Budaya-Tionghoa.Net | Sun Yatsen tidak hanya mengklaim bahwa Republik Tiongkok mewarisi wilayah territorial Dinasti Qing tetapi juga dengan memodifikasi konsep multi etnik penguasa Qing dengan doktrinnya yang termashur , wuzu gonghe [Han , Manchu , Mongol , Hui , Tibetan] . Sun menekankan bahwa lima etnis terbesar di Tiongkok itu harus saling mencintai satu sama lain dan berkerja sama seperti layaknya saudara.
Simbol persatuan tersebut terwujud dalam lima garis dalam bendera Republik Tiongkok dan meyakinkan etnis minoritas untuk kembali dalam term Tiongkok.
Dalam pidato di tanggal 19 September 1912 , Sun menyatakan bahwa seluruh grup etnis harus bersatu dan Tiongkok akan bangkit sebagai Great Power.
Lima garis itu berwarna merah [Han] , kuning [Manchu] , biru [Mongol] dan putih [Muslim/Hui] dan hitam [Tibetan]. Bendera tersebut tidak digunakan lagi ketika Republik Tiongkok mengakhiri masa warlord.
Konsep Bendera ini juga dipinjem oleh pemerintahan boneka Jepang , Manchukuo dengan komposisi warna menjadi , merah [Jepang], Tionghua [Biru], putih [Mongol] , hitam [Korea] dan kuning [Manchu]
Sun mendeklarasikan “Teritori Han , Manchu , Mongol , Hui dan Tibetan harus terintegrasi kedalam satu negara” dan itu adalah Persatuan Nasional “National Unity”.
Rakyat yang berada dalam negara adalah sederajat dan tidak terbedakan secara SARA. Doktrin Sun tentang wuzu gonghe ini bisa ditelusuri ke masa Qianlong , kaisar terbesar Dinasti Qing yang untuk mendapat legitimasi kekuasaan mengklaim bahwa pemerintahannya tidak terkait dengan etnisitas Manchu .
Segaris dengan pernyataan Sun , Hukum Provisional Republik 1912 secara khusus mengidentifikasi kawasan Mongolia , Tibet dan Qinghai sebagai bagian integral dari Tiongkok meskipun bagian terbesar dari kawasan perbatasan adalah tambahan dari kekaisaran Qing di masa lampau.
Doktrin Sun tentang kesetaraan dari lima etnis utama ini tidak berdasar pada prinsip self-determination , meskipun Nasionalis Tiongkok terpengaruh oleh doktrin Wilsonian yang menekankan self-determination .
Dalam konteks Tiongkok adalah kebebasan dari belenggu imperialist asing dan bukan hak bagi setiap suku bangsa untuk memerdekakan diri. Diskusi Sun ini menyoroti wacana Mongol , Muslim dan Tibetan untuk mendirikan negara sendiri.
Doktrin Sun tentang kesetaraan etnis diantara superioritas Han menghindari tipikal konsepsi Tionghua dengan superioritas budayanya.
Sun membuat negara dan nasionalisme yang sepaham di Tiongkok dengan menggunakan term guozu zhuyi untuk merujuk nasionalisme dan loyalitas ras Tionghua terhadap negara Tiongkok. Sun percaya bahwa sejarah Tiongkok memiliki keunikan dengan keragaman etnis yang dipimpin oleh satu negara.
[Image 1: Bendera Republic of China , 1912-1928] [Image 2 : Bendera Manchukuo]
REFERENSI :
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/55751 [Xuan Tong]
- Zhao Suizheng, “A Nation State By Construction : Dynamic of Modern Chinese Nationalism”
- Reza Hasmath ,” Managing Ethnic Diversity” ,