Budaya-Tionghoa.Net | Sebenarnya saya belum begitu lama mengenal Mas Kusno. Tapi saya sudah mulai tertarik kepadanya. Sebab dia selalu ngomong dan bercerita tentang hal-hal besar. Yang bukan urusan biasa sehari-hari, bukan hal sepele. Apa dia bilang? Katanya, kita yang hidup di luarnegeri ini, jangan hanya enak-enak saja, menikmati kehidupan sehari-hari, tanpa mengingat keadaan teman-teman dan anak-anak miskin di tanahair. Ingat anak-anak jalanan – ingat anak-anak yatim-piatu – anak-anak miskin yang hidupnya bukan hanya tidak mampu bersekolah, tetapi mau hiduppun susah! Sudah seharusnya kita ini mengulurkan tangan buat membantu mereka. Kiita harus berbuat demi anak-anak itu. Masaksih kita tidak bisa menyumbang barangkan sedikit – memisahkan uang pendapatan kita barangkan satu dua euro – atau seberapalah semampu kita.
Bukankah sangat bagus apa yang dikatakan Mas Kusno itu? Saya katakan pada anak saya, kita harus memulai apa yang dikatakan Mas Kusno itu. Dalam batin saya, orang seperti Mas`Kusno inilah yang bisa kita jadikan pimpinan. Pikiran dan perhatiannya penuh dicurahkan buat kepedulian buat anak-anak miskin – bagi rakyat awam – yang hidupnya sangat susah. Saya harus berteladan kepada Mas Kusnp yang sangat peduli pada rakyat miskin ini. Saya merasa beruntung betul saya punya teman seperti Mas Kusno ini. Dan dalam pada itu kami sudah mengadakan hubungan dengan badan-badan penampung anak-anak jalanan – anak-anak yatim-piatu dan anak-anak miskin lainnya. Kami mengadakan hubungan secara langsung dengan mereka. Tentu saja melalui rumah-penampungannya – organisasi yang membawahinya secara langsung. Tidak melalui LSM lainnya secara tidak langsung. Kami mau langsung sampai di akar-runputnya – tidak mau melalui orang lain atau LSM lain.
Kami sedang merencanakan suatu Malam Dana buat mencari uang demi anak-anak miskin itu. Kami akan mengadakan bazar – penjualan makanan – barang-barang kerajinan tangan. Barang makanan seperti gado-gado-lontong – pastel – kroket – migoreng – lempar – rujak dan banyak makanan lainnya. Lalu kerajinan tangan – hasil kerajinan tangan – dan penjualan lukisan. Termasuk hasil kerajinan tangan anak-anak miskin dari tanahair secara langsung yang kami terima. Dan kami juga mengadakan pertunjukan tarian – nyanyian dan pertunjukan lainnya, dengan menjual tiket murah – yang terbeli oleh semua orang di kampung kami.
Dan buat semua itu, kami menyewa gedung. Dan gedung itu harus kami bersihkan sendiri – ditata – disusun sendiri – didekori – dihiasi sendiri. Kami kerjakan semua melalui tangan kami sendiri. Ketika kami pada berjanjian pada`jam berapa kita mulai kerja. Kami putuskan pada jam 13.00, sebab pertunjukan akan dimulai pada jam 16.00. Semua teman tiuba pada jam perjanjiannya. Tetapi ketika sudah jam 14.00, tidak saya lihat Mas`Kusno. Belum datang barangkali dia. Atau ada urusan penting agaknya. Lalu saya tanyakan kepada beberapa teman yang sedang bekerja. Ada yang menjawab dengan agak tidak bersenang hati. Ada yang menjawab yang tampaknya sinis. Dan ada`seorang temab yang lalu bertanya kepada saya ‘rupanya sampeyan belum mengenal benar ya, siapa Mas Kusno……..’. Saya agak heran juga atas perkataannya itu. Lalu saya kejar apa maksudnya perkataannya itu. Katanya Mas`Kusno selalu pabila sudah waktunya bekerja kasar – menyingsingkan baju buat turun langsung bekerja,- akan selalu di belakang atau bahkan tidak pernah datang…….’Dia hanya ngomongnya saja besar…..dia grote mond……….tapi kerja kongkritnya nol besar…demikian kata teman itu. Saya tidak langsung percaya begitu saja akan omongan teman ini. Dan lama-kelamaan, pada `akhirnya sayapun secara pelan-pelan dan meyakinkan, tahu juga bahwa apa yang dikatakan teman itu, benar juga agaknya.
Ketika Mas`Kusno berlibur ke tanahair, ada teman-teman yang mengatakan dan menceritkan, bahwa Mas Kusno selama jangka rentang liburan itu, kebanyakan waktunya ada di diskotik – di pub – klab-malam dan di restoran terkenal. Tidak ada berhbungan dengan rakyat atau anak-anak miskin sebagaimana dia sebut-sebut dan ceritakan itu. Dan kepada diri sayapun, ada juga terbukti apa yang dikatakan beberapa teman itu. Mas Kusno ini dalam soal janji – omongan dan perbuatannya sangat lain dan berbeda. Secara kasarnya – orang ini sangat sulit dipercayai. Lalu kenapa dulu itu, saya begitu percaya dan hampir saja terjerumus dalam lembah kefanatikan? Ini menandakan saya sendiripun belum matang buat menilai seseorang. Untung begitu banyak teman-teman yang telah membukakanb mata – hati saya. Dalam hati saya lagi – amatlah tepat mengibaratkan orang yangf banyak omong itu – omong besar – gede ngomong itu adalah Tong Kosong yang selalu nyaring bunyinya,-
————————————————-
Holland,- 1 juni 04,-
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/4049