NOTULEN SEMINAR MENGENAL PILAR-PILAR BUDAYA TIONGHOA
Pembicara : Bp Ardian Cangianto (Bogor)
Moderator : Sdri Tjioe Ay Lie (Parakan)
Lokasi : Hok Tek Tong (TITD Dharma Nugraha Parakan) Jl. Letnan Suwaji no 6 Parakan
Tanggal : 1 Juli 2012
Banyak tradisi dalam Budaya Tionghoa yang ditafsirkan secara berbeda-beda oleh orang Tionghoa sendiri, yang sering menyebabkan pertentangan diantara Tionghoa sendiri. Disini Bp Ardian mengambil contoh pemakaian tebu pada saat sembahyang kepada Thian, tergantung kalo orang Hokian dan Minnan memakai tebu kalo orang Khek tidak ada kewajiban.
Dokumentasi Foto : 三元宮廣州
DATA ALBUM Photographer : Ardian Cangianto| Kategori : Kelenteng | Tanggal Publikasi : 02 Mei 2012 | Nama : 三元宮廣州| Lokasi : – {phocagallery view=category|categoryid=72|limitstart=0|limitcount=0|detail=5|displaydetail=0|displaydownload=0|displaydescription=0|displayimgrating=0|type=1}
Arsitektur Tionghoa : Dougong斗拱
Budaya-Tionghoa.Net | Dougong 斗拱; ejaan pinyin dǒugǒng. Arti harafiahnya adalah dou 斗= gantang/ takaran , dan gong 拱 = busur / lengan melengkung.
Anak Menjadikan Ayah Bagaikan Kuda , Ayah Mengharapkan Anak Menjadi Naga.子把父當馬 父望子成龍
Budaya-Tionghoa.Net | Dahulu tidak pernah terbayangkan apa maksud pepatah ini, bahkan beranggapan pepatah ini adalah pepatah yang tidak memiliki makna yang luas. Menyia-yiakan harapan orangtua dan tidak menghargai orangtua adalah fenomena yang sering kita lihat. Kadang kita bisa menyalahkan orangutanya yang tidak mampu mendidik anak atau lingkungan yang menjadi kambing hitam.
Peringatan atau Kenang-kenangan Bagi (Herinnering Aan Tan Pek Hong)
kan tak adil, Tan Pek Hong lantas meminta izin meninggalkan Hindia Belanda. Pada mulanya, ia tak memperoleh izin tersebut. Belakangan ia diperkenankan meninggalkan Hindia Belanda, namun meninggal sebelum sempat mewujudkan niatnya itu.