Budaya-Tionghoa.Net | Beberapa tahun yang lalu, pabila mau melihat dan mau tahu di mana rumah-rumah dan perumahan yang indah-indah dan bagus-bagus di Jakarta, orang akan menunjuk ke Pondok Indah dan Cinere. Tetapi sekarang ini saingannya sudah begitu banyak. Sudah ada Pantai Mutiara yang melebihi dua nama itu. Dan nama Cibubur pelan-pelan melambung tinggi – melesat jauh melangit. Kota Pesona Wisata Dunia itu dari sehari ke sehari membangun perumahan mewah. Rata-rata perumahan di sana berlantai ganda – halamannya luas dan,- nah inidia – agaknya seperti tersembunyi. Tak mau banyak diketahui orang – agak malu-malu dan bagaikan setengah tertutup buat sementara. Dan suasana alam kehutanannya masih lebat – banyak pohon-pohon lama – besar dan tinggi-tinggi. Pusat perbelanjaan dari sehari ke sehari selalu bertambah dan selalu meriah. Orang-orang Jakarta kota dan Jakarta pinggiran, banyak yang berbelanja dan makan-makan di sana – di kota wisata CIBUBUR.
|
Semula di sana ada rumah Habibi ketika dia masih menteri Ristek yang pabila dia mau belanja ke sekitar Jawa Barat, misalnya ke Bandung, akan selalu menggunakan helikopter. Lalu ada rumah Bob Hasan – raja kayu atau raja hutan – yang kini sudah bebas dari penjara Nusakambangan. Dan ada lagi rumah beberapa menteri yang dikenal banyak uang dan banyak korupsinya. Ada beberapa rumah para jenderal, baik dari angkatan darat maupun angkatan laut serta angkatan udaranya. Para jenderal dan para konglomerat, membangun rumah-rumah mewah di Cibubur. Kebanyakan rumah yang besar dan bagus-bagus itu, hanya didiami beberapa orang. Dan beberapa orang itu adalah bagian penunggu rumah – atau para satpam dan para tukangkebunnya. Perumahan yang bagus-bagus dan mentereng ini, hanyalah buat modal investasi – modal hipotek – hartabenda tak bergerak. Pada waktunya akan dijual pabila harga sama-sama berkenan antara pembeli dan penjualnya. Orang pintar dan bijak, akan selalu menyimpan uangnya dalam investasi rumah. Bukan uang yang di bank atau bukan dengan emas intan, tetapi dengan rumah – istana kecil yang dikelilingi kolam-renang dan halaman dengan rerumputan manila dan hijau-hijauan yang amat bagus – lembut dan mempesona.
Uang – dan emas – intan – dan hartabenda lainnya bisa naik-turun harganya. Tetapi hartabenda berupa rumah – bangunan dan tanah, akan selalu naik dan sangat sulit turun. Kebanyakan dan rata-rata bergrafik selalu naik – naik dan naik – tinggi dan tinggi. Dan Cibubur adalah tempatnya buat membangun rumah-rumah mewah – yang pada umumnya berlantai ganda dan halamannya sangat luas dengan rerumputan yang pilihan. Cibubur masih dalam membangun – belum merupakan tanah-jadi atau daerah sudah-siap pakai dengan baik dan bagus.
Cibubur masih panjang ceritanya – dan masih belum selesai secara tuntas.
Cibubur sangat mempesona – dan tidak atau belum terbuka buat dilihat secara bebas, tetapi masih dalam berhias-diri buat manggung di depan dunia peragaan dan pagelaran. Masih banyak jalannya belum diaspal – masih ada semak-semak. Tetapi perkara rumah dan perumahannya, tidak peduli perkara jalanan dan semak-semak. Sebab dia tahu, kapan semua itu akan dibabat dan diaspal secara mulus dan tuntas. Tetapi pasaran dan pusat perbelanjaan terutama makanan – tempat penongkrongan tidak jauh berbeda dengan jalanan Margonda di Depok. Perumahan bergaya Jepang – Spanyol – Marokko – Itali – Yunani – tergantung pesanan, tetapi selalu ada dan tersedia. Tinggal uangnya saja!
Saya kira lebih separuh dari rumah mewah – besar dan bagus-bagus ini tidak didiami oleh pemiliknya sendiri. Tetapi “ditugaskan” oleh pemiliknya buat didiami oleh para “satpam” dan tukangkebunnya atau pegawai – pekerja rumah itu sendiri. Sebab keberadaan rumah-rumah hebat itu memang hanya buat menunggu bertukar dengan uang atau fasilitas kemudahan lainnya yang jauh lebih menarik bagi si pemilik. Orang akan bingung melihat rumah-rumah yang begitu indah – bagus dan mempesona, tetapi terlihat sunyi-sepi. Begitu besar dan begitu asyik, tetapi sepi-sunyi manusia. Semua ini terjadi karena menunggu pertukaran uang atau lisensi yang jarang-terduga, tetapi begitulah adanya,-
———————————————————————-
Holland,- 26 juni 04,-