Budaya-Tionghoa.Net| “Tatkala cerita ini terjadi, kota Batavia atawa Betawi suda berdiri duaratus tigapulu taon lebi. Di itu tempo keadaan di ini negri blon begitu santausa dan rame seperti sekarang. Di tempat-tempat yang sekarang ini ada rame seperti pasar, dimana orang boleh berniaga dengen merasa tiada kwatir satu apa lantaran keamanannya, di itu tempo, di waktu siang hari sedeng matahari masi bisa bikin orang punya otak menjadi kring dengen hawanya yang berapi, saben-saben telah kejadian perkara bunu dengen merampas barang, kerna di sana masi sepi dan jarang ada yang liwat, hingga perkara kejahatan begitu ada dianggep sebagi perkara yang lumra saja. Ruma-ruma di kampung Cina di itu masa blon ada banyak yang bagus; lentera-lentera buat bikin terang jalanan pun ada gurem sekali dan jalanan-jalanan kabanyakan tiada diurus dengen betul, sedeng perniagaan ada sepi, hingga orang-orang tua yang sekarang ini masi idup dan ada tinggal di itu tempat tiada sekali dapet duga, di sana bisa menjadi begitu rame seperti sekarang.”
Category: Arsip Mailing-List
Muslim Keturunan Tionghoa Yogyakarta Rayakan Imlek di Masjid
YOGYAKARTA- Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan merayakan Imlek di Masjid Syuhada, Kotabaru, Yogyakarta. Perayaan Imlek di masjid tersebut dimaksudkan sebagai upaya meluruskan persepsi masyarakat Indonesia tentang makna Imlek sebagai budaya, bukan sebagai agama. Ketua PITI DIY Lie Sioe Fen yang ditemui di Yogyakarta Jumat (16/1) mengungkapkan, tahun sebelumnya, perayaan Imlek…
Semar Membangun Kahyangan
Pemanfaatan media wayang kulit untuk kepentingan kampanye pemilu ternyata belum nampak jelas dan nyata. Bandingkan dengan pemilu l955, banyak parpol menggelar lakon wayangnya dengan dalang yang cocok untuk itu. Saat ini, (mungkin satu-satunya) yang tampak menggunakan TVRI untuk kampanye Megawati, adalah pagelaran wayang kulit yang didalangi dalang perempuan, Kenik Asmorowati, sarjana pedalangan Solo, sebulan lalu. Lakonnya tentang heroismenya Srikandi tokoh perempuan dalam pewayangan yang energik dan pemberani dalam perang. Dari awal sampai tancep kayon (tanda berakhir) terdengar yel-yel dan gemuruh penonton meneriakkan HIDUP MBAK MEGAWATI . Yang punya gawe memang beberapa kawan dari fraksi PDIP di DPR. Sayang pagelaran wayang untuk mendukung kampanye para capres pada pemilu saat ini tak ada lagi yang muncul.