Budaya-Tionghoa.Net | Kota Changde yang terletak di bagian barat laut Provinsi Hunan, Tiongkok Tengah adalah sebuah kota budaya yang bersejarah lebih dua ribu tahun. Untuk memperagakan budaya yang dimiliki, kota tersebut pada tahun 1990-an telah membangun Tembok Seni Syair, Kaligrafi, Lukisan dan Ukiran yang paling panjang di dunia. Kini tembok seni tersebut sudah tercantum dalam catatan Guinness Sedunia.
|
Pembangunan Tembok Seni Changde dimulai pada tahun 1991 dan selesai pada tahun 2000. Tembok itu dibangun di tanggul penahan banjir tepi utara Sungai Yuanjiang yang mengalir melintasi kota Changde.
Pada tembok granit sepanjang 3 kilometer itu terukir lebih 1.200 syair terkenal dari berbagai zaman di Tiongkok dan dunia.
Syair-syair itu terlebih dulu dituliskan dengan tangan oleh 900 ahli kaligrafi terkenal di Tiongkok, kemudia diukirkan di atas batu granit oleh tukang. Selain itu, pada tembok seni itu diukirkan 43 lukisan ukir batu ukuran besar yang isinya sesuai dengan syair-syair tersebut.
Lukisan-lukisan itu juga karya pelukis terkenal Tiongkok zaman sekarang. Setelah diadakan pembuktian berulang-ulang, tembok itu pada tahun 2000 dicantumkan dalam catatan Geneese Sedunia sebagai “Tembok Seni Syair, Kaligrafi, Lukisan dan Ukiran Yang Terpanjang di Dunia”.
Sejak zaman dahulu kala, bangsa Tionghoa adalah suatu bangsa yang gemar membuat syair dan lukisan. Namun, memperagakan syair di tanggul dalam bentuk kaligrafi dan ukiran, Changde adalah yang pertama.
Konseptornya tak lain adalah Wu Shunsheng, mantan anggota Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Kota Changde. Setelah mengetahui kota ini akan membangun tanggul penahan banjir, segera terpikir di benaknya, bagaimana kalau di tanggul itu dibuat tembok syair? Maka dituangkanlah ide itu ke dalam rancangan resolusi, dan segera mendapat perhatian dari pimpinan MPPR dan pemerintah kota. Konsep itupun akhirnya diterima oleh pemerintah kota.
Berbicara tentang idenya tersebut, Wu Shunsheng mengatakan, “Tembok itu bisa memperagakan budaya yang dimiliki kota Changde. Dengan mengukir syair-syair pada tanggul, akan terbentuk suatu lanskap budaya dan menjadi taman. Tembok syair adalah museum dan pameran di ruang terbuka.” Demikian kata Wu Shunsheng.
Berjalan menyusuri tanggul Sungai Yuanjiang sambil membaca dan menyelami makna syair-syair yang terukir di atasnya, sungguh suatu pengalaman yang nikmat.
Tembok syair terbagai enam bagian. Syair pada bagian pertama dan kedua mencerminkan sejarah kota Changde dan karya-karya abadi pujangga Tiongkok zaman kuno seperti Qu Yuan, Tao Yuanming, Li Bai dan lain-lain ketika bertamasya di kota ini; bagian ketiga dan keempat melukiskan keindahan pemandangan kota Changde; bagian kelima adalah syair dan lukisan ukir yang menggambarkan kebangkitan bangsa Tionghoa. Dan pada bagian terakhir terukir lebih seratus sajak buah tangan hampir sastrawan besar dari 54 negara.
Setelah menyaksikan tembok syair sepanjang tiga kilometer, wisatawan dapat berjalan-jalan ke Taman Tembok Syair di sebelahnya. Taman dibangun mengelilingi Tembok Syair, juga sepanjang beberapa kilometer. Di dalam taman itu terdapat batu-batu besar yang aneh bentuknya dan empat bangunan loteng gaya klasik di tepi sungai. Meskipun Tembok Syair dan taman adalah lanskap buatan, namun berhubung Tembok Syair, Pantai Sungi dan Sungai Yuanjiang bersambungan menjadi suatu keutuhan, maka tampak begitu serasi dan alamiah. Kini, Tembok Syair dan Taman Tembok Syair sudah menjadi tempat rekreasi warga kota Changde yang paling sering dikunjungi.
Seorang warga kota mengatakan, bahwa pada awal pembangunan tembok itu, banyak warga kota tidak paham dan tidak mendukungnya. Namun setelah dibangun, mereka merasa bangunan itu ada baiknya untuk mempublikasikan Changde dan Tiongkok kepada masyarakat di luar negeri, disamping merupakan tempat rekreasi yang baik bagi warga kota untuk menambah pengenalan terhadap kebudayaan nasional. Setiap petang, banyak warga kota berjalan-jalan ke taman ini.
Untuk melindungi semua prasasti syair itu dari sengatan matahari dan terpaan hujan asam, permukaan prasasti dilapisi cat pelindung, dan akan dibangunkan koridor panjang gaya klasik sebagai penutup.
Dengan berjalan-jalan santai di tepi Sungai Yuanjiang, sambil menghirup udara segar dan membaca bait-bait syair yang terkenal, sungguh suatu kenikmatan yang tersendiri. Untuk meresapi nuansa puitis itu, sebaiknya Anda datang sendiri ke Changde, tentu Anda tidak akan kecewa.
Rinto Jiang
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua
REFERENSI : China Radio International , http://eng.changde.gov.cn