Budaya-Tionghoa.Net | Di grup Facebook , salah satu rekan memforward satu artikel untuk mengenai Li Shi Min dari salah satu blog. Dia menilai artikel itu terlalu ideal. Sebenarnya artikel itu sudah beredar bertahun-tahun termasuk di Mailing-List Budaya Tionghua [Arsip 38777 , Desember 2008]. Dalam artikel itu Li Shi Min digambarkan sedemikian baik hati . Hubungan dia dengan para mentri seperti ayah dan anak. Bahkan Li Shi Min ikut menangis bersama prajurit saat datang ke upacara untuk mengenang prajurit yang gugur. Li Shi Min sebagai kaisar juga mengundang tentara untuk beristirahat disisi tempat tidurnya. Dikabarkan lagi bahwa Li Shi Min mengisap luka jendral Li Simo yang terluka karena panah. Apakah cerita diatas tidak terlalu berlebihan ?
Author: Zhonghua Wenhua
Peramalan Tionghoa : Kaum Realis Dan Kaum Kangouw
Budaya-Tionghoa.Net | Kesaksian yang membawa agama dan menyudutkan budaya ini telah saya baca beberapa waktu lalu. Mari kita tepiskan unsur agamanya, kembalikan jalur pembahasannya dari segi astrologi Tionghoa yang disinggung di berbagai kesaksian tersebut. Secara garis besar, peramal-peramal yang berseliweran di masyarakat itu pada dasarnya ada dua macam.
Istilah Kangouw
Budaya-Tionghoa.Net | Apa yang dimaksud kang aw alias jianghu 江湖 . Ada yang bilang kalu istilah kang aw itu istilah dari taoism yang pernah disebut-sebut oleh Zhuangzi. Nah masyarakat Tiongkok dimasa lampau boleh dibilang masyarakat yang dibentuk oleh norma-norma Confucianisme.
Bo Xilai Membantah Anaknya Mengendarai Ferrari
Budaya-Tionghoa.Net | Bo Xilai membantah anaknya mengendarai mobil Ferrari menanggapi berita yang menggambarkan seorang anak muda mengendarai mobil mewah untuk acara dinner dengan putri Jon Huntsman , duta besar Amerika Serikat di Beijing.
Kartini Dan Budaya Tionghoa : Tulisan Dan Wanita
Budaya-Tionghoa.Net | Kartini , nama yang sering kita dengar sedari duduk di bangku sekolah. Hari kelahirannya pada tanggal 21 April di tahun 1879 diperingati sebagai Hari Kartini. Kartini menulis surat-surat dalam lima tahun terakhir kehidupannya. Surat-suratnya itu dikumpulkan oleh Abendanon menjadi “Door Duisternis To Licht” atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang”.