatu hal yang saling melengkapi satu dan lainnya. Salah satu ungkapan Beliau yang sangat sederhana, tetapi menjadi sangat terkenal dimana sering dijadikan pendorong semangat dalam setiap usaha atau kegiatan pada kehidupan saat ini, yaitu “Perjalanan seribu Li dimulai dari satu langkah kecil. ” (Tao Tee Cing Bab 64, 5 ).
RIWAYAT SINGKAT GURU LAU ZI
Tidak banyak catatan yang dapat ditemukan mengenai kehidupan Lau Zi yang bernama asli Li Erh dengan gelar Dewata, Lau C’un, Th’ai Shang Lau C’un, atau Th’ai Shang Hsuan Yuan Huang Ti. Menurut sejarahwan Tiongkok, Suma Xian (Shu Xian) yang menulis sekitar tahun 100 sesudah masehi, bahwa Lau Zi berasal dari desa Ch’u-jen, propinsi Hunan, dan hidup sekitar abad ke-6 SM,
di ibu kota Loyang negara Ch’u. Nama keluarganya Li, dan nama panggilannya Erh. Beliau sempat diangkat sebagai seorang ahli perpustakaan [Shih] kerajaan pada masa pemerintahan Dinasti Chou (1111 SM – 255 SM). Sebagai seorang ahli perpustakaan maka Beliau juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang perbintangan dan peramalan, yang juga menguasai berbagai kitab kuno.
Suma Xian yang melakukan penelitian secara mendalam, dan sesudah menemui beberapa orang yang pernah bertemu Lau Zi, dimana salah satunya Lau-Lai-Zi, seorang Taois pengikut Confucius dan seorang ahli perbintangan bernama Tan, maka Suma Xian menyatakan bahwa kemungkian Lau Zi telah hidup 150 tahun, malah ada yang mengatakan lebih dari 200 tahun. Menurut kepercayaan kuno
saat itu, seorang Guru Agung dapat hidup kekal, hal ini merupakan suatu hal yang alami karena para pengikut Tao menyembah Guru mereka yang dipercayai memiliki kehidupan kekal. Kepercayaan ini kemungkinan lebih berkembang pada tradisi sebelum Chuang Zi, seorang Guru Agung Taois yang hidup sekitar abad ke-4, karena dalam karya-karya Chuang Zi, walaupun Beliau ada menyinggung
hal-hal yang berkaitan dengan kematian tetapi tanpa diberikan penekanan khusus terhadap suatu bentuk kekekalan.
Untuk menjelaskan kenapa kehidupan Lau Zi penuh kejanggalan, Suma Xian menjelaskan bahwa dia adalah seorang pertapa yang mengenalkan doktrin ‘Tiada Berbuat’ [Wu Wei] , suatu pengolahan diri untuk mencapai kesunyian diri sejati, dan penyucian pikiran. Walaupun pada kenyataannya, sepanjang sejarah China, selalu tercatat adanya para pertapa yang meninggalkan kehidupan duniawi.
Sehingga dipercayai juga, bahwa pengarang Tao Te Cing kemungkinan berasal dari pertapa seperti ini yang tidak meninggalkan jejak kehidupannya. Keberadaan legenda Lau Zi sempat dipertanyakan oleh para cendekiawan, dengan alasan Tao Te Cing tidak mungkin ditulis oleh satu orang saja. Beberapa cendekiawan mengatakan bahwa Tao Te Cing kemungkinan berasal dari era Confucius, dan beberapa lainnya mengatakan kitab tersebut berasal dari sekitar abad ke-3 SM. Kesimpang siuran ini menyebabkan beberapa cendekiawan yang menyatakan bahwa pengarang Tao Te Cing dilakukan oleh Tan, seorang ahli perbintangan.
Sementara lainnya, yang berdasarkan biografi dari Suma Xian, menelusuri garis keturunan dari Sang Guru Agung tersebut, berhasil mengaitkan kehidupan Lau Tan pada sekitar abad ke-4 SM. Tetapi hasil penelusuran garis keturunan tersebut tentunya agak sulit dipertimbangkan dari sudut sejarah. Ini hanya dapat membuktikan bahwa pada masa kehidupan Suma Xian, terdapat keluarga bermarga Li yang mengakui sebagai keturunan dari Guru Agung Lau Zi. Hal ini tidak meletakkan suatu dasar yang kuat untuk memastikan keberadaan Lau Zi. Nama Lau Zi sendiri ada kemungkinan untuk menunjukkan gelar kehormatan terhadap Guru Agung Tao daripada nama pribadi seseorang.
Bersambung.
Pihak yang ingin mempublikasi ulang tulisan dalam web ini diharapkan untuk menyertakan link aktif : www.budaya-tionghoa.net dan link aktif yang berada didalam tulisan atau membaca lebih jauh tentang syarat dan kondisi . Mempublikasi ulang tanpa menyertakan tautan internal didalamnya termasuk tautan luar , tautan dalam , catatan kaki , referensi , video , picture , sama dengan mengurangi konten dalam tulisan ini.