Budaya-Tionghoa.Net | Arsip-arsip dan buku-buku Belanda merupakan sumber sejarah Nusantara yang penting, karena selama keberadaannya di Kepulauan Nusantara, orang-orang Belanda rajin sekali melakukan pencatatan, terutama yang berkaitan dengan pemerintahan dan perdagangan. Selain itu, terdapat pula catatan yang berkaitan dengan budaya dan adat istiadat setempat. Bagi mereka pengetahuan mengenai budaya dan adat istiadat setempat sangatlah diperlukan, karena mendukung upaya mereka dalam memerintah daerah jajahan.
|
Karena keberadaan orang Tionghua yang telah cukup lama di Kepulauan Nusantara, mustahil Belanda tidak menulis tentangnya. Ternyata banyak sekali data sejarah tulisan orang-orang Belanda yang mencatat mengenai etnis Tionghua. Sebagai contoh adalah buku “Borneo’s Wester Afdeeling” karya P.J. Veth yang terbit pada abad ke-19. Buku ini memaparkan sejarah, budaya, adat istiadat, dan kondisi geografis kawasan Kalimantan bagian barat; termasuk peri kehidupan orang-orang Tionghua di sana.
Veth memaparkan mengenai sejarah kedatangan orang Tionghua di bumi Kalimantan dan juga pertumbuhan berbagai kongsi. Namun menariknya, disebutkan juga bahwa orang Tionghua telah ada pula hingga sejauh Kapuas Hulu (Boven Kapoeas) yang letaknya jauh berada di pedalaman. Sebagai contoh, Veth mengatakan bahwa di Silat terdapat 70 orang Tionghua. Silat adalah kerajaan kecil yang berada di pedalaman Kapuas Hulu. Kemudian di daerah Sekadau juga terdapat 400 orang Tionghua. Jadi orang Tionghua tidak hanya berada di daerah kongsi saja, seperti Sambas dan Pontianak.
Arsip-arsip lain kolonial juga tidak sedikit yang membicarakan mengenai orang-orang Tionghua. Dengan demikian, penelitian terhadap arsip-arsip Belanda dapat membuka dan memperluas wawasan mengenai sejarah etnis Tionghua di Kepulauan Nusantara.
Regeering Almanak banyak sekali memuat nama-nama orang Tionghua yang ada di Nusantara saat itu. Itu semacam hand book pemerintahan mereka. Sebenarnya itu sumber sejarah yang kaya. Juga ada daftar perusahaan2 orang Tionghua. Di sini kita bisa mengetahui apa bidang usaha orang2 Tionghua pada zaman kolonial.Orang Belanda sebenarnya sangat mengawasi gerak gerik orang Tionghua, karena orang Tionghua memang terkenal “bandel” di zaman itu. Jadi sangat penting bagi Belanda meregistrasi orang-orang Tionghua. Kebjiaksanaan mereka biasanya dicantumkan dalam Kolonial Verslag. Arsip Kolonial Verslag itu banyak menumpuk di ANRI tapi nampaknya jarang disentuh.
“Regeeringsalmanak” terdiri dari dua jilid. Jilid pertama adalah berbagai peraturan dan undang-undang. Jilid kedua mengenai personalia.Walaupun namanya adalah “almanak pemerintah”, namun tidak hanya mereka yang bekerja pada/berhubungan langsung dengan pemerintah (misalnya residen, asisten resimen, bupati, wedana, atau opsir2 Tionghoa, etc) yang namanya dimuat dalam”Regeeringsalmanak” jilid 2. Namun disitu dimuat juga berbagai organisasi sosial maupun keagamaan dengan nama pengurusnya.
REGEERINGSALMANAK
Untuk soal Tionghoa, hal terpenting dari “Regeeringsalmanak” adalah daftar nama opsir TIonghoa dari berbagai daerah, dari jaman ke jaman. Mungkin di “Regeeringsalmanak” inilah satu2nya data terlengkap soal opsir Tionghoa di Jawa (sampai kemudian dihapuskan tahun 1933/34, dengan perkecualian di Batavia).
Bagian mengenai opsir Tionghoa ini ada di seksi “binnenlands bestuur”. Cara termudah untuk mencari nama seseorang adalah di bagian indeks “Regeeringsalmanak” jilid 2 di bagian halaman belakang.
Jika mencari “Tan Bun Hwie, seorang pedagang kaya pemilik persil Gedong Gula dahulu”, kemungkinan data tersebut tidak ada di “Regeeringsalmanak” , karena tidak menjabat posisi seperti yang disebutkan seperti diatas.
Sumber yang paling tepat adalah “Handboek voor cultuur- en handels-ondernemingen in Nederlandsch-Indië 1888-1940”. disini bisa dicari daftar nama pebisnis dari berbagai macam etnis (Eropa-Tionghoa-Arab dan sedikit Pribumi). Yang lebih penting lagi adalah jumlah modal usaha & nama para pemegang saham dari badan usaha yang terdaftar resmi pada pemerintah akan disebutkan dengan detil.
Buku ini muncul setiap tahun dan bisa dijumpai di perpustakaan Leiden, karena mereka punya lengkap edisi 1888-1940 (53 edisi lengkap). Saya sudah cek langsung beberapa edisi di akhir 1930an-1940. Informasinya amat banyak dan berguna. Twang Peck- yang yang disertasinya sudah terbit dalam bahasa Indonesia, mempergunakan sumber ini. Menariknya, intelejen Jepang sebelum menyerbu Indonesia, mereka juga mempelajari etnis Tionghoa dan salah satu acuan yang mereka gunakan untuk mengetahui kekuatan dan peran ekonomi Tionghoa adalah buku referensi ini. Hal ini menunjukkan nilai lebih buku tahunan tersebut.
Ivan Taniputera & Didi Kwartanada
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa | Facebook Group Tionghoa Bersatu
CATATAN ADMIN : Tulisan bagian REGEERINGSALMANAK ditambahkan oleh admin untuk melengkapi tulisan awal.
TAUTAN INTERNAL :
- http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/sejarah-tionghoa/661-regerings-almanak-a-handboek-voor-cultuur
- http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/19963
- http://www.facebook.com/groups/budaya.tionghoa/ [28 Juli 2011]